Adelien, Adelien
Department Of Otolaryngology Head And Neck Surgery, Faculty Of Medicine, Universitas Sriwijaya, Palembang, Indonesia

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Hubungan Antara Tipe Perforasi Membran TimpaniDan Derajat Gangguan Pendengaran Pada pasien Otitis Media Kronik Adawiyah, Al Ahda; Adelien, Adelien; Septadina, Indri Seta
Biomedical Journal of Indonesia: Jurnal Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Vol 3, No 3 (2017)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Otitis Media Kronik (OMK) adalahinfeksi kronik di telinga tengah yang disertai dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus menerus atau hilang timbul selama lebih dari 2 bulan. Gejala yang sering dialami oleh penderita berupa keluarnya cairan dari telinga (otore), gangguan pendengaran, otalgia (nyeri telinga), dan vertigo. Pada penderita OMK membran timpani dapat menebal akibat peradangan, dapat pula berbercak-bercak putih tebal atau menjadi tebal seluruhnya akibat timbunan kolagen terhialinisasi pada lapisan tengahnya. Tipe-tipe perforasi membran timpani baik sentral maupun marginal menyebabkan gangguan-gangguan yang berbeda pada setiap pasien. Umumnya pasien OMK akan mengalami gangguan pendengaran baik ringan, sedang mapun berat. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara tipe perforasi membran timpani dan derajat gangguan pendengaran pada otitis media kronik di Departemen IKTHT-KL RSUP Dr. Moh. Hoesin tahun 2015-2016.Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian ini adalah penderita otitis media kronik di Departemen KTHT-KL RSUP Dr. Moh. Hoesin tahun 2015-2016 yang memenuhi kriteria inklusi. Dari 55 pasien, didapatkan 17 pasien (30,9%) yang mengalami gangguan pendengaran berat. Terdapat 33 pasien (60,0%) dengan tipe perforasi membran timpani tipe central dan 40 pasien (72,7%) dengan otitis media kronik dengan kolesteatom. Terdapat 36 pasien (65,5%) dengan tuli konduktif. Hasil uji Chi-Square menunjukkan nilai p=0,326 (p>0,05) sehingga tidak terdapat hubungan antara tipe perforasi membran timpani dengan derajat gangguan telinga.Tidak terdapat hubungan antara tipe perforasi membran timpani dengan derajat gangguan telinga di Departemen KTHT-KL RSUP Dr. Moh. Hoesin.
Uji Reliabilitas Voice Handicap Index-30 Adaptasi Bahasa Indonesia dI RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang Yanti, Lisa Apri; Ghanie, Abla; Zuleika, Puspa; Adelien, Adelien
Sriwijaya Journal of Medicine Vol. 2 No. 1 (2019): Sriwijaya Journal of Medicine
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (175.422 KB)

Abstract

Berbicara merupakan cara yang efektif untuk berkomunikasi. Adanya gangguan suara atau disfonia akan mengganggu proses komunikasi yang akan berdampak negatif terhadap kehidupan sosial. Voice Handicap Index (VHI) merupakan salah satu kuesioner untuk menilai persepsi suara dimana Agency of Healthcare Research and Quality pada tahun 2012 mengumumkan VHI sebagai diagnostik instrumen yang valid dan reliabel. Saat ini klinisi di Indonesia belum menggunakan alat ukur ini pada pasien dengan gangguan suara ataupun untuk evaluasi pascaterapi karena belum tersedianya instrumen yang sudah teruji reliabilitasnya dalam bahasa Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan VHI adaptasi bahasa Indonesia yang reliabel, mengetahui sebaran subjek gangguan suara berdasarkan demografi, pemeriksaan perseptual subjektif (GRBAS) dan laringoskopi indirek. Penelitian ini menggunakan rancangan potong lintang. Subjek diambil dengan teknik consecutive sampling hingga terpenuhi jumlah sampel 40 orang. Penelitian dilakukan di poliklinik THT-KL divisi Laring Faring RSMH pada bulan Juni-November 2018. Hasil uji reliabilitas VHI didapatkan skala fungsional, fisik, emosional maupun skor total memiliki nilai alpha lebih dari 0,7. Hal ini menunjukkan bahwa VHI adaptasi bahasa Indonesia reliabel untuk dijadikan suatu instrumen pemeriksaan. Nilai Cronbach-α tertinggi yaitu pada skala VHI total sebesar 0.884. VHI-30 adaptasi bahasa Indonesia reliabel sebagai instrumen penilaian kualitas hidup pasien gangguan suara.
Pemeriksaan Eosinofil Kerokan Mukosa Hidung pada Penderita Rinitis Alergi Adelien, Adelien; Zuleika, Puspa
Jurnal Kedokteran Universitas Lampung Vol 2, No 2 (2018): Jk Unila
Publisher : Fakultas Kedokteran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jk unila.v2i2.1953

