Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Hubungan Shear Wave Elastography Ginjal dengan Estimated Glomerular Filtration Rate pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik Arif, Asnita; Idris, Nurlaily; Murtala, Bachtiar; Zainuddin, Andi Alfian; Asriyani, Sri; Kasim, Hasyim
Jurnal Kedokteran Brawijaya Vol 30, No 4 (2019)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jkb.2019.030.04.10

Abstract

Penyakit ginjal kronik (PGK) merupakan masalah kesehatan global dengan biaya ekonomi tinggi pada sistem kesehatan sehingga dibutuhkan modalitas pencitraan klinis non invasif untuk mendeteksi penyakit ginjal pada stadium awal. Shear wave elastography (SWE) merupakan pemeriksaan imaging untuk menilai tingkat keparahan dari perubahan morfologi kronik ginjal berdasarkan pengukuran elastisitas kortex. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara SWE dengan estimated glomerular filtration rate (eGFR) sehingga SWE dapat direkomendasikan untuk deteksi dini tingkat keparahan penyakit ginjal kronik.  Penelitian ini dilakukan di bagian Radiologi Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar dari bulan September 2018 sampai dengan Februari 2019. Desain penelitian yang digunakan adalah observasional dengan rancangan potong lintang. Sampel penelitian sebanyak 118 sampel yang terdiri dari 71 sampel dengan penyakit ginjal kronik dan 47 sampel normal. Pemeriksaan ultrasonografi yang dilakukan dengan metode SWE untuk mengukur shear wave velocity (SWV) pada kedua ginjal dengan tiga kali pengukuran pada kortex ginjal. Nilai median dari SWV pada kedua ginjal dihubungkan dengan eGFR. Data dianalisis dengan uji korelasi Spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai median SWV pada kelompok sampel normal adalah 2,02±0,32m/s pada ginjal kanan  2,01±0,32m/s pada ginjal kiri yang cenderung menurun dengan bertambahnya  usia. Terdapat korelasi positif yang signifikan antara nilai SWV pada ginjal kanan dan kiri dengan eGFR, dengan arah korelasi positif (p<0,0001). Pada penelitian ini, terdapat pula korelasi negatif yang signifikan antara tekanan darah dan proteinuria dengan eGFR maupun dengan SWV pada pasien penyakit ginjal kronik.
Prediksi Prognosis Penderita Trauma Kapitis Berdasarkan Gambaran CT scan Kepala Husnah, Kurniawati; Murtala, Bachtiar; Asriyani, Sri; Zainuddin, Andi Alfian; Mustamir, Nasrullah; Latief, Nikmatia
Jurnal Kedokteran Brawijaya Vol 30, No 4 (2019)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (498.337 KB) | DOI: 10.21776/ub.jkb.2019.030.04.12

Abstract

Trauma kapitis memiliki penyebab, patologi, tingkat keparahan dan prognosis yang berbeda-beda sehingga diperlukan prediktor terpercaya untuk menilai luaran pasien. CT scan berperan penting dalam mengevaluasi kerusakan struktural pada fase akut trauma kapitis. Penelitian ini bertujuan menilai gambaran CT scan kepala dalam memprediksi prognosis penderita trauma kapitis. Penelitian ini merupakan penelitian retrospektif terhadap 444 penderita trauma kapitis ringan sampai berat yang dilakukan pemeriksaan CT scan kepala di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar selama periode Januari-Juni 2018. Peneliti mengidentifikasi gambaran CT scan yang berpengaruh terhadap mortalitas pasien. Hasil penelitian menunjukkan bahwa status sisterna basalis (compressed, OR=31.690, absent, OR=11.092, p<0.0001), midline shift (OR=2.889, p<0.0001), dan pendarahan subarachnoid atau intraventrikel (OR=6,977, p<0.0001) merupakan prediktor independen mortalitas penderita trauma kapitis.
Perbandingan Ketebalan Ligamentum Coracohumeral pada Pasien Adhesive Capsulitis dengan Diabetes Mellitus dan Tanpa Diabetes Mellitus Berdasarkan Pemeriksaan Ultrasonografi Gray Scale Data, Rustiari; Ilyas, Muhammad; Asriyani, Sri
Majalah Kesehatan Pharmamedika Vol 11, No 2 (2019): DESEMBER 2019
Publisher : Lembaga Penelitian Universitas YARSI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33476/mkp.v11i2.1322

