Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

Distribution of D543N NRAMP1 polymorphism in tuberculosis patients from Kupang, east region of Indonesia Pakasi, Trevino A.; Melani, Ani; Bramantyo, Aulia; Putera, Ikhwanuliman; Syahmar, Ikrar; Karyadi, Elvina; Sahiratmadja, Edhyana
Medical Journal of Indonesia Vol 21, No 3 (2012): August
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (492.978 KB) | DOI: 10.13181/mji.v21i3.501

Abstract

Background: Natural resistance associated macrophage protein (NRAMP) is a proton/ divalent cation transporter which play a role in iron trafficking in the phagosomes. Variations in NRAMP1 gene have been reported to be associated with susceptibility to tuberculosis (TB) because Mycobacterium tuberculosis (MTb), the causative agent of TB, compete with its host to uptake iron for its metabolism. The study aimed to describe the polymorphism of NRAMP among TB patients in Kupang, East Nusa Tenggara.Methods: This is a case-control study, cases were pulmonary TB, new patients, aged 15-55 years with sputum smear positive for acid fast bacili. Control were surrounding neighbours without symptoms and history of TB. All demographic information and blood sample were taken for polymorphism. PCR/RFLP method was performed to explore whether single nucleotide polymorphism D543N of NRAMP1 gene is associated with susceptibility to TB.Results: The study involved 64 pulmonary TB patients and 51 healthy controls. We observed a significant different in the distribution of NRAMP1 genotypes frequencies between TB patients and healthy controls (p = 0.014). Moreover, D543N polymorphism gave significant association only in male subjects. Though the numbers of the subjects are limited, D543N NRAMP1 polymorphism in endemic region in Kupang, the eastern part of Indonesia, seems to be associated with the susceptibility to TB. This is in contrary to studies reported in other part of Indonesia: i.e from west part (Jakarta, Bandung) and central part (Makassar). The population from Kupang may similar genetic background as African population, as Mycobacterium infected in population from Kupang is mostly Mycobacterium africanum. Increasing the number of subjects may enhance the power of the study and possibility to meet Hardy-Weinberg Equilibrium to detect the true associations of this polymorphism in susceptibility to TB.Conclusion: There was a significant difference of polymorphism NRAMP1 which more pronounced among male subjects, however this has not yet fulfilled the Hardy-Weinberg equilibrium. (Med J Indones. 2012;21:160-5)Keywords: D543N NRAMP1 polymorphism, eastern part of Indonesia, Kupang, tuberculosis
KAJIAN PENGARUH WAKTU DAN UKURAN LEMPENGAN TERHADAP LIMBAH CAIR INDUSTRI KAIN TENUN SONGKET DENGAN METODE ELEKTROKOAGULASI Melani, Ani; Lesmana, Andre Indra; Rifdah, Rifdah
Jurnal Distilasi Vol 2, No 1 (2017): Jurnal Distilasi
Publisher : Universitas Muhammadiyah Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32502/jd.v2i1.1140

