p-Index From 2019 - 2024
1.006
P-Index
This Author published in this journals
All Journal Rekayasa Teknik Sipil
FIRMANSYAH SOFIANTO, MOCHAMAD
Unknown Affiliation

Published : 11 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

PENGARUH VARIASI SUPERPLASTICIZER TERHADAP KUAT TEKAN, BERAT VOLUME, POROSITAS DAN SIFAT SEGAR BETON HIGH VOLUME FLY ASH METODE SELF COMPACTING CONCRETE ARDI SETIAWAN, BIMA; FIRMANSYAH SOFIANTO, MOCHAMAD
Rekayasa Teknik Sipil Vol 3, No 1 (2019)
Publisher : Rekayasa Teknik Sipil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Self Compacting Concrete (SCC) atau bisa juga disebut beton memadat sendiri yang merupakan beton khusus yang dapat memadat ke setiap celah struktur penulangan tanpa menggunakan alat vibrator beton. Penggunaan beton bermutu tinggi tidak dapat dihindarkan dalam perencanaan dan perancangan struktur bangunan karena menghasilkan beton yang relatif lebih awet dan tahan sulfat. Beton dengan kandungan fly ash 50% atau lebih sebagai pengganti semen disebut High Volume Fly Ash Concrete. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan berat volume, kuat tekan, porositas dan sifat segar beton high volume fly ash dengan metode scc menggunakan superplasticizer yang bervariasi. Benda uji berbentuk silinder dengan diameter 10 cm dan tinggi 20 cm. Pengujian kuat tekan pada umur 7, 14, dan 28 hari. Hasil penelitian menunjukkan penambahan proporsi superplasticizer pada beton high volume fly ash metode self compacting concrete dapat menambah workability. Hal ini ditujukan dengan hasil uji beton segar pada uji T500, slump flow, L-box, dan V-funnel. Kuat tekan, berat volume, dan porositas beton dengan proporsi superplasticizer mempunyai nilai optimum pada 1,2% superplasticizer karena memiliki nilai kuat tekan tertinggi dengan 49,44 MPa, nilai berat volume tertinggi dengan 2534,05 kg/m3, nilai porositas terkecil dengan 1,72% pada 28 hari dan sifat segar beton memenuhi standar self compacting concrete.
PEMANFAATAN FLY ASH DAN SERBUK CANGKANG BEKICOT (ACHATINA FULLICA) SEBAGAI SUBSTITUSI SEBAGIAN SEMEN PADA PEMBUATAN BATA RINGAN SELULER YUANITA BRILIANI, ALISA; FIRMANSYAH SOFIANTO, MOCHAMAD
Rekayasa Teknik Sipil Vol 3, No 1 (2019)
Publisher : Rekayasa Teknik Sipil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

AbstrakBata ringan seluler (CLC) merupakan inovasi bata yang menggunakan busa dalam proses pembuatannya. Busa dibuat dengan melarutkan Foaming agent bersama air dengan konsistensi tertentu. Pada penelitian ini, metode yang digunakan adalah dengan mengganti material campuran bata ringan seluler. Material yang digunakan berasal dari mineral alam yang tidak terpakai atau limbah. Dampak penggunaan material tersebut adalah dapat merubah kualitas dari bata ringan seluler. Kualitas bata ringan seluler dapat dilihat dari nilai berat volume, kuat tekan dan penyerapan air bata sesuai dengan SNI 03-0349-1989. Penelitian ini bertujuan menemukan formula baru dalam pembuatan bata ringan seluler dengan menggunakan material fly ash dan serbuk cangkang bekicot (SCB) sebagai pengganti/substitusi semen. Kadar bahan substitusi adalah sebesar 0%, 5%, 10%, 15% dan 20% dari berat semen. Campuran fly ash dan serbuk cangkang bekicot (SCB) terlebih dahulu dibuat dengan perbandingan sebesar 1 : 0,349. Selanjutnya fly ash dan serbuk cangkang bekicot (SCB) dicampurkan dengan material lain seperti semen, pasir, air dan foam agent. Pengujian yang dilakukan meliputi pengujian berat volume, kuat tekan dan penyerapan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa formula bahan pembuat bata ringan terbaik adalah substitusi 5% semen oleh fly ash dan SCB yang menghasilkan bata dengan berat volume 1,019 gr/cm3, kuat tekan 3,840 MPa dan penyerapan air 33%. Semakin tinggi penambahan kadar fly ash dan SCB akan menyebabkan penurunan berat volume, penurunan kuat tekan dan peningkatan nilai penyerapan air. Berdasarkan SNI-03-0349-1989, mutu bata ringan seluler yang dihasilkan adalah kategori IV. Kata Kunci: Bata Ringan Seluler, CLC, Fly Ash, Serbuk Cangkang Bekicot, Foam Agent Abstract Cellular Lightweight Concrete (CLC) is brick innovation used foam in the making process. Foam is made by dissolving the Foaming agent