Abstract

Rinitis alergi merupakan gangguan fungsi hidung yang terjadi setelah terjadi reaksi alergi yang diperantarai IgE. Rinitis alergi bukan suatu penyakit yang berat, namun dapat menurunkan kualitas hidup penderita. WHO-ARIA (Allergic Rhinitis and Its Impact on Asthma) menganjurkan tes tusuk kulit (TTK) sebagai pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis, tetapi tidak semua sarana kesehatan memiliki fasilitas tersebut. Pemeriksaan penunjang lainnya yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis rinitis alergi yaitu pemeriksaan eosinofil mukosa hidung. Pemeriksaan ini dapat dikerjakan di setiap sarana kesehatan dengan pewarnaan sederhana.Suatu penelitian serial kasus dilakukan pada 8 subyek tersangka rinitis alergi di poliklinik alergi Departemen THT-KL RSMH Palembang dan dlakukan pemeriksaan tes tusuk kulit dan eosinofil dari kerokan mukosa hidung. Sebanyak 7 subyek menunjukkan TTK positif, 5 subyek terdapat eosinofil pada mukosa hidung, 4 subyek positif terhadap kedua pemeriksaan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pemeriksaan eosinofil mukosa hidung mendukung suatu rinitis alergi, tetapi diperlukan penelitian lebih lanjut dengan sampel yang lebih banyak. Kata kunci:eosinofil kerokan mukosa hidung, rinitis alergi, tes tusuk kulit
Prevalensi Abses Leher Dalam di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang Periode 1 Januari 2012 – 31 Desember 2015 M Arvin Arliand0; Adelien Adelien; Denny Satria Utama
Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 49, No 3 (2017): Majalah Kedokteran Sriwijaya
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36706/mks.v49i3.8509

Abstract

Abses leher dalam merupakan kumpulan nanah yang terdapat di dalam ruang-ruang yang terbentuk oleh fasia-fasia leher. Abses terjadi akibat komplikasi dari infeksi tonsil, infeksi saluran nafas, infeksi gigi dan periodontal dan diperparah oleh penyakit diabetes melitus dan imunodefisiensi. Gejala klinik yang dapat ditemukan pada pasien abses leher dalam juga beragam.Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi prevalensi abses leher dalam di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang periode 1 Januari 2012-31 Desember 2015.Jenis penelitian ini adalah deskriptif observasional. Data sampel penelitian diambil dari rekam medik pasien abses leher dalam yang dirawat inap di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang pada 1 Januari 2012-31 Desember 2015. Didapatkan 26 kasus yang memenuhi kriteria inklusi yang kemudian dideskripsikan menggunakantabel distribusi frekuensi.Dari 26 kasus yang diteliti, pasien abses leher dalam paling banyak (65,4%) adalah laki-laki, (26,9%)20-29 tahun, dengan tiga gejala klinik terbanyak (80,8%)adalah bengkak, (73,1%)odinofagia, dan(69,2%) demam. Abses leher dalam paling banyak(46,2%) terjadi di ruang submandibula dan (69,2%)disebabkan oleh infeksi odontogenik. Jarang dilakukan (15,3%)kultur pada abses leher dalam  dengan hasil kultur paling banyak(75%) adalah Klabsiella pneumoniae. 23,1% kasus terdapat penyakit diabetes melitus dan tidak ada yang memiliki penyakit immunodefisiensi.Abses leher dalam paling banyak ditemukan pada laki-laki, usia 20-29 tahun, dengan gejala bengkak, demam, dan odinofagia, terjadi di ruang submandibula dan disebabkan oleh infeksi odontogenik. 
Characteristics Of Patient With Foreign Body Ingestion In Palembang Adelien; Abla Ghanie; Puspa Zuleika; Lisa Apri Yanti
Bioscientia Medicina : Journal of Biomedicine and Translational Research Vol. 5 No. 1 (2021): Bioscientia Medicina: Journal of Biomedicine & Translational Research
Publisher : HM Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32539/bsm.v5i1.156

