p-Index From 2019 - 2024
0.817
P-Index
This Author published in this journals
All Journal Jurnal Distilasi
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

REGENERASI MINYAK GORENG BEKAS SEBAGAI BAHAN BAKU BIODIESEL MENGGUNAKAN AMPAS TEBU SEBAGAI ADSORBEN Robiah, Robiah
Jurnal Distilasi Vol 3, No 1 (2018): Jurnal Distilasi
Publisher : Universitas Muhammadiyah Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32502/jd.v3i1.1882

Abstract

Minyak goreng bekas merupakan salah satu bahan baku membuat biodiesel, namun kendala yang sering dihadapi tingginya kandungan asam lemak bebas (FFA) dan air. Adsorpsi merupakan cara yang mudah dan murah dibandingkan esterifikasi. Ampas tebu salah satu adsorben yang dapat digunakan untuk mengurangi kandungan FFA (Free Fatty Acid) dan air. Variabel penelitian berupa lama waktu adssorpsi dan variasi ukuran adsorben ampas tebu yang digunakan. Waktu adsorbsi selama 2 x 24 jam dengan ukuran adsorben sebesar 100 mesh dapat mengurangi kandungan air dari 0,1982% menjadi 0,0050%, bilangan asam dapat diturunkan dari 0,7657 menjadi 0,1692 mg NaOH/gr minyak (77,9%) sehingga dapat disimpulkan bahwa ampas tebu dapat digunakan sebagai adsorben yang memiliki daya penyerap yang kuat.
EKSTRAKSI MINYAK ATSIRI DARI KULIT JERUK SEBAGAI BAHAN PELURUHAN STYROFOAM Permana, Surya Hayyu Andy; Robiah, Robiah
Jurnal Distilasi Vol 3, No 2 (2018): Jurnal Distalasi
Publisher : Universitas Muhammadiyah Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32502/jd.v3i2.2935

Abstract

Kulit jeruk sebgaian besar masyarakat Indonesia belum banyak yang memanfaatkannya, karena belum tahu kegunaannya. Padahal didalam jeruk sunkist mengandung lemonen sebagai minyak atsiri yang dapat digunakan sebagai bahan peluruh styrofoam. Pada penelitian ini minyak atsiri diambil dengan proses ekstraksi menggunakan n-heksan sebagai solvent. Variabel yang diteliti pengaruh solvent (10 s.d.30 ml) terhadap yield, dan pengaruh perbandingan minyak atsiri dan air terhadap waktu peluruhan styrofoam. Hasil yang diperoleh lemonen kulit jeruk sunkist dihasilkan meningkat dengan bertambahnya solvent yang digunakan, dan yield tertinggi pada volume solvent 30 ml sebanyak 3,07%. Peluruhan styrofoam memerlukan waktu 11,72 detik pada perbandinganminyak atsiri dan air sebesar 25:75 persen untuk jenis papan, sedangkan styrofoam wadah mie memerlukan waktu 79,45 detik.
PEMBUATAN BIOPLASTIK DARI AMPAS TAHU DAN AMPAS TEBU DENGAN PENGARUH PENAMBAHAN GLISEROL DAN TEPUNG MAIZENA Kalsum, Ummi; Robiah, Robiah; Yokasari, Yokasari
Jurnal Distilasi Vol 5, No 2 (2020): Jurnal Distilasi
Publisher : Universitas Muhammadiyah Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32502/jd.v5i2.3031

Abstract

Penggunaan plastik sebagai pengemas sudah sangat umum dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu, dibutuhkan alternatif plastik ramah lingkungan yang berasal dari bahan yang dapat terurai di lingkungan dan tersedia di alam dalam jumlah besar, contohnya bioplastik yang terbuat dari pat dan selulosa. Limbah ampas tahu merupakan limbah yang bisa dimanfaatkan untuk menjadi bahan baku pembuatan bioplastik, sedangkan kandungan selulosa pada ampas tebu bisa dimanfaatkan menjadi bahan baku plastik karna semakin tinggi kandungan selulosa dapat menghasilkan daya kuat tarik yang tinggi. Tepung maizena digunakan sebagai pengental dari karekteristik bioplastik. Pembuatan bioplastik dengan pengaruh konsentrasi gliserol dan tepung maizena menggunakan pati ampas tebu dan ampas tahu melalui 3 tahap yaitu pembuatan tepung dari pati ampas tahu dan ampas tebu, pembuatan bioplastik dan analisa bioplastik. Hasil terbaik dari berbagai analisa sampel adalah nilai kuat tarik sebesar 0,00367 mPa, nilai swelling sebesar 43,3% dan elongation sebesar 7 %.
LEACHING KALIUM DARI LIMBAH SABUT KELAPA DENGAN PELARUT AIR (KAJIAN PENGARUH VARIASI TEMPERATUR DAN WAKTU) Melani, Ani; Purnama, Diah; Robiah, Robiah
Jurnal Distilasi Vol 6, No 1 (2021): Jurnal Distilasi
Publisher : Universitas Muhammadiyah Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32502/jd.v6i1.3386