within water and a certain consistency. In this study, the method used is to replace material of the mixed cellular lightweight concrete. The used materials are unused natural minerals or waste. The impact of using these materials is can be change the quality of cellular light concrete. The quality of cellular light concrete can be seen from the value of volume weight, compressive strength and density (water absorption) according to SNI 03-0349-1989. This study has purpose to found a new formula in the making of cellular lightweight concrete used fly ash material and snail shell powder (SCB) as replacement / substitution for cement. The percentages of substitution material are 0%, 5%, 10%, 15% and 20% by weight of cement. A mixture of fly ash and snail shell powder (SCB) was a first-made with ratio 1: 0.349. Furthermore, fly ash and snail shell powder (SCB) are mixed with other materials such as cement, sand, water and foam agent. The tests carried out were volume weight test, test compressive strength and density. The results shown that the best material formula of making lightweight brick was rate 5% substitution of cement by fly ash and SCB which produced brick with a volume weight of 1.019 gr / cm3, compressive strength of 3,840 MPa and 33% density. The higher addition of fly ash and SCB percentages will cause a decrease in volume weight, decrease in compressive strength and increase in density. Based on SNI-03-0349-1989, the quality of cellular lightweight concrete has resulted is category IV. Keywords: Cellular Lightweight Concrete, CLC, Fly Ash, Snail Shell Powder, Foam Agent
PENGARUH PENAMBAHAN SUPERPLASTICIZER PADA BETON DENGAN LIMBAH TEMBAGA (COPPER SLAG) TERHADAP KUAT TEKAN BETON SESUAI UMURNYA DZIKRI, MUHAMMAD; FIRMANSYAH SOFIANTO, MOCHAMAD
Rekayasa Teknik Sipil Vol 2, No 2/REKAT/18 (2018): Wisuda ke-92 Periode 2 Tahun 2018
Publisher : Rekayasa Teknik Sipil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Limbah terak tembaga (copper slag) dari PT. Smelting Gresik dapat dimanfaatkan sebagai bahan pengganti agregat halus dalam campuran beton. Pemanfaatan copper slag pada beton lebih tepat untuk menambah kuat tekan beton tetapi gradasi yang lebih besar daripada pasir serta workability yang sulit dapat menyebabkan beton menjadi porus, sehingga perlu diberi zat aditif berupa penambahan superplasticizer untuk mempermudah pengerjaan beton. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui peningkatan kuat tekan beton dan kemampuan workability dari penelitian beton dengan campuran copper slag dan penambahan superplasticizer. Penelitian ini direncanakan menggunakan copper slag sebagai substitusi agregat halus sebanyak 40% serta variasi penambahan superplasticizer ?sika viscocrete-1003? 0,5% ; 1% ; 1,5% ; dan 2% dari berat pasta semen. Pengujian benda uji menggunakan silinder berdiameter 10 dan tinggi 20 cm serta dilakukan uji kuat tekan pada umur 14, 28, dan 56 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh penambahan superplasticizer sampai 1,5% (SP1,5%) dari keempat variabel di atas diperoleh hasil yang tertinggi pada karakteristik beton. Pengujian karakteristik beton terhadap kuat tekan menunjukkan peningkatan pada umur 14 hari ke umur 28 hari. Sedangkan pada umur 28 hari ke 56 hari masih mengalami peningkatan namun tidak terlalu signifikan. Pada umur 28 hari nilai berat per volume sebesar 2405,59 kg/m3, nilai kuat tekan beton 26,17 MPa pada umur 28 hari dan prosentase pencapaian kuat tekan pada umur 14 hari sebesar 86,47%. Untuk pengaruh penambahan superplasticizer yang terendah sampai 2% (SP2%) dari keempat variabel. Pada umur 28 hari nilai berat per volume sebesar 2348,84 kg/m3, nilai kuat tekan beton 17,81 MPa pada umur 28 hari dan prosentase pencapaian kuat tekan pada umur 14 hari sebesar 69,66%. Dengan mengetahui karakteristik beton tersebut dapat diketahui bahwa penggunaan penambahan superplasticizer yang paling optimum didapatkan sampai 1,5% dari berat binder. Kata kunci : superplasticizer, copper slag, berat per volume, kuat tekan
PENGGUNAAN SERAT KAPAS (GOSSYPIUM SP) SEBAGAI BAHAN TAMBAHAN PADA CAMPURAN GENTENG BETON TERHADAP UJI KEMAMPUAN MEKANIS EKA EVA ARDIANA, MEI; FIRMANSYAH SOFIANTO, MOCHAMAD