Abstract

Introduction. Foreign body ingestion is a common diagnosis that presents in emergency departments—coins as the oesophagal foreign body most commonly found in infants and children. Coins retained in the oesophagus require intervention to prevent complications. This study aimed to determine oesophagal coin foreign body patient's characteristic at Mohammad Hoesin General Hospital Palembang. Method. This study design was retrospective descriptive. Samples were all patient diagnosed with oesophagal coin foreign bodies which underwent Extraction with esophagoscopy guidance that was performed at Mohammad Hoesin General Hospital Palembang during January 2013 – August 2017. Result. Forty-three patients had diagnosed with oesophageal coin foreign bodies consist of 22 males and 21 females. The most frequent age was 4fouryears old. The most presenting symptoms are Globus sensation on the throat (79%) and odynophagia (51,1%). Radiologist confirmation was done in every patient with foreign coin bodies in oesophagus. All patients underwent oesophagoscopy. 65,1% of cases of foreign coin bodies were found in the second constriction of throat. Duration of stay in hospital was the range from 1- 4 days, with the most frequent, was two days. There was no complication found in all patients. Conclusion. Oesophagal coin foreign body is most commonly ingested in children. The most presenting symptom is globus sensation on the throat. There is no complication found in this study.
Characteristics Of Patient With Foreign Body Ingestion In Palembang Adelien; Abla Ghanie; Puspa Zuleika; Lisa Apri Yanti
Bioscientia Medicina : Journal of Biomedicine and Translational Research Vol. 5 No. 1 (2021): Bioscientia Medicina: Journal of Biomedicine & Translational Research
Publisher : HM Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32539/bsm.v5i1.156

Abstract

Introduction. Foreign body ingestion is a common diagnosis that presents in emergency departments—coins as the oesophagal foreign body most commonly found in infants and children. Coins retained in the oesophagus require intervention to prevent complications. This study aimed to determine oesophagal coin foreign body patient's characteristic at Mohammad Hoesin General Hospital Palembang. Method. This study design was retrospective descriptive. Samples were all patient diagnosed with oesophagal coin foreign bodies which underwent Extraction with esophagoscopy guidance that was performed at Mohammad Hoesin General Hospital Palembang during January 2013 – August 2017. Result. Forty-three patients had diagnosed with oesophageal coin foreign bodies consist of 22 males and 21 females. The most frequent age was 4fouryears old. The most presenting symptoms are Globus sensation on the throat (79%) and odynophagia (51,1%). Radiologist confirmation was done in every patient with foreign coin bodies in oesophagus. All patients underwent oesophagoscopy. 65,1% of cases of foreign coin bodies were found in the second constriction of throat. Duration of stay in hospital was the range from 1- 4 days, with the most frequent, was two days. There was no complication found in all patients. Conclusion. Oesophagal coin foreign body is most commonly ingested in children. The most presenting symptom is globus sensation on the throat. There is no complication found in this study.