Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

TELISITAS VERBA MAJEMUK –KOMU (―込む) PADA BAHASA JEPANG Najmudin, Onin; Rahmat, Nandang
Makna: Jurnal Kajian Komunikasi, Bahasa, dan Budaya Vol 2 No 2 (2017): MAKNA : Jurnal Kajian Komunikasi, Bahasa dan Budaya
Publisher : Fakultas Komunikasi, Sastra, dan Bahasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (610.744 KB) | DOI: 10.33558/makna.v2i2.791

Abstract

A telic event refers to an event with an endpoint whereas an atelic event is one that has no endpoint from compound verb of V1+komu. This research aimed to identify telicity or the existence of endpoint of compound verb of V1+komu. Related to its telicity, compound verb of V1+komu consists of two; thematic compound verb and aspectual compound verb. Thematic V1+komu compound verb is one that its telicity is defined by komu verb that adds its objective meaning toward V1, giving telic meaning to V1+komu compound verb. On the other hand, aspectual V1+komu is an atelic compound verb as komu verb as V2  does not add any aspectual meaning
SEJARAH PERKEMBANGAN BAHASA JEPANG DAN PENELITIANNYA Sunarni, Nani; Najmudin, Onin
Makna: Jurnal Kajian Komunikasi, Bahasa, dan Budaya Vol 3 No 1 (2018): MAKNA : Jurnal Kajian Komunikasi,Bahasa, dan Budaya
Publisher : Fakultas Komunikasi, Sastra, dan Bahasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (543.36 KB) | DOI: 10.33558/makna.v3i1.843

Abstract

There is a long history of the development and research of Japanese language. Morita (1990:282) divided the development of Japanese language into seven periods: Kodai (13000BC?600AD), Jodai (600-784), Chuuko (784- 1184), Chuusei (1184-1603), Kinsei (1603-1867),Kindai (1868-1945), and Gendai (1946-1989). On the other hand, Hibatani (1996) indicatedfive periods of Japanese language development: Nara (710) Jouko Nihongo?Old Japanese?,Heian (794) Chuuko Nihongo? Late Old Japanese?, Kamakura (1185/1192), Muromachi[1331/1392] ) Chuusei Nihongo?Middle Japanese?, Edo (1603) Kinsei Nihongo? or EarlyModern Japanese?, and Meiji (1868), Taisho (1912), Showa (1926), Heisei (1989) - GendaiNihongo as ?Modern Japanese?. The present study aims to identify the development as well asstudies of Japanese language from old to modern period. Thus, the present study aims todiscuss the birth of Japanese language from the adoption of the Chinese language of kanbunand kanji by the Buddhist monks, the research of writings from Nara period in which thereading of Japanese language was started, bushu ?radical?, sound, as well as the meaning ofKanji and the research toward koten-kogo that delivered the change in phoneme, joshi(kantou joshi), and prefix. In addition, there is a discussion toward the birth of waka danrenga lahir te, ni o, ha in Kanazukai?s study which became a milestone for grammar andphoneme change.
TELAAH KATA HAJIME DAN HAJIMETE DALAM KALIMAT BAHASA JEPANG DAN PADANANNYA DALAM BAHASA INDONESIA Sunarni, Nani; Najmudin, Onin
Makna: Jurnal Kajian Komunikasi, Bahasa, dan Budaya Vol 5 No 2 (2019): MAKNA: Jurnal Kajian Komunikasi, Bahasa, dan Budaya
Publisher : Fakultas Komunikasi, Sastra, dan Bahasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (472.86 KB) | DOI: 10.33558/makna.v5i2.1808

Abstract

Penelitian ini difokuskan pada kajian kata hajime dan hajimete serta padanannya dalam bahasa Indonesia. Data yang digunakan berupa kalimat-kalimat yang mengandung kedua kata di atas. Data dianalisis melalui kajian stuktur dan makna dengan berdasarkan teori yang bersifat eklektis. Hasil kajian data teridentifikasi bahwa hajime berkategori nomina, sedangkan hajimete berkategori adverbia. Namun, bila secara struktur berfungsi sebagai predikat dapat pula digunakan sebagai nomina. Secara makna teridentifikasi bahwa hajime memiliki lima makna, yaitu (a) menunjukkan makna ?mulai?, (b) menyatakan makna permulaan atau pada awalnya, (c) munculnya sesuatu perkara, (d) menyatakan sesuatu yang di awal diantara sesuatu yang banyak, dan (e) kata yang digunakan waktu memberikan sesuatu yang dijadikan inti. Sedangkan, hajimete bermakna (1) baru pertama kali yang sampai saat itu tidak ada atau tidak pernah, (2) dengan kejadian waktu itu lambat laun ~ akhirnya. Hasil kajian bermanfaat untuk mempermudah penggunaan dan pemahaman kata hajime dan hajimete dalam komunikasi baik lisan maupun tulisan.
Kohesi Gramatikal Wacana Bahasa Jepang pada Buku Ajar Minna no Nihongo Shokyuu de Yomeru Topikku 25 RAHMALIA, SHABRINA; Syarani, Rosi Novisa; Najmudin, Onin
Jurnal Pendidikan Bahasa Jepang Undiksha Vol 7, No 3 (2021)
Publisher : Undiksha Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jpbj.v7i3.40058

Abstract

Judul penelitian ini adalah Kohesi Gramatikal pada Wacana Bahasa Jepang. Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis wacana. Kepaduan makna dan kerapian bentuk adalah faktor penting untuk memahami suatu wacana. Kepaduan bentuk tersebut mengacu kepada kohesi. Kohesi gramatikal terdiri atas referensi, substitusi, elipsis, dan konjungsi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bentuk kohesi gramatikal dan kokehesifan wacana bahasa Jepang. Sumber data yang digunakan dalam penelitian adalah wacana yang terdapat dalam buku Minna no Nihongo Shokyuu de Yomeru Topikku 25. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Data yang dijaring berjumlah 20 data. Berdasarkan hasil analisis data, ditemukan semua aspek penanda kohesi gramatikal yaitu referensi berjumlah 3 data, substitusi berjumlah 1 data, elipsis berjumlah 10 data, dan konjungsi berjumlah 6 data. Berdasarkan data yang diteliti, elipsis nominal atau penghilangan unsur subjek yang diisi nomina paling banyak ditemukan sebagai penanda kohesi gramatikal. Hal ini membuktikan bahwa pronomina personal dalam bahasa Jepang hampir jarang digunakan. Subjek yang sudah diperkenalkan, tidak diganti oleh pronomina personal namun mengalami pelesapan.Â