Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search

Gambaran Penulisan Obat Generik dan Kesesuaian Peresepan Pada Pasien BPJS Terhadap Formularium Nasional Veryanti, Putu Rika; Supriyanto, Jemmi
Jurnal Kesehatan Bali Vol 3 No 2 (2019): Bali Health Journal
Publisher : LP2M Institut Ilmu Kesehatan Medika Persada Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34063/bhj.v3i2.48

Abstract

Latar Belakang: Dalam pelayanan kesehatan, biaya obat  merupakan salah satu unsur yang terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Empat puluh hingga lima puluh persen dari biaya operasional kesehatan adalah obat. Untuk mengantisipasi tingginya harga obat, pemerintah mewajibkan penulisan obat generik pada resep pasien BPJS dan mengacu pada Formularium Nasional. Namun di lapangan masih ditemukan minimnya penggunaan obat generik dan sesuai dengan formularium nasional. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran penulisan resep obat dalam nama generik dam kesesuaian terhadap Formularium Nasional pada pasien BPJS. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain studi cross sectional. Pengambilan data dilakukan di poli penyakit dalam RSUD Kota Tangerang Selatan periode Januari-Maret 2017. Sampel yang digunakan adalah resep pasien BPJS rawat jalan sebanyak 313 lembar. Hasil: Tingkat penulisan obat generik pada peresepan pasien BPJS dari bulan Januari sampai Maret 2017 adalah 58,45% dengan persentase masing-masing bulan sebesar 15,65%, 20,12% dan 22,68%. Sedangkan kesesuain penulisan resep terhadap Formularium Nasional adalah 99,68%. Kesimpulan: Penulisan resep dengan menggunakan nama generik pada pasien BPJS di RSUD Kota Tangerang mengalami peningkatan setiap bulannya dari periode Januari sampai Maret 2017 dan penulisan resep tersebut telah sesuai dengan Formularium Nasional.
KAJIAN INTERAKSI OBAT PADA PASIEN STROK DI RUMAH SAKIT PUSAT OTAK NASIONAL Veryanti, Putu Rika; Safira, Isni
Jurnal Ilmiah Medicamento Vol 6 No 1 (2020): Jurnal Ilmiah Medicamento
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Mahasaraswati Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36733/medicamento.v6i1.779

Abstract

Strok merupakan penyakit pembuluh darah otak yang ditandai dengan kematian jaringan akibat berkurangnya aliran darah dan oksigen ke otak. Strok memiliki berbagai faktor resiko dan komplikasi yang menyebabkan pasien mendapatkan banyak pengobatan (polifarmasi). Polifarmasi berpotensi menimbulkan kejadian interaksi obat yang dapat merugikan pasien. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran interaksi obat aktual yang terjadi pada pasien strok di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional. Penelitian ini merupakan penelitian observasional yang dilakukan secara prospektif dari bulan Mei-juli 2016 di ruang Stroke Care Unit (SCU) Rumah Sakit Pusat Otak Nasional. Dalam pengambilan sampel digunakan teknik purposive sampling dan diperoleh 80 pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa potensi interaksi obat yang terjadi pada pasien strok di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional sebanyak 178 kejadian, namun interaksi obat aktual yang terjadi hanya 3 kejadian. Tiga kejadian interaksi obat tersebut dialami oleh 5 pasien (6,25%) dimana obat-obat yang berinteraksi tersebut adalah Digoksin dengan Kaptopril (1,25%), Phenitoin dengan Nimodipin (2,5%) dan Kaptopril dengan Furosemid (2,5%). Penanganan yang tepat pada kejadian interaksi obat aktual telah dilakukan oleh klinisi di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional sehingga pasien mendapatkan efek terapi yang optimal.
Analisis Efektivitas Biaya Penggunaan Bronkodilator dibandingkan Kombinasi Bronkodilator-Kortikosteroid pada Pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) Putu Rika Veryanti; Ainun Wulandari
Jurnal Farmasi Udayana Vol. 9, No. 1, Tahun 2020
Publisher : Departement of Pharmacy, Faculty of Mathematics and Natural Science, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (434.88 KB) | DOI: 10.24843/JFU.2020.v09.i01.p02

