Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Validasi Struktur Internal Alat Ukur Refleksi Diri Adaptif melalui CFA Bahiyah, Siti; savitri, setiawati intan
Jurnal Psikologi Vol 45, No 2 (2018)
Publisher : Faculty of Psychology, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (998.93 KB) | DOI: 10.22146/jpsi.34966

Abstract

Adaptive self-reflection could be done if people could react positively when analyzing negative experienced by reflecting emotions, allowing the self to reconstruct the feelings and meaning of the experience rather than recounting what has happened and what is perceived or avoiding it (self-distancing). The purpose of this study is to developed adaptive self-reflection questionnaire by validating internal structure some of the scales that have the same relation with adaptive self-reflection construct. This study used a quantitative approach with Confirmatory Factor Analysis (CFA) method involving 100 respondents in the trial and 306 respondents in the next test. The Adaptive self-reflection questionnaire that produced in this study consisted of 15 items that measure three dimensions, namely the emotional reactivity, thought content, and avoidance. The Adaptive self-reflection questionnaire proved to be valid and reliable (CR = 0.80). The test results proved that measuring adaptive self-reflection questionnaire meet the unidimensionality assumption. Abstrak : Seseorang mencapai refleksi diri adaptif apabila dapat bereaksi secara positif ketika mengingat peristiwa negatif yang pernah dialaminya dengan melakukan refleksi diri, membiarkan diri merekonstruksi perasaan dan makna dari pengalaman daripada mengulang apa yang telah terjadi dan apa yang dirasakan secara nyata atau melakukan penghindaran (self-distancing). Tujuan penelitian ini merancang alat ukur refleksi diri adaptif dengan cara memvalidasi struktur internal beberapa alat ukur sejenis yang berkaitan dengan refleksi diri dengan menggunakan metode Confirmatory Faktor Analysis (CFA) yang melibatkan 100 responden pada tahap uji coba dan 306 responden pada pengujian berikutnya. Alat ukur refleksi diri adaptif yang dihasilkan dari penelitian ini terdiri dari 15 aitem yang mengukur tiga dimensi yaitu reaksi emosi, konten pikiran dan penghindaran. Alat ukur refleksi diri adaptif terbukti valid dan reliable (CR = 0.80). Hasil pengujian membuktikan bahwa alat ukur refleksi diri adaptif ini memenuhi asumsi unidimensionalitas.
PERBEDAAN FAKTOR RISIKO RESILIENSI PADA TINGKAT SISWA SMP, SMA DAN MAHASISWA POLITEKNIK (STUDI KASUS PADA SEKOLAH DI JAKARTA, JAWA TENGAH DAN JAWA TIMUR) Marat, Samsunuwiyati; Idulfilastri, Rita Markus; Dewi, Fransisca Iriani R.; Bahiyah, Siti
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 3, No 2 (2019): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v3i2.7499.2019

Abstract

Penelitian mengenai resiliensi remaja secara indegenous belum banyak dilakukan. Penelitian mengenai faktor-faktor risiko di dalam resiliensi remaja Cina Benteng telah ditemukan adanya 7 (tujuh) faktor risiko yang dihadapi remaja yaitu (1) bencana alam (banjir), (2) pergaulan seks bebas, (3) penyalahgunaan narkoba, (4) bullying, (5) kemacetan lalu lintas, (6) pemalakan, (7) informasi negatif dari media sosial. Ke tujuh faktor risiko ini digunakan untuk menguji faktor risiko pada remaja dengan cakupan remaja yang lebih luas dan mempertahankan keragaman indigenous. Tujuan penelitian adalah menguji apakah ada perbedaan sikap pada remaja SMP, SMA dan Perguruan Tinggi sehingga remaja mampu bertahan atau keluar dari kesulitan hidupnya berdasarkan 7 faktor risiko resileiensi. Jumlah partisipan sebanyak 567 orang terdiri dari siswa SMP sebanyak 179 orang, siswa SMA sebanyak 221 orang dan mahasiswa duduk di semester 1 sebanyak 167 orang, sedangkan wilayah pengambilan data di Jakarta, Jawa Tengah-kota Purwokerto dan Jawa Timur-kota Bojonegoro. Pengolahan data menggunakan SPSS versi 22 dengan teknik statistik One-way ANOVA. Hasil pengujian adanya perbedaan (sig.< 0,05) pada faktor risiko bencana alam/banjir, perilaku seks bebas, narkoba, kemacetan lalu lintas dan informasi negatif dari media sosial. Artinya, siswa SMP, siswa SMA dan mahasiswa bersikap berbeda-beda terhadap faktor-faktor risiko tersebut. Sedangkan faktor risiko bullying tidak terbukti adanya perbedaan (sig.>0,05), dengan demikian ditanggapi dengan sikap sama antara siswa SMP, SMA dan Politeknik. Jika ditinjau dari tingkat pendidikan terbukti siswa SMA dan SMP bersikap sama (sig.>0,05) pada faktor risiko bencana alam dan kemacetan lalu lintas. Sedangkan, mahasiswa dan siswa mempunyai kesamaan sikap pada faktor risiko informasi negatif di media sosial. Terkait dengan budaya lokal terbukti bahwa remaja SMA di Jakarta, Purwokerto dan Bojonegoro berbeda sikap menyingkapi risiko yang dihadapinya terutama mengenai narkoba. Namun kesamaan sikap ketika dihadapi oleh situasi pemalakan dan mendapatkan informasi negatif dari sosial media. Remaja Jakarta mempunyai banyak sikap berbeda dengan remaja di Purwokerto dan Bojonegoro. There is little research on indigenous adolescents’ resilience. Research on risk factors in resilience of Benteng China adolescents has found 7 (seven) risk factors faced by adolescents, namely (1) natural disasters (floods), (2) promiscuity, (3) drug abuse, (4) bullying, (5) traffic congestion, (6) mugging, (7) negative information from social media. These seven risk factors are used to test risk factors broader range of adolescents while maintaining maintain indigenous diversity. The purpose of this study is to test whether there are differences in attitudes in adolescents of junior high, high school and tertiary institutions that allow adolescents to survive or solve their life issues based on the 7 risk factors for resilience. The number of participants were 567 people consisted of 179 junior high school students, 221 high school students and 167 students in semester 1 of tertiary education, while the data collection areas were in Jakarta, Central Java in Purwokerto and East Java in Bojonegoro. Data was processed using SPSS version 22 with One-way ANOVA statistical technique. The test results show differences (sig. <0.05) on risk factors for natural disasters / floods, free sex, drugs, traffic jams and negative information from social media. This means that middle school students, high school students and college students behave differently towards these risk factors. Meanwhile the risk factors for bullying have not shown significant differences (sig.> 0.05), causing similar responses among middle, high school and polytechnic students. When viewed from the level of education it is proven that high school and junior high school students behave in the same way (sig.> 0.05) on natural disaster risk factors and traffic congestion. Meanwhile, college students and students have the same attitude towards negative information on social media. Associated with local culture, it is evident that high school students in Jakarta, Purwokerto and Bojonegoro have different attitudes toward the risks they face, especially regarding drug abuse but similar attitudes when faced with mugging and exposure to negative information from social media. Adolescents in Jakarta show many different attitudes compared to adolescents in Purwokerto and Bojonegoro.