Abstract

Indonesia merupakan salah satu penghasil dari sektor pertanian yang sangat melimpah sehingga terdapat banyak masalah limbah dari hasil pertanian. Pada penelitian ini dipelajari proses leaching kalium dari  limbah sabut kelapa dengan menggunakan pelarut air. Kandungan kalium dalam serabut kelapa mengandung 30% serat yang kaya dengan unsur kalium, kandungan kalium pada sabut kelapa ini lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan phosphornya. Pada penelitian ini dilakukan proses Leaching kalium dari limbah sabut kelapa dengan pelarut air (kajian pengaruh variasi temperatur dan waktu). Sabut kelapa dibersihkan dan dikeringkan menggunakan oven dengan suhu 110°C, kemudian dihancurkan dan diayak 50 mesh, lalu di bakar dengan furnace pada suhu 600 °C, 25 gram  abu  hasil ayakan dari abu limbah sabut kelapa tersebut diekstraksi dengan 125 ml pelarut air. Variasi temperatur yang digunakan yaitu 60, 70 dan 80 °C dan variasi waktu 50, 60 dan 70 menit. Kecepatan pengadukan sebesar 250 rpm . Hasil ekstraksi dipisahkan dengan kertas whatman no. 1 untuk memperoleh ekstrak kalium. Dari hasil penelitian ini persentase kalium tertinggi pada temperatur 80°C dan waktu 70 menit diperoleh nilai konsentrasi normalitas 1,53 N dan persentase kalium 21,54%.
PENGARUH VOLUME PELARUT NaOH DAN TEMPERATUR PEMASAKAN PULP DARI PELEPAH PISANG KLUTUK Melani, Ani; Atikah, Atikah; Arjeni, Rafit; Robiah, Robiah
Jurnal Distilasi Vol 7, No 1 (2022): Jurnal Distilasi
Publisher : Universitas Muhammadiyah Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32502/jd.v7i1.4470

Abstract

Pelepah pisang klutuk adalah bagian dari jenis tanaman pisang  yang kurang dimanfaatkan di dalam kehidupan masyarakat. Pelepah pisang klutuk mengandung selulosa lebih dari 80% dan lignin yang rendah sebesar 2.97 % (Bahri S., 2015). Berdasarkan nilai kandungan selulosanya  pelepah pisang dapat digunakan sebagai bahan baku alternatif pembuatan pulp pengganti kayu. Pada penelitian ini dipelajari pengaruh volume NaOH dan temperatur pemasakan pulp dari pelepah pisang klutuk dengan tujuan untuk mengetahui perbandingan antara bahan baku dan volume pelarut secara optimal, serta menentukan temperatur pemasakan yang tepat dalam membuat pulp dengan proses soda. Hasil analisa bahan baku (pelepah pisang klutuk) pada penelitian ini kadar air 7,5 %, kadar abu 3,7 %, kadar selulosa 75,7 % dan lignin 13,1 %. Maka pelepah pisang klutuk dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan pulp. Pelepah pisang klutuk sebanyak 30 gr dicampur dengan pelarut NaOH 3 % dengan variasi volume yaitu 15 ml, 30 ml, 45 ml, 60 ml, dan 75 ml. Kemudian pelepah pisang klutuk dimasak dengan variasi temperatur 100°C, 120°C, dan 140°C selama 120 menit. Pulp yang dihasilkan selanjutnya dianalisa dan hasil analisa pulp memenuhi standar SNI 7274 yang terbaik dan optimal yaitu pada temperatur 120°C dan volume pelarut 75 ml dengan hasil rendemen 85,1% dan hasil analisa hasil  pulp yaitu kadar air 6,4%, kadar selulosa 88,6%, kadar abu 2,8%, dan kadar lignin 9,1%.
KAJIAN PENGARUH LAJU ALIR NaOH DAN WAKTU KONTAK TERHADAP ABSORPSI GAS CO2 MENGGUNAKAN ALAT ABSORBER TIPE SIEVE TRAY Robiah, Robiah; Renaldi, Untung; Melani, Ani
Jurnal Distilasi Vol 6, No 2 (2021): Jurnal Distilasi
Publisher : Universitas Muhammadiyah Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32502/jd.v6i2.4136

Abstract

Absorber merupakan salah satu peralatan yang digunakan di industri gas, perminyakan ataupun petrokimia terutama pada proses pemisahan gas-gas yang tidak diinginkan. Salah satu gas yang dianggap impuritis adalah CO2. Salah satu cara memisahkan gas CO2 dari campurannya yaitu dengan proses absorpsi menggunakan alat absorber.  Jenis absorber yang digunakan adalah absorber tipe sieve tray dengan jenis aliran counter current. Laju alir gas CO2 yang digunakan sebesar 5 L/menit, 7 L/menit, 9 L/menit dan 11 L/menit dan laju alir udara sebesar 10 L/menit terhadap waktu kontak  selama 5 menit, dengan laju alir NaOH sebesar 1 L/menit, 2 L/menit dan 3 L/menit. Proses absorpsi yang dilakukan dengan menggunakan absorben natrium hidroksida (NaOH) yang mampu menyerap gas CO2 dengan jumlah maksimum yang terserap sebesar 58,622% dan minimum 28,685%. Masing-masing pada kondisi operasi laju alir gas CO2 11 L/menit dan laju alir udara 10 L/menit terhadap laju alir NaOH 1 L/menit pada waktu kontak 5 menit, dan pada laju alir gas CO2 5 L/menit dan laju alir udara 10 L/menit terhadap laju alir NaOH 3 L/menit pada waktu kontak 5 menit.