Rekayasa Teknik Sipil Vol 3, No 3 (2018)
Publisher : Rekayasa Teknik Sipil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Tanaman kapas berasal dari Asia, Afrika, Australia dan sudah dibudidayakan sejak zaman prasejarah. kapas masuk ke Indonesia dan menyebar ke berbagai daerah, menyesuaikan dengan keadaan iklim dan tanah serta tatacara penanaman di daerah tersebut. Seiring berjalanya waktu penelitian dan eksperimen dilakukan untuk mendapatkan serat kapas yang kuat dan baik, salah satu hasil dari penelitian dan eksperimen adalah varietas kapas Kanesia 12 dengan kode persilangan Taskent 2%2 Pusa 1. Genteng beton merupakan variasi bentuk aplikasi penggunaan beton sebagai bahan bangunan non-struktural. Genteng beton memiliki kelemahan dalam menahan tegangan tarik lentur dan berat sendirinya besar. Maka dari itu tujuan penelitian ini adalah mengetahui berapa variasi serat kapas yang dapat ditambahkan pada genteng beton sehingga diketahui tegangan tarik lentur yang paling baik. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen, uji laboratorium dan dalam penulisan laporan sesuai dengan kajian literatur. Dari metode yang sudah disebutkan tersebut diharapkan bisa memberikan data yang akurat dan teliti pada hasil penelitian yang dilakukan. Data dikumpulkan dengan cara uji laboratorium yaitu uji kemampuan mekanis yang meliputi uji sifat tampak, ukuran, berat, bentuk, uji penyerapan air, uji beban lentur dan uji rembesan air. Hasil penelitaan menunjukkan bahwa untuk uji kemampuan mekanis genteng beton didapatkan uji sifat tampak, ukuran, berat, bentuk dengan kontrol (0%) tidak ada cacat fisik dan untuk benda uji yang menggunakan komposisi penambahan serat kapas paling banyak dengan komposisi 1,5% juga tidak ada cacat fisik. Untuk penyerapan air dengan kontrol 0% serat kapas sebesar 1,59 % dan untuk benda uji yang menggunakan serat kapas paling banyak dengan komposisi 1,5% sebesar 2,35%. Untuk beban lentur komposisi 0% serat kapas sebesar 1223,47 N dan yang menggunakan komposisi penambahan serat kapas kuat lentur tertinggi dengan komposisi 1,5% yaitu 2017,07 N. sedangkan untuk rembesan air komposisi 0% serat kapas tidak ada rembesan dan yang menggunakan komposisi penambahan serat kapas 1,5% yaitu juga tidak ada rembesan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa serat kapas dapat digunakan sebagai bahan tambahan pembuatan genteng beton. Kata Kunci : genteng beton, serat kapas. Cotton plants come from Asia, Africa, Australia and have been cultivated since prehistoric times. cotton entered Indonesia and spread to various regions, adjusting to climatic and land conditions and planting procedures in the area. Over time, research and experiments were carried out to obtain strong and good cotton fibers, one of the results of the research and experiment was Kanesia 12 cotton varieties with Taskent 2%2 crossover code 1.Concrete tiles are a variety of applications for using concrete as a non-structural building material. Concrete roof tiles have a disadvantage in resisting bending tensile stress and large self-weight. Therefore the purpose of this study is to find out how much variation in cotton fibers can be added to concrete tiles so that the best bending stress is known. The research method used is experimental method, laboratory test and in writing the report in accordance with literature review. From the mentioned method, it is expected to be able to provide accurate and accurate data on the results of the research conducted. Data were collected by means of laboratory tests, namely mechanical ability tests which included test of visible properties, size, weight, shape, water absorption test, flexural load test and water seepage test.The result of the research showed that for the test of mechanical ability of concrete tile, it was found that the test of visible properties, size, weight, shape with control (0%) no physical defect and for test specimen using cotton fiber addition composition at most 1.5% there is physical disability. For water absorption with 0% control of cotton fiber of 1.59% and for specimens using the most cotton fiber with a composition of 1.5% of 2.35%. For a flexible load of 0% cotton fiber composition of 1223.47 N and which uses the highest flexural strength flexible cotton composition with a composition of 1.5% is 2017.07 N. whereas for water seepage the composition of 0% cotton fibers is not seepage and which uses composition of cotton fiber addition of 1.5% Also no seepage. Thus it can be concluded that cotton fiber can be used as an additional material for making concrete roof tiles. Keywords : Concrete Tile, Cotton Fiber
