cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Diroyah : Jurnal Studi Ilmu Hadis
ISSN : 25409050     EISSN : 25409069     DOI : -
Core Subject : Religion,
Diroyah: Jurnal Studi Ilmu Hadis dengan nomor E-ISSN 2540-9069 dan P-ISSN 2540-9050 adalah jurnal ilmiah yang memuat kajian, hasil penelitian dan publikasi akademik di bidang hadis dan ilmu hadis. Jurnal ini diterbitkan oleh Jurusan Ilmu Hadis Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung bekerjasama dengan Asosiasi Ilmu Hadis (ASILHA) 2 kali dalam setahun yakni bulan Maret dan September.
Arjuna Subject : -
Articles 109 Documents
Perkembangan Literatur Hadis di Indonesia Abad Dua Puluh Syaikh Abdillah
Diroyah : Jurnal Studi Ilmu Hadis Vol 1, No 1 (2016)
Publisher : Prodi Ilmu Hadis Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (483.827 KB) | DOI: 10.15575/diroyah.v1i1.2055

Abstract

Search efforts in the hadith and hadith experts say Indonesia can be said  not done systematically, not even adequate. It could be thought to be caused by several things. Firstly, the fact that the study of hadith moreover Hadith expert in Islamic studies is not as intense as others, such as al-Qur'an, fiqh, morals and so on. Second, the study of hadith can be said to be growing very slowly, especially when seen from the fact that the scholars Nusantara had written in tradition since the 17th century. However, as shown later, these writings are not developed further. Study hadith after it stagnated almost one and a half centuries. For this reason, the attention of the observer to the study of Hadith in Indonesia is still lacking. Even if there are observers who are concerned, attention is still partial and not comprehensive. This article will try to review the development of the study of Hadith in Indonesia in the twentieth century that belbatkan several works written by scholars of hadith or tradition can be said observers in the archipelago. Whether it works or original manuscripts speak Arabic and also there are some works that are adaptations of the work of other
Perkembangan Hadis di Indonesia Pada Abad XX Badri Khaeruman
Diroyah : Jurnal Studi Ilmu Hadis Vol 1, No 2 (2017)
Publisher : Prodi Ilmu Hadis Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (383.681 KB) | DOI: 10.15575/diroyah.v1i2.2067

Abstract

Penelusuran sejarah hadis di Indonesia dapat dikatakan mulai berkembang pada bcbcmpa uhun terakhir ini. Walaupun belum memadai namun kajian ini scmakin membola salju seiriing Wacana Islam Nusantara yang menyentuh berbagai cabang ilmu keislaman di Indonesia Selain karena alasan bahwa kajian hadis tidak seintens kajian di keislaman yang lain, seperti a1-Qur‘an, fiqh, akhlak dan scbagainya, kajian hadis bisa dikatakan berkembang sangat lambat. Hal dapat diukur melalui kenyataan bahwa para ulama Nusantara mulai menulis di bidang  hadis sejak abad ke-l7. Artikel ini akan mcncoba mengulas perkembangan study  hadis di Indones pada abad ke dua puluh yang melibatkan beberapa karya yang dibahas oleh para ahli hadis atau bisa  dikatakan pemerhati hadis di Nusantara. Baik itu  kurya- karya atau naskah asli berbahasa Arab dan juga ada beberapa karya yang bcrsit'at sudurun terhadap karya lainnya 
Manhaj Ibnu Abî Hâtim Dalam Kitab Al-Jarh Wa Al-Ta’dîl Kinkin Syamsudin
Diroyah : Jurnal Studi Ilmu Hadis Vol 2, No 1 (2017)
Publisher : Prodi Ilmu Hadis Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/diroyah.v2i1.2491

Abstract

 Artikel ini membahas mengenai manhaj Ibnu Abî Hâtim dalam penulisan Kitab Al-Jarh wa al-Ta’dil.Pada masanya kitab ini menjadi salah satu rujukan utama untuk mengetahui riwayat hidup dan kualitas para rawi. Dengan mencantumkan 18.040 rawi di dalamnya, Ibnu Abî Hâtim telah ikut berkontribusi dalam menyediakan data tentang para priwayat hadis. Dari kitab tersebut, salah satunya bisa diketahui komentar-komentar para kritikus hadis tentang keadaan setiap perawi, apakah diterima (maqbul) atau ditolak (mardud) sehingga nantinya bisa ditentukan status dan derajat hadis yang diriwayatkan oleh perawi tersebut. Dengan menggunakan metode studi pustaka (Library Research) dan melalui pendekatan analisis isi (content analysis), akhirnya bisa diketahui bahwa penilaian Ibnu Abî Hâtim tehadap para rawi tidak terlepas dari subjektivitas penulisnya sendiri dan cenderung tetap menyandarkan informasi utama dari para kritikus generasi sebelumnya. Dan setelah dikomparasikan dengan kitab kritikus lainnya yang semisal, akhirnya idealisme Ibnu Abî Hâtim dalam kitab tersebut tidak tersinkronkan antara konsep dan realistasnya.
Amanah Dalam Perspektif Hadis Reza Pahlevi Dalimunthe
Diroyah : Jurnal Studi Ilmu Hadis Vol 1, No 1 (2016)
Publisher : Prodi Ilmu Hadis Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (971.255 KB) | DOI: 10.15575/diroyah.v1i1.2050