Abstract

Adhesive capsulitis merupakan sindrom klinik dengan karakteristik berupa nyeri yang terlokalisir disertai kekakuan pada bahu dengan keterbatasan pergerakan aktif dan pasif. Keadaan patologi ini mengenai jaringan kapsuler glenohumeral dan melibatkan ligamentum coracohumeral dalam rotator interval. Penelitian ini bertujuan membandingkan ketebalan ligamentum coracohumeral pada pasien adhesive capsulitis dengan diabetes mellitus dan tanpa diabetes mellitus berdasarkan pemeriksaan ultrasonografi gray scale. Penelitian ini dilakukankan di Departemen Radiologi RS Dr. Wahidin Sudirohusodo dan RS. Universitas Hasanuddin Makassar mulai bulan November 2018 sampai Januari 2019. Jumlah sampel sebanyak 68 orang dengan rentang usia 32 hingga 81 tahun. Metode yang digunakan adalah observasional dengan pendekatan cross sectional. Hasil penelitian pada pasien adhesive capsulitis dengan diabetes mellitus memiliki ketebalan ligamentum coracohumeral minimal 2.8 mm dan ketebalan maksimal 3.6 mm, dengan nilai tengah 3.05 mm serta ketebalan rata-rata 3.078 mm dan standar deviasi 0.19. Sedangkan pada pasien adhesive capsulitis tanpa diabetes mellitus memiliki ketebalan ligamentum coracohumeral minimal 2.4 mm dan ketebalan maksimal 3.1 mm dengan nilai tengah 2.70 mm serta ketebalan rata-rata 2.726 dan standar deviasi 0.20. Dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa ligamentum coracohumeral pada pasien adhesive capsulitis dengan diabetes mellitus lebih tebal dibandingkan ligamentum coracohumeral pada pasien adhesive capsulitis tanpa diabetes mellitus.
Correlation between Osteoarthritis Knee Damage Based on Ultrasound with Kellgren-Lawrence Classification Kurniawati, Wensri sevni; Ilyas, Muhammad; Muis, Mirna; Alfian Z, Andi; Faridin, Faridin; Asriyani, Sri
Mutiara Medika: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 21, No 1: January 2021
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18196/mmjkk.v21i1.7225

Abstract

The classic standard criteria to diagnose osteoarthritis (OA) of the knee is the conventional radiological imaging. Ultrasonography could assess the osteoarthritis early and show invisible joint structures in osteoarthritis. This study aimed to compare the cartilage changes of trochlear femur and osteophytes (femur and tibia) through ultrasound examination with the radiological imaging in stages to Kellgren-Lawrence (KL) classification. This is an observational study using cross-sectional design, involved 33 patients with knee OA who underwent conventional photo examination and ultrasonography at dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Hospital in the period of June - August 2019. Spearman's test showed that there is a significant correlation between the stage of OA by KL and the stage of femoral trochlear cartilage damage (p 0.001) with strong correlation (r 0.828). Significant correlation is also between the stage of OA and the stage of osteophytes on the femur-lateral condylus both medial and lateral sides (p 0.001) with strong correlation (r 0.823; 0.79; 0.816, and 0.818). It concluded that the higher grade of femoral trochlear cartilage damage will result in the higher the stage of OA. The higher grade of osteophytes in knee joints will also result in the higher the stage of OA.
Korelasi antara Derajat Dehidrasi Menurut WHO dengan Rasio Vena Cava Inferior/Aorta Abdominal Menggunakan Ultrasonografi pada Anak Penderita Diare Herman, Teddy Marzuki; Murtala, Bachtiar; Latief, Nikmatia; Asriyani, Sri; Zainuddin, Andi Alfian; Ganda, Idham Jaya
Majalah Kesehatan Pharmamedika Vol 12, No 1 (2020): JUNI 2020
Publisher : Lembaga Penelitian Universitas YARSI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33476/mkp.v12i1.1600

Abstract

Penelitian ini bertujuan menilai hubungan antara derajat dehidrasi menurut WHO dengan rasio vena cava inferior / aorta abdominal berdasarkan ultrasonografi pada anak penderita diare. Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional terhadap 46 anak penderita diare yang masuk ke IGD pediatrik RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar dari bulan Oktober 2018 sampai Desember 2018. Penilaian derajat dehidrasi menurut WHO dilakukan oleh dokter anak sesaat setelah dilakukan pemeriksaan ultrasonografi untuk mengukur rasio vena cava inferior/aorta abdominal. Hasil penelitian menunjukkan terdapat korelasi kuat antara derajat dehidrasi menurut WHO dengan rasio IVC/aorta abdominal (p0,001, r=-0,637). Semakin berat derajat dehidrasi menurut WHO, semakin rendah rasio IVC/aorta abdominal.
Penyerupa dan Penyerta Tuberkulosis Paru yang Terdiagnosis Berdasarkan Gambaran CT-scan Toraks Pada Rumah Sakit Rujukan Tersier Bachtiar, Nur Amelia; Asriyani, Sri; Murtala, Bachtiar; Latief, Nikmatia; Djaharuddin, Irawaty; Zainuddin, Andi Alfian
Majalah Kesehatan Pharmamedika Vol 12, No 2 (2020): DESEMBER 2020
Publisher : Lembaga Penelitian Universitas YARSI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33476/mkp.v12i2.1747

