Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

PEMBERDAYAAN GENDER PADA TOKOH ADAT UNTUK MENDUKUNG PERAN PEREMPUAN DALAM PEMBAGUNAN DI DESA PEGAGAN JULU VIII, SUMBUL, KABUPATEN DAIRI SUMATERA UTARA Munthe, Hadriana Marhaeni; Hafi, Bisru
ABDIMAS TALENTA: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 3 No. 2 (2018): ABDIMAS TALENTA: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : Talenta Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (331.752 KB) | DOI: 10.32734/abdimastalenta.v3i2.4163

Abstract

Gender merupakan konstruksi dan realitas sosial yang memuat pandangan nilai dan norma yang ideal tentang hubungan sosial laki-laki dan perempuan di masyarakat. Gender merupakan realitas sosial yang umum di masyarakat seperti halnya masyarakat Batak Pakpakdesa Pegagan Julu VIII, Kabupaten Dairi. Sesungguhnya gender bukan menjadi persoalan sepanjang tidak melahirkan gap atau ketimpangan sosial seperti diskriminasi dan ketidakadilan terlebih pada perempuan. Dalam masyarakat Batak Pakpak yang menganut sistem budaya patriarki menunjukkan bahwa realitas gender berpotensi memunculkan berbagai isu ketimpangan gender yang berpotensi merugikan kehidupan perempuan dalam aspek pendidikan, kesehatan, pembangunan dan politik. Konstruksi budaya patriarki yang tidak ramah pada perempuan dipresentasikan oleh keputusan adat yang cenderung tidak berpihak pada perempuan melalui kekuasaan tokoh-tokoh adat di lembaga adat. Tokoh-tokoh adat yang berkuasa di lembaga adat ini menempatkan laki-laki sebagai penentu keputusan adat yang kerapkali menjadi penentu keteraturan sosial(social order) masyarakat di desa ini. Mengingat pengaruh kuasa tokoh-tokoh adat yang mayoritas laki-laki menentukan jalannya keteraturan masyarakat termasuk pembangunan desa diperlukan satu strategi sebagai solusi mengantisipasi gap atau ketimpangan gender yang merugikan perempuan. Dalam hal ini diperlukan pengabdian yaitu pemberdayaan gender untuk menumbuh kembangkan pemahaman kesadaran gender dan kesetaraan gender pada tokoh adat. Hal ini mengingat sampai sejauh ini pemberdayaan konsepsi tentang nilai-nilai kesadaran gender serta kesetaraan gender belum menyentuh wilayah tokoh adat yang berkuasa di lembaga adat di desa ini. Diharapkan setelah melakukan pemberdayaan gender melalui pengabdian akan terjadi transformasi gender yaitu perubahan mindset atau carapandang para tokoh adat yang bias gender menjadi sadar gender. Pemberdayaan gender pada tokoh adat sebagai langkah strategis mendukung perempuan berperan aktif setara dengan laki-laki mengakses program pembangunan yang diintodusir pemerintah ke dalam masyarakat desa termasuk desa Pegagan Julu VIII.
Resilience Of Women Survivors Of Sexual Violence Facing Social Stigma In Jambi Delilah, Hasnah; Daulay, Harmona; Munthe, Hadriana Marhaeni; Badaruddin, Badaruddin; Saladin, T. Ilham
Jurnal Ilmu Sosial Mamangan Vol 12, No 3 (2024): Jurnal Ilmu Sosial Mamangan Accredited 3 (SK Dirjen Ristek Dikti No. 158/E/KPT/
Publisher : LPPM Universitas PGRI Sumatera Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22202/mamangan.v12i03.7838

Abstract

This research examines the resilience of women survivors of sexual violence who experience social stigma in Jambi City. The qualitative research method is employed with the aim of providing a comprehensive overview of the resilience of female survivors of sexual violence facing social stigma in Jambi City. In reality, instances of sexual violence in this city persist, leading female survivors to endure social stigma and societal judgment. This social stigma contributes to the victims' feelings of sadness and trauma. The social stigma experienced by these survivors includes stereotypes, labeling, and discrimination. Consequently, negative perceptions from society prompt female survivors of violence to undertake resilient efforts to overcome the sadness and trauma resulting from sexual violence and the associated stigma.  
Anak Mikhrul: Exposing Gender Inequality in Lampung Custom Practices Napsiah, Napsiah; Munthe, Hadriana Marhaeni; Ledyawati, Ledyawati; Wahjudin, Lisdawati
PALASTREN: Jurnal Studi Gender Vol 16, No 1 (2023): PALASTREN
Publisher : IAIN Kudus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21043/palastren.v16i1.14716