PENGARUH PENGGUNAAN SERAT BULU AYAM SEBAGAI BAHAN TAMBAHAN PADA CAMPURAN GENTENG BETON TERHADAP UJI KEMAMPUAN MEKANIS ARDIYANTI, IKA; FIRMANSYAH SOFIANTO, MOCHAMAD
Rekayasa Teknik Sipil Vol 3, No 3 (2018)
Publisher : Rekayasa Teknik Sipil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Genteng beton merupakan salah satu penutup atap yang baik, namun tidak banyak masyarakat yang menggunakan genteng beton dikarenakan genteng beton termasuk penutup atap yang cukup berat, mudah retak oleh karena itu dibutuhkan bahan tambahan untuk memperbaiki kelemahan genteng beton. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan serat bulu ayam terhadap besar beban lentur, ketahanan terhadap rembesan air, penyerapan air, keseragaman ukuran, dan kualitas genteng beton tanpa bahan tambah dan dengan bahan tambah serat bulu ayam. Perbandingan antara semen portland, kapur mill, dan pasir pada komposisi campuran genteng beton yaitu 1 PC : 2 KM : 2,5 PS. Sedangkan persentase penambahan serat bulu ayam 0%; 0,5%; 1%; 1,5%; dari berat pasir. Analisis data dilakukan dengan menghitung rata-rata hasil pengujian kemudian dibandingkan dengan persyaratan SNI 0096-2007. Hasil pengujian sifat tampak luar genteng beton permukaan atasnya mulus,siku, tidak terdapat retak, atau cacat lainnya. Hasil uji ukuran genteng beton pengait atas = 2,35 mm, pengait bawah = 2,17 mm, pengait samping = 0,97 mm, tengah = 1,07 mm, lekukan tengah = 1,83 mm, lekukan pengait atas = 2,23 mm, panjang + lekukan = 44,50 mm, P = 420 mm, L = 320 mm. Hasil pengujian berat genteng beton rata-rata pada penambahan serat serat bulu ayam 0% = 4,20 kg; 0,5% = 4,33 kg; 1% = 4,39 kg; 1,5% = 4,44 kg. Hasil pengujian penyerapan air (porositas) rata-rata genteng beton pada penambahan serat serat bulu ayam 0% = 1,59 %; 0,5% = 1,78 %; 1% = 2,14 %; 1,5% = 2.27 %. Hasil pengujian ketahanan terhadap rembesan air genteng beton dengan penambahan serat bulu ayam 0%; 0,5% ; 1%; 1,5% semuanya tidak terjadi rembesan. Hasil pengujian beban lentur rata-rata pada persentase penambahan serat bulu ayam 0% = 1223,47 N; 0,5% = 1256,53 N; 1% = 1355,73 N; 1,5% = 1521,07 N. Maka dari hasil pengujian tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan bertambahnya persentase serat bulu ayam pada genteng beton dapat meningkatkan beban lentur hingga kondisi patah. Penelitian menunjukkan bahwa genteng beton dengan penambahan serat bulu ayam sudah memenuhi SNI 0096-2007 dari segi sifat tampak, dan ukuran, penyerapan air, beban lentur, dan rembesan air. Kata kunci : bahan tambah, genteng beton, serat bulu ayam Abstract Concrete roof tiles are one of the good roof coverings, but not many people use concrete roof tiles because concrete roofs including roof coverings are quite heavy, easily cracked therefore additional materials are needed to improve the weakness of concrete tiles. This study aims to determine the effect of addition of chicken feather fibers on the amount of flexural load, resistance to water seepage, water absorption, uniformity of size, and quality of concrete tiles without added materials and with ingredients added to chicken feather fibers. Comparison between portland cement, lime mill and sand in the composition of concrete tile mix is ??1 PC: 2 KM: 2.5 PS. While the percentage of addition of chicken feather fiber is 0%; 0.5%; 1%; 1.5%; from the weight of sand. Data analysis is done by calculating the average test results then compared with the requirements of SNI 0096-2007. The results of testing the properties of the exterior appearance of concrete tiles smooth surface, elbows, no cracks, or other defects. The test results of the size of the hook concrete roof above = 2,35 mm, bottom hook = 2,17 mm, side hook = 0,97 mm, middle = 1,07 mm, middle groove = 1,83 mm, hook top hook = 2, 23 mm, length + indentation = 44.50 mm, P = 420 mm, L = 320 mm. The average weight test results of concrete tiles on addition of chicken feather fiber 0% = 4,20 kg; 0,5% = 4,33 kg; 1% = 4,39 kg; 1,5% = 4,44 kg. Test results of the average water absorption (porosity) of concrete tiles on the addition of chicken feather fiber 0% = 1,59%; 0,5% = 1,78%; 1% = 2,14%; 1,5% = 2.27%. Test results of resistance to concrete tile water seepage with addition of 0% chicken feather fiber; 0.5%; 1%; 1.5% of all seepage does not occur. The results of the average flexural load testing on the percentage of addition of chicken feather 0% = 1223,47 N; 0,5% = 1256,53 N; 1% = 1355,73 N; 1,5% = 15,07 N. So from the results of the test it can be concluded that by increasing the percentage of chicken feather fibers in concrete tiles can increase the flexural load until the condition is broken. Research shows that concrete tile with the addition of chicken feather fiber has fulfilled SNI 0096-2007 in terms of appearance, size and water absorption, flexural load, and water seepage. Key words : added ingredients, concrete tile, chicken feather fiber
PENGARUH SERBUK CANGKANG KERANG SEBAGAI BAHAN PENGGANTI SEBAGIAN SEMEN TERHADAP BERAT VOLUME, KUAT TEKAN DAN PENYERAPAN AIR BATA BETON RINGAN SELULER BERBAHAN DASAR BOTTOM ASH Farid Jananda, Muhammad; FIRMANSYAH SOFIANTO, MOCHAMAD
Rekayasa Teknik Sipil Vol 3, No 3 (2018)
Publisher : Rekayasa Teknik Sipil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Bata Beton Ringan Seluler atau sering disebut Cellular Lightweight Concrete(CLC) merupakan bata beton ringan dengan inovasi baru yang bertujuan untuk memperingan beban struktur dari sebuah bangunan konstruksi dan mempercepat pelaksanaannya. Material yang dibutuhkan untuk membuat bata beton ringan seluler adalah pasir, semen, air dan foam agent. Pengujian yang dilakukan yaitu meliputi berat volume, kuat tekan dan penyerapan air. Pada penelitian yang dilakukan ini dalam pembuatan bata beton ringan seluler material serbuk cangkang kerang (SCK) digunakan sebagai material pengganti sebagian semen dengan kadar penggunaan sebesar 0%, 2%, 4%, 6%, dan 8% dari berat semen yang berbahan dasar Bottom Ash dari berat semen. Dari hasil penelitian ini bahwa seiring dengan penambahan kadar SCK berat volume menunjukkan hasil yang stabil dan kadar yang paling besar yaitu 4%. Hasil pengujian kuat tekan kadar optimum pada presentase 4% lalu menurun pada kadar berikutnya dan pada hasil pengujian penyerapan air mengalami kenaikan kemudian menurun. Bata Beton Ringan Seluler (CLC) dengan campuran Serbuk Cangkang Kerang (SCK) dan Bottom Ash di rekomendasikan sebagai Bata Beton Ringan Seluler yang digunakan untuk kontruksi terlindungi misalnya sebagai dinding penyekat. Kata Kunci: SCK, Bottom Ash, Bata Beton Ringan Seluler, Kuat tekan, Berat volume, Penyerapan air.Abstract Cellular Lightweight Concrete Brick or often called Cellular Lightweight Concrete (CLC) is a lightweight concrete brick with a new innovation that aims to lighten the structural load of a construction building and accelerate its construction. Basic material to composed cellular lightweight concrete brick consist of sand, cement, water and foam agent. Tests carried out include the density, compressive strength and water absorption. In this research, cellular lightweight concrete brick with material dust shell (SCK) is used as a cement replacement material, in which the composition of those material are 0%, 2%, 4%, 6%, and 8% from the weight of cement. From the result of this research that by adding SCK the density showed a stable result and the highest composition content is 4%. And the result of compressive strenght test showed that the optimum content is 4% and then going down at the next composition content. Result of water absorption test is increases and then decreases. Cellular Lightweight Concrete Bricks (CLC) with Shellfish Shell Powder (SCK) material and Bottom Ash are recommended as Cellular Lightweight Concrete Bricks which are used for protected construction for example as insulating walls. Keywords: SCK, Bottom Ash, Cellular Lightweight Concrete Bricks, compressive strength, density, water absorption.