Abstract

Salah satu metode alternatif pengolahan limbah yang berkembang saat ini adalah metode elektreokoagulasi. Elektrokoagulasi merupakan suatu proses koagulasi dengan menggunakan arus listrik searah melalui peristiwa elektrokoagulasi yaitu gejala dekomposisi elektrolit digunakan untuk mengolah air limbah. Penelitian ini bertujuan mengetahui tingkat efisiensi penurunan kadar COD, pH dan TSS yang  terkandung dalam limbah cair industri  kain  tenun songket  setelah melalui proses elektrokoagulasi. Penelitian dilakukan dengan menggunakan elektrokoagulasi menggunakan lempengan alumunium sebagai anoda dan katoda. Penelitian ini mengolah limbah  cair  kain  tenun  songket di dalam beaker gelas dan dialiri listrik supaya ion–ion yang ada pada limbah cair  teradsobsi oleh ion–ion pengikat yang dilepaskan oleh elektroda pada alat elektrokoagulasi sehingga akan terjadi ikatan antara ion senyawa organik yang yang ada pada limbah cair dengan ion yang disebabkan oleh proses elektrokoagulasi. Sampel diambil kemudian dianalisa. Hasil analisa ini menunjukkan penurunan pH tertinggi  dan relatif baik yang dicapai pada tegangan ukuran lempeng 5 x 8 yaitu sebesar 20,73 % dalam waktu 60 menit.  Penurunan nilai COD tertinggi  diperoleh, pada  ukuran lempeng 5 x 8, yaitu sebesar 33,01 % dalam waktu 60 menit.  Penurunan nilai TSS tertinggi  diperoleh, pada  ukuran lempeng 5 x 8, yaitu sebesar 54,45 % dalam waktu 60 menit.
BIOPLASTIK PATI UMBI TALAS MELALUI PROSES MELT INTERCALATION Melani, Ani; Herawati, Netty; Kurniawan, A.Fajri
Jurnal Distilasi Vol 2, No 2 (2017): Jurnal Distilasi
Publisher : Universitas Muhammadiyah Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32502/jd.v2i2.1204

Abstract

Plastik sangat banyak diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, pada umumnya plastik hanya digunakan sekali pakai. Dalam satu tahun sebanyak 1 triliun plastik digunakan dunia. Plastik konvensional yang terbuat dari minyak bumi memiliki sifat degradasi yang rendah. setidaknya kantong plastik dapat diuraikan dalam waktu 500-1.000 tahun, hal ini menyebabkan plastik menjadi sumber sebagian besar sampah dunia dan tentu saja merusak lingkungan.Untuk memenuhi kebutuhan plastik sehari-hari, maka  diperlukan pemikiran dan teknologi baru untuk membuat plastik yang ramah lingkungan (Avella,2009:DavidPlacket,2003). Bioplastik merupakan plastik yang dapat digunakan layaknya plastik konvensional, namun akan hancur terurai oleh mikroorganisme menjadi air dan gas karbondioksida setelah habis dipakai dan dibuang kelingkungan tanpa meninggalkan zat beracun. Bioplastik adalah plastik yang ramah lingkungan yang secara alamiah dapat dengan mudah terdegradasi. Indonesia merupakan Negara yang memiliki perkebunan dan pertanian yang luas, Untuk memproduksi bioplastik bukanlah hal yang sulit untuk mendapatkan bahan bakunya. Bahan baku bioplastik dapat diperoleh dari pati, minyak nabati dan mikrobiota. Pati merupakan salah satu polimer alami dari ekstraksi tanaman yang dapat digunakan untuk memproduksi material biodegradabel karena sifatnya yang ramah lingkungan, mudah terdegradasi, ketersediaan yang besar dan terjangkau (Yihu Song, 2008; Gonzarrez,2010; Sandra Domenek, 2004). Pada penelitian ini bahan baku yang digunakan adalah  umbi talas yang mengandung pati,  70% yield dalam basis kerimg (Cui, 2005), sebanyak 10 gr dengan variasi jenis plasticiezer (Gliserol, Sorbitol), jenis Filler (Kitosan, ZnO, Clay) dan konsentrasi Filler (3%, 6%, 9%, 12%). Waktu pengadukan konstan 40 menit dan pengovenan pada temperatur 45 C selama 5 jam melalui proses Melt Intercalation. Kondisi operasi ini dipelajari untuk mendapatkan hasil Bioplastik yang terbaik, dengan menguji karakteristik Bioplastik yang dihasilkan. Hasil penelitian yang terbaik diperoleh pada Bioplastik dari Pati Umbi Talas melalui Proses Melt Inercalation pada Konsentrasi Filler Clay 4%, Plasticiezer Sorbitol 25% dengan pengadukan selama 40 menit dan Pengovenan pada temperatur 45 C selama 5 jam. Hasil Uji Karakteristik dari Bioplastik, Uji Tarik 89,327801 MPa, Uji Degradasi 52% berat residual, Uji Logam Timbal (Pb) 0,0057 mg/L dan Kadmium (Cd) 0,127 mg/L. Bioplastik ini memenuhi Standard Nasional Indonesia (SNI).
PEMBUATAN BIOGASOLINE DARI AMPAS TEBU Herawati, Netty; Melani, Ani
Jurnal Distilasi Vol 3, No 1 (2018): Jurnal Distilasi
Publisher : Universitas Muhammadiyah Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32502/jd.v3i1.1874