Abstract

Traditional practices are one of the factors that cause gender inequality because they consider women to be inferior to the superiority of men. The purpose of this study is to reveal the customary practices of Lampung which then cause gender inequality to be hereditary by focusing on the term mikhrul. By using qualitative research data was collected through interviews with traditional leaders, religious and community leaders. In addition, indirect observation was used to strengthen data that was not disclosed at the time of the interview. Secondary data obtained from journals and books. By using descriptive analysis, the findings of this study are: mikhrul is a customary term that is socialized to girls from a young age which means that girls are daughter-in-law while boys are biological children. Consequence, girls do not have access, participation, and control in the family, because the role of girls is temporary, namely before marriage. Therefore, daughters are only custodians of family assets. Meanwhile, sons have a substitute role for their parents, are responsible for family members who are not yet independent, and have responsibilities for their wives, so that sons have power over all parental assets. In the name of custom, the superiority of sons in the family is passed down from generation to generation, so that women experience gender inequality. responsible for family members who are not yet independent, and have responsibility for the wife, so that the son has power over all the assets of the parents. In the name of custom, the superiority of sons in the family is passed down from generation to generation, so that women experience gender inequality. Responsible for family members who are not yet independent, and have responsibility for the wife, so that the son has power over all the assets of the parents. In the name of custom, the superiority of sons in the family is passed down from generation to generation, so that women experience gender inequality.
Rasionalitas Orang Tua Membiarkan Anak Bekerja sebagai Pengamen Badut di Kota Binjai Sebayang, Kartiana Natalia; Munthe, Hadriana Marhaeni; Manurung, Ria; Sismudjito, Sismudjito; Elida, Linda
Al Qalam: Jurnal Ilmiah Keagamaan dan Kemasyarakatan Vol. 18, No. 5 : Al Qalam (In Progress September 2024)
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur'an (STIQ) Amuntai Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35931/aq.v18i5.3924

Abstract

Pengaruh kondisi ekonomi keluarga mengakibatkan timbulnya anak jalanan yang melibatkan anak melakukan pekerjaan seharusnya tidak dilakukan, dengan anak bekerja akan membantu meringankan beban orang tuanya. Hal ini disebabkan kondisi ekonomi yang sulit, tingkat pendidikan rendah dan keterbatasan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan anak. Akibatnya, tanggung jawab orang tua dipindahkan kepada anak untuk membantu memberikan kontribusi finansial dalam keluarga. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa pendapatan orang tua yang minim tidak cukup untuk dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari dan kebutuhan sekolah. Orang tua mengizinkan anaknya bekerja sebagai pengamen badut karena keluarga menghadapi kesulitan ekonomi. Uang yang dihasilkan tidak cukup untuk membeli makan, membeli perlengkapan sekolah serta membeli kebutuhan lainnya. Alasan orang tua membiarkan anak-anak bekerja sebagai pengamen badut melibatkan cara berfikir rasional. Alasan informan pun berbeda-beda. Informan orang tua mengizinkan anaknya bekerja untuk mendapatkan sejumlah uang yang akan dipakai untuk membeli LKS (Lembar Kerja Siswa), membeli kebutuhan sekolah, uang jajan, membayar uang sewa custom badut dan ada inisiatif dari anak sendiri untuk bekerja untuk mengurangi beban orang tuanya. Sikap orang tua terhadap anaknya yaitu mendukung anak bekerja dengan alasan untuk memenuhi kebutuhan sekolah, mendukung untuk memenuhi ekonomi keluarga, mendukung agar anak mandiri. Budaya dan perjuangan hidup berperan penting dalam mempengaruhi keputusan keluarga untuk melibatkan anak-anak mereka dalam pekerjaan. Nilai-nilai budaya sering memberikan justifikasi bagi pekerjaan anak, sementara kondisi ekonomi yang sulit memaksa keluarga untuk memanfaatkan tenaga kerja anak sebagai strategi bertahan hidup.