Abstract

Latar belakang: Sistem rujukan berjenjang dapat mempengaruhi karakteristik lesi pada CT-scan toraks pasien terduga tuberkulosis (TB) paru pada rumah sakit rujukan tersier. Hal ini dapat menyamarkan keberadaan penyerupa dan penyerta TB paru. Metode Penelitian: Sampel adalah pasien yang terdiagnosis TB paru oleh ahli radiologi pada periode Oktober 2018 hingga Juni 2019. Analisis Chi-square dilakukan untuk menguji kesesuain 12 karakteristik CT-scan toraks (Konsolidasi, kavitas, tree-in-bud, fibrokalsifikasi, air-bronchogram-sign, lesi noduler, efusi pleura, atelektasis, bercak infiltrat, lymphadenopathy, bronchiectasis, ground glass opacity) dengan diagnosis akhir klinisi. Pencatatan penyerupa dan penyerta TB dilakukan setelah diagnosis akhir ditegakkan. Hasil: Dari 137 sampel, hanya 61 (44.5%) pasien yang terdiagnosis sebagai TB paru aktif, 38 (27.7%) terdiagnosis sebagai bekas TB paru dan 38 (27.7%) lainnya terdiagnosis sebagai penyakit paru bukan tuberkulosis. Dari 12 variabel yang dievaluasi, karakteristik yang sesuai dengan diagnosis klinisi adalah tree-in-bud (p = 0.019) dan lymphadenopathy (p = 0.039). Penyakit penyerupa dan penyerta terbanyak adalah tumor paru dan infected bronchiectasis. Simpulan: Gambaran CT-scan pasien TB paru sangat beragam pada rumah sakit rujukan tersier. Diperlukan ketelitian ahli radiologi dan kerja sama yang baik dengan klinisi untuk mendeteksi berbagai kemungkinan diagnosis yang dapat menyerupai dan menyertai TB paru
Fistula Aorta - Atrium Kanan Harun, Andi L A; Attamimi, Luthfi; Latief, Nikmatia; Asriyani, Sri
Jurnal Biomedik : JBM Vol 13, No 3 (2021): JURNAL BIOMEDIK : JBM
Publisher : UNIVERSITAS SAM RATULANGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/jbm.v13i3.33805

Abstract

Abstract: Aortic - right atrial fistula is a channel of blood vessels originating from one of the valsalva sinuses and ending in the superior vena cava or right atrium. This fistula is an abnormal vascular connection that causes blood flow from the high-resistance aortic circuit to the low-resistance right atrium. We report a case of a 34-year-old male patient diagnosed with aortic - right atrial fistula with clinical manifestations of spasms since 1 month. The incidence of aortic - right atrial fistula is most common between the ages of 9 and 45 years. The cause of this condition appears to be an inherited deficiency / weakness of the elastic lamina in the aortic medium. Right aorto-atrial fistula has varied clinical manifestations such as acute pulmonary edema, chronic heart failure and can also be found incidentally. Cardiac MSCT with contrast shows the results of the aorta to right atrial fistula. This patient was treated with furosemide and aspilet treatment.Key words: Aortic - right atrial fistula, MSCT cardiac.  Abstrak: Fistula aorta - atrium kanan adalah celah atau saluran pembuluh darah yang berasal dari salah satu sinus valsava dan berakhir di vena cava superior atau atrium kanan. Fistula ini merupakan koneksi vaskular abnormal yang menyebabkan aliran darah dari sirkuit aorta dengan resistensi tinggi ke atrium kanan dengan resistansi rendah. Kami melaporkan kasus pasien laki-laki berusia 34 tahun dengan diagnosis fistula aorta - atrium kanan dengan manifestasi klinis sesak sejak 1 bulan. Insiden fistula aorta - atrium kanan tersering pada usia antara 9 – 45 tahun. Penyebab kondisi ini tampaknya merupakan defisiensi / kelemahan bawaan lamina elastis di media aorta. Fistula aorto-atrium kanan memiliki manifestasi klinis bervariasi seperti edema paru akut, gagal jantung kronis dan dapat pula ditemukan secara insidental. Pada pemeriksaan MSCT cardiac dengan kontras mendapatkan hasil gambaran aorta to right atrial fistula. Pasien ini ditatalaksana dengan diberikan pengobatan furosemide dan aspilet.Kata kunci: Fistula aorta - atrium kanan, MSCT cardiac.