PENGARUH PENGGUNAAN KAPUR SEBAGAI BAHAN PENGGANTI SEBAGIAN SEMEN TERHADAP BERAT VOLUME, KUAT TEKAN DAN PENYERAPAN AIR PADA BATA BETON RINGAN SELULER BERBAHAN DASAR BOTTOM ASH KARTIKA NINGRUM, DEVY; FIRMANSYAH SOFIANTO, MOCHAMAD
Rekayasa Teknik Sipil Vol 3, No 3 (2018)
Publisher : Rekayasa Teknik Sipil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Bata beton ringan seluler (CLC) merupakan bata beton konvensional yang proses pembuatannya dengan memasukkan udara menggunakan busa organik yang sangat stabil dan dan tidak ada reaksi kimia ketika proses pencampuran, busa berfungsi sebagai media untuk membungkus udara (Goritman. DKK, 2011:2). Bata ringan menurut Ngabdurrochman (2009), adalah bata berpori yang memiliki berat jenis lebih ringan daripada bata pada umumnya dengan berat jenis antara 600-1600 kg/m3. Pada penelitian ini, material yang dibutuhkan dalam pembuatan bata beton ringan CLC adalah pasir, air semen dan foam agent. Pengujian yang dilakukan meliputi pengujian berat volume, kuat tekan dan penyerapan air. Dalam pembuatan bata beton ringan CLC berbahan dasar bottom ash bahan pengganti sebagian semen yang digunakan adalah kapur. Kadar penggunaan kapur adalah sebesar 0%,3%, 6%, 9%, 12%, dan 15% dari berat semen. Sedangkan kadar bottom ash yang digunakan berdasarkan penelitian yang dilakukan Ristinah (2012) adalah sebesar 5% dari berat semen. Hasil penelitian menunjukkan kadar optimum penggunaan kapur sebesar 9% dengan hasil kuat tekan rata-rata sebesar 3.53 MPa, dengan berat volume sebesar 1.080 gr/cm3, dan penyerapan air sebesar 24%. Berdasarkan SNI 03-0349-1989 bata beton ringan CLC tersebut termasuk kedalam kelas mutu III. Kata Kunci: Bata Beton Ringan CLC, Kapur, Bottom Ash, Kuat Tekan, Penyerapan Air, Berat Volume. Abstract Cellular lightweight concrete brick (CLC) is a conventional concrete brick which its manufacturing process by incorporating air using organic foam that is very stable and there is no chemical reaction in mixing, foam serves as a medium to wrap air (Goritman. DKK, 2011: 2). Lighweight brick according to Ngabdurrochman (2009), is a porous brick which has a lighter density than convensional brick with a density between 600-1600 kg/m3. In this study, the material needed in making CLC lightweight concrete bricks are sand, cement water, and foam agent. Tests carried out include testing the density, compressive strength, and water absorption. In making CLC lightweight concrete bricks, with bottom ash used lime as a partial replacement material of cement. The variation of lime used are 0%, 3%, 6%, 9%, 12%, and 15% of the cement weight. And the composition content of bottom ash in mix design used 5% from the weight of cement based on the previous research of Ristinah (2012). The results shows that the optimum level of lime used is 9% with an average compressive strength of 3.53 MPa, with a density of 1,080 gram / cm3, and water absorption of 24%. Based on SNI 03-0349-1989, CLC lightweight concrete brick is included in the quality class III. Key Words: CLC Light Brick, Lime, Bottom ash, compressive strength, water absorption, density