Abstract

Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit kronis saluran napas yang ditandai dengan hambatan aliran udara dan bersifat progresif lambat yang semakin lama semakin memburuk. Bronkodilator dan kortikosteroid merupakan obat pilihan pertama yang digunakan pada pasien PPOK. Pemberian terapi yang tepat diharapkan dapat menurunkan angka morbiditas maupun mortalitas pada pasien PPOK. Salah satu hal yang menjadi penyebab tingginya angka kematian akibat PPOK adalah hasil terapi yang tidak efektif. Terapi obat yang tidak efektif dapat menurunkan outcome klinis dan meningkatkan biaya yang dikeluarkan pasien. Tujuan dari penelitian ini adalah unutk membandingkan efektivitas-biaya antara kelompok pasien PPOK yang mendapatkan terapi bronkodilator dibandingkan dengan kelmpok pasien yang mendapatkan terapi kombinasi bronkodilator-kortikosteroid. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain studi cohort. Pengambilan data dilakukan di RSUP Fatmawati pada bulan Mei-Agustus 2019. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata biaya pengobatan pasien yang hanya memperoleh bronkodilator saja lebih murah dibandingkan dengan kombinasi bronkodilator dan kortikosteroid (Rp 342.384,- vs Rp 615.201,-). Namun efektivitas diantara kedua kelompok pasien sama (16,67%). Nilai ACER (Average Cost Effective Ratio) bronkodilator adalah Rp 20.538,- sedangkan ACER untuk kombinasi bronkodilator-kortikosteroid sebesar Rp 36.904,-. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan bronkodilator lebih cost-effective dibandingkan dengan kombinasi bronkodilator-kortikosteroid pada passien PPOK. Kata Kunci: Analisis Efektivitas-Biaya, Bronkodilator, Bronkodilator-Kortikosteroid, PPOK
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Metanol Kulit Buah Kawista (Limonia acidissima) terhadap Shigella dysenteriae dan Salmonella thypi Putu Rika Veryanti; I.M Kusuma; E. Ramadhina
Jurnal Farmasi Udayana Vol. 10, No 2, Tahun 2021
Publisher : Departement of Pharmacy, Faculty of Mathematics and Natural Science, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/JFU.2021.v10.i02.p13

Abstract

Shigella dysenteriae dan Salmonella thypi merupakan bakteri yang dapat menyebabkan infeksi pada saluran cerna. Kawista banyak ditemui di Indonesia dan dapat dijadikan terapi alternatif untuk mengatasi diare. Kandungan kimia yang terdapat pada kulit buah kawista diduga dapat berkhasiat sebagai antibakteri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak kulit buah kawista (Limonia acidissima) terhadap bakteri Shigella dysenteriae dan Salmonella thypi. Tahap penelitian diawali dengan proses ekstrasi kulit buah kawista melalui metode maserasi, menggunakan pelarut metanol. Selanjutnya, dilakukan penapisan fitokimia dan pengujian aktivitas antibakteri. Pengujian aktivitas antibakteri ekstrak kulit buah kawista menggunakan metode difusi cakram dalam berbagai konsentrasi, yaitu 5%, 10%, 20%, 40% dan 80% ekstrak. Uji aktivitas antibakteri diukur berdasarkan diameter daerah hambat (DDH) yang dihasilkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak kulit buah kawista, semakin kuat aktivitas antibakteri yang diberikan. Pada konsentrasi 5%, rata-rata DDH untuk bakteri Shigella dysenteriae dan Salmonella thypi masing-masing adalah 7,91 mm dan 7,73 mm. Pada konsentrasi 80%, ekstrak memiliki aktivitas antibakteri yang paling kuat dengan rata-rata DDH 21,42 mm pada Shigella dysenteriae dan 20,93 mm pada Salmonella thypi. Ekstrak kulit buah kawista (Limonia acidissima) memiliki aktivitas antibakteri terhadap Shigella dysenteriae dan Salmonella thypi.
UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK BUAH KAWISTA (Limonia acidissima) TERHADAP PENURUNAN KADAR ASAM URAT DARAH PADA MENCIT JANTAN Putu Rika Veryanti; Ika Maruya Kusuma
Media Farmasi: Jurnal Ilmu Farmasi Vol 17, No 2: September 2020
Publisher : Universitas Ahmad Dahlan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (526.848 KB) | DOI: 10.12928/mf.v17i2.18025