Abstract

Biomassa merupakan jenis sumber energi terbarukan yang diperoleh dari materi alami. Energi biomassa adalah jenis bahan bakar yang dibuat dengan mengkonversi bahan biologis seperti tanaman. Umumnya biomassa merujuk pada materi tumbuhan yang dipelihara untuk digunakan sebagai biofuel, tapi dapat juga mencakup materi tumbuhan atau hewan yang digunakan untuk produksi serat, bahan kimia, atau panas. Penggunaan biomassa sebagai bahan bakar yaitu dengan memanfaatkan kandungan lignoselulosa yang berasal dari tanaman dengan komponen utama lignin, selulosa, dan hemiselulosa. Ampas tebu (bagasse) adalah limbah padat industri gula tebu yang mengandung serat selulosa, Sehingga dilakukan analisa terhadap pemanfaatan Ampas tebu sebagai bahan baku pembuatan biogasoline. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh temperatur dan waktu reaksi serta konsentrasi pelarut terhadap yield yang dihasilkan. Penelitian ini menggunakan variasi temperatur 100oC, 140oC dan 180oC, variasi waktu reaksi 60 menit, 90 menit, 120 menit, 150 menit dan 180 menit serta konsentrasi pelarut 10%, 20% dan 30%. Untuk temperatur 180oC dengan waktu reaksi 180 menit pada konsentrasi 20% didapatkan yield sebesar 65,85 %.
PENGARUH WAKTU PADA DELIGNIFIKASI AMPAS TEBU MENJADI PULP TERHADAP PERSENTASE RENDEMEN DENGAN PROSES BLEACHING HIDROGEN PEROKSIDA (H2O2) Febriyanti, Leni; Melani, Ani; Atikah, Atikah
Jurnal Distilasi Vol 5, No 2 (2020): Jurnal Distilasi
Publisher : Universitas Muhammadiyah Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32502/jd.v5i2.3028

Abstract

 Proses pembuatan songket melalui beberapa tahapan yaitu salah satunya pencelupan benang dalam zat warna. Namun hingga saat ini banyak pelaku industri yang belum memahami cara pengolahan limbah yang tepat sebelum dilepas ke lingkungan .Oleh karena itu , perlu adanya usaha untuk mengurangi kandungan berbahaya dari limbah dengan metode adsorpsi menggunakan karbon aktif. Karbon aktif digunakan sebagai adsorben karena mudah prosesnya dan bahan baku mudah didapatkan seperti ampas tebu, cangkang buah karet dan kulit pisang. Pembuatan karbon aktif dilakukan dengan cara karbonisasi selama 1 jam, dimana selanjutnya diaktivasi menggunakan KOH dan H3PO4 , dengan variasi waktu aktivasi yang digunakan yaitu dengan lama perendaman 6, 12, 18, 24, dan 30 jam. Setelah proses aktivasi karbon aktif dengan aktivator yang berbeda, dilakukan perendaman karbon aktif dengan limbah cair selama 24 jam. Analisis kandungan limbah sebelumnya dilakukan dengan menggunakan alat spektrofotometer dan manometer . Proses adsorbsi limbah dengan penambahan adsorben karbon aktif menunjukkan penurunan sebesar 74,23% untuk COD dan 59,2% untuk BOD. Dimana kandungan akhir COD yaitu sebesar 142,21 mg/L dan BOD sebesar 60,37 mg/L . Yang menyatakan bahwa hasil penelitian memenuhi standar muu PerMenLHK No 5 Tahun 2015 dengan batas maksimum COD 150 mg/L dan BOD 60 mg/L.
LEACHING KALIUM DARI LIMBAH SABUT KELAPA DENGAN PELARUT AIR (KAJIAN PENGARUH VARIASI TEMPERATUR DAN WAKTU) Melani, Ani; Purnama, Diah; Robiah, Robiah
Jurnal Distilasi Vol 6, No 1 (2021): Jurnal Distilasi
Publisher : Universitas Muhammadiyah Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32502/jd.v6i1.3386

