Kelurahan Kemumu lekat dengan adat istiadat dan budaya Jawa karena sebagian besar masyarakat yang bermukim di Kelurahan Kemumu sejak 1935 berasal dari Banyumas dan sekitarnya. Berdasarkan observasi awal ditemukan beberapa permasalahan seperti belum adanya rute kegiatan wisata yang terintegrasi antar atraksi wisata, belum adanya pemetaan data potensi budaya dan sosial kehidupan masyarakat yang berpotensi menjadi atraksi wisata yang terintegrasi dengan atraksi wisata alam yang telah dikenal, perlu adanya pengoptimalan keterlibatan masyarakat terkait pengelolaan destinasi wisata serta beberapa produk dan kegiatan yang berpotensi atraksi wisata seperti tata kehidupan, cara bertani, produk lokal seperti produk anyaman bambu, dan produk kuliner lokal khas Banyumas seperti grontol, cenil, cimplung, gatot, tiwul yang hanya dapat dijumpai di Pasar Selasa Kemumu. Pemetaan potensi atraksi wisata dengan pendekatan partisipatif sangat perlu dilakukan secara partisipatif sehingga kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dilakukan dengan metode sosialisasi dan simulasi pengenalan pemetaan partisipatif serta pendampingan pemetaan rute wisata untuk peningkatan kapasitas pokdarwis di Kelurahan Kemumu. Hasil yang didapat dari kegiatan pemetaan rute wisata partisipatif adalah leaflet wisata dan peta kelurahan ukuran A1 untuk dipergunakan sebagai pihak terkait untuk mempromosikan wisata lokal.