Abstract

Gout merupakan penyakit progresif yang ditandai dengan hiperurisemia akibat deposisi kristal monosodium urat di persendian, ginjal, dan jaringan ikat lain yang berlangsung kronik. Allopurinol merupakan terapi pilihan pertama pada gout kronik namun dapat memberikan reaksi obat yang tidak diinginkan bila digunakan dalam jangka waktu panjang. Buah kawista memiliki kandungan senyawa fitokimia seperti: saponin, tanin, alkaloid, flavonoid dan terpenoid yang  bermanfaat untuk menurunkan kadar asam urat darah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas ekstrak buah kawista (Limonia acidissima) dalam menurunkan kadar asam urat darah pada mencit jantan. Penelitian ini dilakukan secara in vivo dengan menggunakan mencit jantan. Mencit diinduksi hiperurisemia dengan menggunakan hati ayam segar yang dibagi menjadi 5 kelompok yaitu kelompok yang diberi ekstrak buah kawista dosis 100 mg/KgBB, 200 mg/KgBB, 400 mg/Kg; kelompok kontrol positif (allopurinol) dan kelompok kontrol negatif (CMC-Na). Pemeriksaan kadar asam urat darah dilakukan 30 menit setelah diberi perlakuan. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa ekstrak buah kawista (Limonia acidissima) pada dosis 100, 200 dan 400 mg/KgBB mencit dapat menurunkan kadar asam urat secara berturut-turut sebesar 26,67%; 67,26% dan 5,14%. Ekstrak buah kawista dapat menurunkan kadar asam urat mencit dan  dosis yang dapat menurunkan kadar asam urat terbesar adalah 200 mg/KgBB.
EFFECTIVENESS OF BRONCHODILATOR AND CORTICOSTEROID TREATMENT IN PATIENTS WITH CHRONIC OBSTRUCTIVE PULMONARY DISEASE (COPD) Putu Rika Veryanti; Ainun Wulandari
Journal Pharmaceutical Science and Application Vol 2 No 1 (2020): Journal Pharmaceutical Science and Application
Publisher : Departement of Pharmacy, Faculty of Mathematic and Natural Science, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (205.344 KB) | DOI: 10.24843/JPSA.2020.v02.i01.p03

Abstract

Background: Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) is a chronic airway disease which is characterized by progressive airway obstruction. Bronchodilators and corticosteroids are the first choices of therapy in COPD patients. The goal therapy of COPD patients is to prevent respiratory failure, which can impact on death. But nowadays, the mortality rate due to COPD continues to increase. WHO predicts mortality from COPD in the year 2030 will be ranked third in the world. This high mortality can be caused by the ineffectiveness of therapy given. Objective: The aim of this study is to find out the effectiveness of bronchodilator and corticosteroid treatments in COPD patients. Methods: An observational study conducted retrospectively in the 2018 period at Fatmawati Central General Hospital. The effectiveness of therapy was assessed from the patient's clinical condition, blood gas values (PaO2 & PaCO2) and the average length of stay (AvLOS). Results: COPD was mostly suffered by males (83,33%), and the highest age for COPD was in the range of 45 years and above (90%). Bronchodilator that commonly prescribed were albuterol (30.08%), ipratropium bromide (12.2%), fenoterol hydrobromide (10.57%), terbutaline sulfate (8.13%), theophylline (1.63%) and aminophylline (5.69%), while the corticosteroids were budesonide (17.07%), methylprednisolone (9.76%) and dexamethasone (4.88%). Bronchodilator and corticosteroid had improved patient's clinical condition (96.67% patients) and also improved PaO2 & PaCO2 values patients. There was a significant improvement in PaO2 and PaCO2 value in COPD patients (p <0.05). Conclusion: Bronchodilator and corticosteroid in COPD patients had improved patient's clinical condition and PaO2 & PaCO2 values, but the average length of stay exceeds the standard (6-9 days). Keywords: Bronchodilator, Corticosteroid, COPD, Blood Gas Analysis, Average Length of Stay
EFEK TERAPI BRONKODILATOR DAN KORTIKOSTEROID TERHADAP PERUBAHAN NILAI ARUS PUNCAK EKSPIRASI (APE) PASIEN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK) Putu Rika Veryanti; I Dewa Gede Wisesa Budiman
FORTE JOURNAL Vol 1 No 2 (2021): Edisi Juli 2021
Publisher : Universitas Haji Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (273.873 KB) | DOI: 10.51771/fj.v1i2.81