Abstract

Indonesia merupakan salah satu penghasil dari sektor pertanian yang sangat melimpah sehingga terdapat banyak masalah limbah dari hasil pertanian. Pada penelitian ini dipelajari proses leaching kalium dari  limbah sabut kelapa dengan menggunakan pelarut air. Kandungan kalium dalam serabut kelapa mengandung 30% serat yang kaya dengan unsur kalium, kandungan kalium pada sabut kelapa ini lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan phosphornya. Pada penelitian ini dilakukan proses Leaching kalium dari limbah sabut kelapa dengan pelarut air (kajian pengaruh variasi temperatur dan waktu). Sabut kelapa dibersihkan dan dikeringkan menggunakan oven dengan suhu 110°C, kemudian dihancurkan dan diayak 50 mesh, lalu di bakar dengan furnace pada suhu 600 °C, 25 gram  abu  hasil ayakan dari abu limbah sabut kelapa tersebut diekstraksi dengan 125 ml pelarut air. Variasi temperatur yang digunakan yaitu 60, 70 dan 80 °C dan variasi waktu 50, 60 dan 70 menit. Kecepatan pengadukan sebesar 250 rpm . Hasil ekstraksi dipisahkan dengan kertas whatman no. 1 untuk memperoleh ekstrak kalium. Dari hasil penelitian ini persentase kalium tertinggi pada temperatur 80°C dan waktu 70 menit diperoleh nilai konsentrasi normalitas 1,53 N dan persentase kalium 21,54%.
TEKNOLOGI MEMBRAN ULTRAFILTRASI UNTUK PENGELOLAAN AIR LIMBAH PENCUCIAN INDUSTRI TEKSTIL ECO-PRINT Yuliwati, Erna -; Martini, Sri; Melani, Ani
Publikasi Penelitian Terapan dan Kebijakan Vol 4 No 1 (2021): Publikasi Penelitian Terapan dan Kebijakan
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Sumatera Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46774/pptk.v4i1.342

Abstract

Membran hidrofobik mikro untuk air limbah tekstil telah ditinjau dan didiskusikan secara ekstensif. Banyak penelitian mencoba menggunakan membran polivinilidena fluorida (PVDF) untuk memisahkan air limbah tekstil. Menggunakan membran hidrofobik, air limbah tekstil biasanya diproduksi sebagai permeat. Sedangkan membran hidrofilik dapat menghasilkan air yang bebas lemak dan kandungan bahan organik yang merembes. Membran PVDF telah dimodifikasi dengan perlakuan kimia untuk mendapatkan polimer yang berfungsi sesuai untuk persiapan membran dengan meningkatkan hidrofilisitas dan ketahanan terhadap pengotoran. Hasil penelitian ini menghasilkan permukaan luar PVDF membran berongga. Hasil dari analisis AFM mengungkapkan bahwa permukaan membran tidak mulus dan struktur seperti nodul dan agregat nodul terbentuk pada permukaan membran PVDF. Derajat kekasaran permukaan (Ra) dihasilkan masing-masing sebagai 12,28 nm, 18.65 nm dan 20,58 nm untuk PVDF dengan 3% TiO2, PVDF dengan 5% TiO2 dan PVDF dengan 10% TiO2. Hal ini dapat meningkatkan fluks mencapai 142,92 L/ m2h dengan pengurangan persentase COD sebesar 90,08%, BOD sebesar 85,92% dan TOC sebesar 92,34%.
KAJIAN PENGARUH LAJU ALIR NaOH DAN WAKTU KONTAK TERHADAP ABSORPSI GAS CO2 MENGGUNAKAN ALAT ABSORBER TIPE SIEVE TRAY Robiah, Robiah; Renaldi, Untung; Melani, Ani
Jurnal Distilasi Vol 6, No 2 (2021): Jurnal Distilasi
Publisher : Universitas Muhammadiyah Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32502/jd.v6i2.4136