PENGARUH PENAMBAHAN BOTTOM ASH DAN SERBUK CANGKANG BEKICOT (ACHATINA FULICA) SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN SEMEN PADA BATA RINGAN AMIRUL A R, AMATULLAH; FIRMANSYAH SOFIANTO, MOCHAMAD
Rekayasa Teknik Sipil Vol 2, No 1 (2019)
Publisher : Rekayasa Teknik Sipil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Cellular Lightweight Concrete (CLC) adalah beton ringan seluler (berpori) yang mengalami proses curing secara alamiah. Dalam prosesnya menggunakan busa organik yang sangat stabil, dan tidak ada reaksi kimia ketika proses pencampuran adonan (E, Hunggurami, 2014). Di dalam SNI 03-2847-2002 tertulis beton ringan adalah beton yang mengandung agregat ringan dan mempunyai berat satuan tidak lebih dari 1900 kg/m3. Pada penelitian ini, bahan-bahan untuk pembuatan bata beton ringan seluler yang digunakan adalah pasir,semen,air dan foam agent. Pada pembuatan bata beton ringan seluler ini menggunakan bottom ash dan serbuk cangkang bekicot dengan perbandingan campuran 1:0,6 untuk bahan pengganti semen. Mix design yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan penelitian Hazim (2016) adalah semen:pasir 1:2 dengan FAS 0,5. Kadar penggunaan campuran bottom ash dan serbuk cangkang bekicot adalah sebanyak 5%, 10%, 15% dan 20% dari berat semen. Pengujian yang dilakukan adalah uji berat volume, uji kuat tekan dan uji penyerapan air. Hasil kuat tekan optimum dihasilkan pada benda uji dengan kadar subtitusi 20% dari jumlah semen, yaitu 3,7 MPa, dengan berat volume sebesar 1,02 g/cm3 dan 26,2% penyerapan air. Berdasarkan SNI 03-0349-1989 bata beton ringan seluler tersebut termasuk kedalam kelas mutu III. Kata Kunci: Bata Beton Ringan Seluler Bata Ringan, Berat Volume, Bottom Ash, CLC, Kuat Tekan, Penyerapan, Serbuk Cangkang Bekicot. Abstract Cellular Lightweight Concrete (CLC) is lightweight concrete cellular (porous) which undergoes a natural curing process. In the process of making CLC is using very stable organic foam, and there is no chemical reaction when mixing the dough (E, Hunggurami, 2014). In SNI 03- 2847-2002 written that light weight concrete containing light aggregates and has a unit weight of not more than 1900 kg/m3. The used materials for making cellular lightweight concrete in this study were sand, cement, water and foam agent. In making this cellular light weight concrete used bottom ash and snail shell powder with comparison of mixture of 1: 0.6 as replacement material for cement. The mix design used in this study is based on Hazim (2016) research with ratio cement:sand 1:2 and water ratio 0.5. The percentage of bottom ash and snail shell powder mixture are 5%, 10%, 15% and 20% for replacement material of cement. Tests carried out were volume weight test, test compressive strength and density. The optimum compressive strength results were produced from the test object substitution rate of 20% from the amount of cement, which was 3.7 MPa, volume weight of 1.02 g/cm3 and 26.2% density. Based on SNI 03-0349-1989 the lightweight concrete cellular included in the 3rd quality class. Keywords: Absorption, Bottom Ash, Lightweight Brick, Cellular Lightweight Concrete Brick, CLC, Compressive Strength, Snail Shell Powder, Volume Weight.