Abstract

Amanah is God's gift to the sky but the sky is not able to carry it, only humans who dared to accept the mandate it. Amanah, Hugo is a noble trait that has been attached to the Apostles themselves. The opposite of the treasonous, because treasonous is one of the signs of hypocrisy and Islam strictly forbid it. Amanah in reality is not so simple, because by their mandate means no loading or demand for the concerned to realize. Various methods were used to reveal the meaning and intent of the terms of the trust both in the hadith. From there will appear a comprehensive understanding of the mandate. This article seeks to unravel the mandate and matters related to the mandate covers and Nature of Amanah, Criteria Amanah Amanah based on the Hadith. Not only as an perspectife religion but also the effort to achieve skill academic development.
Pengelolaan Harta Anak Yatim Dalam Perspektif Hadis Ecep Ismail
Diroyah : Jurnal Studi Ilmu Hadis Vol 1, No 2 (2017)
Publisher : Prodi Ilmu Hadis Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/diroyah.v1i2.2061

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa saja hak dan kewajiban seorang wali dalam mengelola harta anak yatim.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metodologi hadits. Metode ini digunakan untuk menguraikan hasil pengumpulan data secara jelas dan sistematis mengenai hadits yang relevan dengan pembahasan atau masalah penelitian.Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa seorang wali harus malakukan kewajibannya, antara lain; Menahan diri dari memakan harta anak yatim, dan barangsiapa yang miskin maka ia boleh makan harta itu menurut yang wajar. Seorang wali tidak boleh memiliki niat untuk menguasai harta anak yatim. Mengurus urusan harta anak yatim secara patut adalah baik, jika mengurus harta anak yatim untuk hal-hal yang tidak baik (dzalim) adalah tidak boleh. Boleh menggunakan harta anak yatim dengan tujuan yang lebih bermanfaat, bukan untuk menghabiskan hartanya. Memakan harta anak yatim secara dzalim adalah termasuk dari tujuh perkara yang dapat membinasakan manusia. Adapun hak bagi seorang wali anak yatim adalah pertama, diperbolehkan mengambil atau memakan harta anak yang ada dalam perwaliannya, dengan catatan bahwa wali adalah golongan fakir miskin. Kedua, wali berhak mengelola harta anak yatim dengan tujuan yang baik; bukan atas dasar ingin menguasai atau memakan harta anak yatim secara dzalim. 
RISYWAH DALAM PERSPEKTIF HADIS Ahmad Jurin Harahap
Diroyah : Jurnal Studi Ilmu Hadis Vol 2, No 2 (2018)
Publisher : Prodi Ilmu Hadis Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1128.729 KB) | DOI: 10.15575/diroyah.v2i2.2500

Abstract

Risywah merupakan pemberian hadiah kepada pegawai pemerintahan dengan harapan segala keinginanpenyuap diloloskan kasusnya atas musuhnya di pengadilan. Sesuatu yang didapatkan oleh masyarakatdari seseorang yang mengharapkan manfaat dari masyarakat tersebut, kadang dianggap sebagai suatupemberian yang biasa saja, karena mereka tidak bisa membedakan mana kategori suap dan manapemberian, karena kita sebagai masyarakat awam banyak yang tidak mengerti adanya kasus seperti ini,kita beranggapan ini hanyalah pemberian atau hadiah yang sifatnya sebagai ungkapan rasa terima kasihatas kesediaannya memberikan dukungan kepada calon kepalanya. Padahal antara hadiah dan suap cukupjauh berbeda. Hadis risywah yang yang menjadi fokus pembahasan dalam penelitian ini berkualitasshahih. Dengan demikian hadis tersebut dapat diterima dan dijadikan dalil. Pemberian yang dibolehkandalam Islam adalah berbentuk hibah. Pada dasarnya hukum transaksi muamalah lainnya bahwa hibahadalah perkara mubah jika selama dalam bentuknya tidak melanggar apa yang disebutkan Allah Swt danRasulnya tentang pelanggaran yang menyerupai risywah.
Penelitian Hadis: Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi Solihin Solihin
Diroyah : Jurnal Studi Ilmu Hadis Vol 1, No 1 (2016)
Publisher : Prodi Ilmu Hadis Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (390.884 KB) | DOI: 10.15575/diroyah.v1i1.2054

Abstract

Study of tradition (Sunnah) becomes very urgent to do, given is strategic position as one of the principal sources of Islamic teachings. Do not just study sanad but no less important to do well against matan. Because it’s central position is a study of hadith becomes important. This includes the study and understanding of the ins and out of the following hadith variety and its problems. Scientifically, the discourse requires format and accurate research methods to the study of this tradition.This article attempts to examine how the concept of tradition of research in ontology, epistemology and axiology, to then the study of hadith through research models type sanad and matan. The hope will give its own repertoire of how each researcher have the clarity of the concept in researching the traditions to be grounded. 
Hadis Muttafaq `Alaih Dalam Kitab Riyâdh Al-Shâlihîn Mujiyo Mujiyo
Diroyah : Jurnal Studi Ilmu Hadis Vol 1, No 2 (2017)
Publisher : Prodi Ilmu Hadis Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (627.558 KB) | DOI: 10.15575/diroyah.v1i2.2065