Abstract

Absorber merupakan salah satu peralatan yang digunakan di industri gas, perminyakan ataupun petrokimia terutama pada proses pemisahan gas-gas yang tidak diinginkan. Salah satu gas yang dianggap impuritis adalah CO2. Salah satu cara memisahkan gas CO2 dari campurannya yaitu dengan proses absorpsi menggunakan alat absorber.  Jenis absorber yang digunakan adalah absorber tipe sieve tray dengan jenis aliran counter current. Laju alir gas CO2 yang digunakan sebesar 5 L/menit, 7 L/menit, 9 L/menit dan 11 L/menit dan laju alir udara sebesar 10 L/menit terhadap waktu kontak  selama 5 menit, dengan laju alir NaOH sebesar 1 L/menit, 2 L/menit dan 3 L/menit. Proses absorpsi yang dilakukan dengan menggunakan absorben natrium hidroksida (NaOH) yang mampu menyerap gas CO2 dengan jumlah maksimum yang terserap sebesar 58,622% dan minimum 28,685%. Masing-masing pada kondisi operasi laju alir gas CO2 11 L/menit dan laju alir udara 10 L/menit terhadap laju alir NaOH 1 L/menit pada waktu kontak 5 menit, dan pada laju alir gas CO2 5 L/menit dan laju alir udara 10 L/menit terhadap laju alir NaOH 3 L/menit pada waktu kontak 5 menit.
PENGARUH VOLUME PELARUT NaOH DAN TEMPERATUR PEMASAKAN PULP DARI PELEPAH PISANG KLUTUK Melani, Ani; Atikah, Atikah; Arjeni, Rafit; Robiah, Robiah
Jurnal Distilasi Vol 7, No 1 (2022): Jurnal Distilasi
Publisher : Universitas Muhammadiyah Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32502/jd.v7i1.4470

Abstract

Pelepah pisang klutuk adalah bagian dari jenis tanaman pisang  yang kurang dimanfaatkan di dalam kehidupan masyarakat. Pelepah pisang klutuk mengandung selulosa lebih dari 80% dan lignin yang rendah sebesar 2.97 % (Bahri S., 2015). Berdasarkan nilai kandungan selulosanya  pelepah pisang dapat digunakan sebagai bahan baku alternatif pembuatan pulp pengganti kayu. Pada penelitian ini dipelajari pengaruh volume NaOH dan temperatur pemasakan pulp dari pelepah pisang klutuk dengan tujuan untuk mengetahui perbandingan antara bahan baku dan volume pelarut secara optimal, serta menentukan temperatur pemasakan yang tepat dalam membuat pulp dengan proses soda. Hasil analisa bahan baku (pelepah pisang klutuk) pada penelitian ini kadar air 7,5 %, kadar abu 3,7 %, kadar selulosa 75,7 % dan lignin 13,1 %. Maka pelepah pisang klutuk dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan pulp. Pelepah pisang klutuk sebanyak 30 gr dicampur dengan pelarut NaOH 3 % dengan variasi volume yaitu 15 ml, 30 ml, 45 ml, 60 ml, dan 75 ml. Kemudian pelepah pisang klutuk dimasak dengan variasi temperatur 100°C, 120°C, dan 140°C selama 120 menit. Pulp yang dihasilkan selanjutnya dianalisa dan hasil analisa pulp memenuhi standar SNI 7274 yang terbaik dan optimal yaitu pada temperatur 120°C dan volume pelarut 75 ml dengan hasil rendemen 85,1% dan hasil analisa hasil  pulp yaitu kadar air 6,4%, kadar selulosa 88,6%, kadar abu 2,8%, dan kadar lignin 9,1%.