PENGARUH PEMANFAATAN ELECTRICAL ARC FURNACE SLAG PADA PEMBUATAN SELF COMPACTING CONCRETE WAHYUDI, AGUNG; FIRMANSYAH SOFIANTO, MOCHAMAD
Rekayasa Teknik Sipil Vol 2, No 1 (2019)
Publisher : Rekayasa Teknik Sipil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Self compacting concrete merupakan beton dengan kemampuan filling ability, passing ability, dan placing ability tinggi. Penelitian dilakukan secara eksperimental dengan merancang penggunaan electrical arc furnace slag sebagai subtitusi kerikil dan fly ash 30% dari semen sebagai filler. Variasi EAFS sebesar 0%, 10%, 30%, dan 50% dari berat kerikil. Pengujian meliputi karakteristik beton segar (slump flow test, v-funnel test, dan l-box test), yaitu berat volume, kuat tekan, dan porositas. Hasil pengujian slump flow test menunjukkan SCC EAFS 0% menghasilkan filling ability terbaik dengan waktu flow (8 sekon). Pengujian passing ability menunjukkan SCC EAFS 10% memiliki kemampuan passing ability terbaik dengan nilai H2/H1 (0,993). Pengujian tingkat viskositas menghasilkan viskositas terendah pada SCC EAFS 50%. Hasil pengujian berat volume, SCC EAFS 50% memiliki berat volume tertinggi umur 28 hari (2573,70 kg/m3). Pengujian kiuat tekan tertinggi pada penggunaan EAFS 30% dengan kuat tekan umur 28 hari (44,37 Mpa). Kadar porositas, variasi dengan tingkat poroitas terkecil pada SCC EAFS 30% (2,03%). Kadar penggunaan EAFS 50% dengan berat volume tertinggi, menghasilkan kuat tekan lebih rendah umur 28 hari (35,63 Mpa) karena faktor porositas tertinggi (2,63%). Kata kunci : Self compacting concrete, fly ash, berat volume, kuat tekan, porositas. Abstract Self compacting concrete is a concrete with high filling ability, passing ability and placing ability. This experimentally study was conducted content by designing the use of electrical arc furnace slag (EAFS) as a substitution of gravel and 30% fly ash from cement as a filler. EAFS variations are 0%, 10%, 30%, and 50% of the weight of the gravel. Tests include characteristics of fresh concrete (slump flow test, v-funnel test, and l-box test), namely volume weight, compressive strength, and porosity. The results of the slump flow test showed that 0% SCC EAFS produced the best filling ability with flow time (8 seconds). The passing ability test shows 10% SCC EAFS has the best passing ability with H2 / H1 (0.993). The viscosity test results in the lowest vicocity at 50% EAFS SCC. The results of the volume testing, 50% SCC EAFS has the highest volume weight at 28 days (2573.70 kg / m3). The highest compressive strength test was used on 30% EAFS with 28 days compressive strength (44.37 Mpa). Porosity level, variation with the smallest porosity level in 30% EAFS SCC (2.03%). The level of use of 50% EAFS with the highest volume weight resulted in a lower compressive strength of 28 days (35.63 MPa) due to the highest porosity factor (2.63%). Keywords: Self compacting concrete, fly ash, EAFS, compressive strength, porosity.
PENGARUH VARIASI WATER BINDER RATIO (0,20-0,32) TERHADAP SIFAT SEGAR, BERAT VOLUME, POROSITAS, DAN KUAT TEKAN PADA BETON HIGH VOLUME FLY ASH METODE SELF COMPACTING CONCRETE KURNIAWATI, ANDINI; FIRMANSYAH SOFIANTO, MOCHAMAD
Rekayasa Teknik Sipil Vol 3, No 1 (2019)
Publisher : Rekayasa Teknik Sipil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Durabilitas merupakan salah satu permasalahan dalam pekerjaan teknis beton yang diakibatkan oleh pemadatan yang kurang optimal, sehingga dibutuhkan beton yang mampu memadat sendiri. Karakteristik beton yang memadat sendiri adalah volume binder lebih banyak daripada beton normal, sehingga nilai w/b ratio menjadi kecil. HVFA digunakan untuk mengurangi dampak lingkungan yang diakibatkan penggunaan volume binder yang besar. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh w/b ratio terhadap sifat segar, berat per-volume, porositas, dan kuat tekan beton. Penelitian ini direncanakan menggunakan variasi w/b ratio 0,20; 0,24; 0,28; 0,32 dan kadar HVFA 50% dari volume binder. Pengujian benda uji menggunakan silinder dengan ukuran 10x20 cm. Uji beton segar yang dilakukan adalah Uji Slump, Uji T50, Uji V-funnel, dan Uji L-Box. Uji kuat tekan pada umur 7, 14, dan 28 hari. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh w/b ratio terhadap beton segar dan memenuhi persyaratan sifat segar SCC. Berat per volume sebagian besar beton tegolong dalam jenis beton berat dengan nilai terberat adalah 2451,59 kg/m3. Pengaruh w/b ratio terhadap porositas ditunjukkan bahwa nilai w/b ratio yang terendah memiliki nilai porositas juga kecil, nilai Porositas terkecil yaitu 1,27%. Kuat tekan yang paling besar terdapat pada beton w/b ratio 0,20 dengan nilai 44,59 MPa. Kata kunci : w/b ratio; Sifat Segar, Kuat Tekan, Berat Per Volume, dan Porositas.