Abstract

Dalam kajian ilmu hadis riwayah perbedaan redaksi hadis merupakan hal yang sangat diperhatikan dan para ulama hadis sepakat menganggap dua riwayat yang berbeda redaksinya sebagai dua hadis.t Mereka tidak memperbolehkan mengubah redaksi hadis di satu kitab dengan menambah atau mengurangi satu kata maupun satu hurufpun dengan tetap menisbatkan hadis itu kepada kitab tersebut. Oleh karena itu mestinya hadis muttafaq `alaih yang terdapat dalam kitab-kitab himpunan hadis benar-benar redaksinya terdapat dalam Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim . Apabila suatu hadis yang disebut muttafaq `alaih redaksinya tidak bisa ditemukan pada sumber aslinya dengan redaksi yang sama, maka pencantuman hadis itu merupakan pelanggaran kode etik periwayatan hadis. Hal terakhir ini terjadi pada hadis “Innamâ al-a`mâl bi al-niyyât” pada awal kitab Al-Arba`în al-Nawawiyyah dan kitab Riyâdh al-Shâlihîn karya Al-Nawawi (w. 676 H). Temuan ini menjadi alasan cukup kuat untuk meneliti lebih lanjut hadis-hadis muttafaq `alaih di dalam Riyâdh al-Shâlihîn mengingat dalam kitab ini jumlah hadis muttafaq `alaih mencapai sekitar separoh dari jumlah hadis yang tercantum di dalamnya, yaitu sekitar 900 hadis dari 1800 hadis. Hasil penelitian pendahuluan menunjukkan bahwa teks hadis-hadis muttafaq `alaih dapat diklasifikasi menjadi tiga, yaitu hadis yang benar-benar sama dengan teks hadis dalam Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim , hadis yang hanya sama dengan salah satunya atau merupakan kutipan darinya, dan hadis yang berbeda sama sekali dengan keduanya. Maka dengan penelitian ini diharapkan dapat ditemukan kasus hadis muttafaq `laih katagori ketiga yang bervariasi dan merupakan pelanggaran kode etik periwayatan hadis yang dilakukan penulis Riyadh al-Shalihin. Meskipun demikian temuan ini dapat dijadikan bahan perumusan kriteria hadis muttafaq `alaih selain dua kriteria yang sudah disepakati.Dengan ditemukannya rumusan kriteria-kriteria hadis muttafaq `alaih katagori ketiga dalam kitab Riyadh al-Shalihin, maka akan dihasilkan teori baru bagi kajian hadis muttafaq `alaih yang selama ini tidak pernah dipersoalkan dan dipertanyakan. Teori tersebut pada gilirannya dapat mempermudah para penulis karya ilmiah dalam merujuk hadis muttafaq `alaih kepada sumber primernya.
Perbedaan Maratib Ta’dil di Kalangan Ulama Hadis Mina Mudrikah Zain
Diroyah : Jurnal Studi Ilmu Hadis Vol 2, No 1 (2017)
Publisher : Prodi Ilmu Hadis Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (371.256 KB) | DOI: 10.15575/diroyah.v2i1.2492

Abstract

ewline"> Dalam wacana kajian hadis salah satu yang dibahas adalah perbedaan tingkat keadilan perawi hadis. Para ulamahadis telah menentukan istilah-istilah untuk menyifati karakteristik para rawi, dari segi diterima atau tidaknyaperiwayatannya. Suatu jalur periwayatan hanya dapat diterima bila memenuhi kriteria keadilan periwayatnya.Masalahnya, perawi yang disifati dengan karakteristik seperti apakah yang dikatakan sebagai perawi yang adil ?Tulisan pada artikel ini hendak mengulas dan mendiskusikan kembali wacana maratib ta’dil di kalangan ulamahadis. Sehingga, dari perbedaan maratib ta’diltersebut, dapat diketahui implikasinya terhadap kriteria hadis dankehujjahannya sebagai istinbath hukum.
Reformulasi Wacana Keadilan Sahabat Adnan Adnan
Diroyah : Jurnal Studi Ilmu Hadis Vol 1, No 1 (2016)
Publisher : Prodi Ilmu Hadis Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (530.571 KB) | DOI: 10.15575/diroyah.v1i1.2049

Abstract

One of hadith discourse is the doctrine of claim that the companions of the Prophet are  the group is considered to know the group's most religious doctrines in the original form. The companions also transmit all riwayah to the next generation. A transmission path can only be accepted if they have the criteria of justice. The problem is, will this criterion of justice was applied to the companions of the Prophet?.This article will to review and discuss back discourse companions justice ('al-Sahabah) is. Rational arguments and historical completing this study to re-open nature of this issue and look at its implications for the study of modern traditions.

Page 1 of 11 | Total Record : 109