Abstract

Chronic obstructive pulmonary disease (COPD) is a disorder that occurs in the respiratory tract, which is characterized by narrowing, chronic obstruction of airway flow and causing shortness of breath. Bronchodilators and corticosteroids are the first-line therapy for COPD. Appropriate and effective therapeutic management can reduce COPD morbidity and mortality. However, we still found some problems related to the effectiveness of therapy in hospitalized COPD patients. One of the important parameters that need to be monitored in COPD patients is the peak expiratory flow. The purpose of this study was to determine the effect of the use of bronchodilators and corticosteroids on the peak expiratory flow value of COPD patients. This research was conducted at Persahabatan Hospital Jakarta with a cross-sectional study design. The sample that used in this study was patient medical records for the period 2018. The inclusion criteria were patient who diagnosed with COPD, received bronchodilator and corticosteroid therapy and had complete peak expiratory flow value. The number of samples is 99 and determined through purposive sampling. The data were analyzed statistically using paired t-test. The results of this study showed that bronchodilator and corticosteroid therapy could increase the peak expiratory flow value of COPD patients by (49.85±43.61) L/minute or (46.05±51.15) %. A total of 94.95% of patients experienced an increase in peak expiratory flow values ​​and 73.74% patients had an increase in peak expiratory flow ≥ 15%. Bronchodilator and corticosteroids had a significant effect on the peak expiratory current in COPD patients (p=0.000).
Evaluasi Kesesuaian Dosis Obat Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Putu Rika Veryanti; Made Laksmi Meiliana
SAINSTECH FARMA Vol 11 No 1 (2018): Sainstech Farma Jurnal Ilmu Kefarmasian
Publisher : FAKULTAS FARMASI, INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (381.778 KB) | DOI: 10.37277/sfj.v11i1.406

Abstract

Penyesuaian dosis pada pasien gagal ginjal terutama gagal ginjal kronik (GGK) memerlukan perhatian khusus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian dosis obat pada pasien GGK. Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional dengan menggunakan data sekunder dari rekam medik pasien. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 132 pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik pasien GGK berdasarkan jenis kelamin terbanyak adalah kelompok laki-laki 57,57% sedangkan berdasarkan kelompok usia paling banyak ditemui usia 50-54 tahun (19,69%). Tingkat keparahan penyakit pasien GGK terbanyak adalah GGK derajat 5 dengan nilai LFG <15 mL/menit sejumlah 43,93% serta penyakit komplikasi dan penyerta terbanyak yaitu anemia 53,78%. Pada profil pengobatan pasien GGK didapatkan hasil bahwa terdapat tiga golongan tertinggi yang diberikan pada pasien GGK yaitu vitamin dan mineral (53,03%), antihipertensi (42,42%), serta antasida dan ulkus (42,42%). Pada kesesuaian dosis obat pasien GGK didapatkan hasil 86 pasien yang membutuhkan penyesuaian dosis dari 132 total sampel. Dari 86 pasien diketahui bahwa 29 pasien (33,72%) sesuai dosis dan 57 rekam medik (66,27%) tidak sesuai.
Potensi Interaksi Obat Anti Tuberkulosis di Instalasi Rawat Inap RSUD X Jakarta Periode 2016 Putu Rika Veryanti; Ni Putu Kristina Dewi; Dian Pertiwi
SAINSTECH FARMA Vol 12 No 1 (2019): Sainstech Farma Jurnal Ilmu Kefarmasian
Publisher : FAKULTAS FARMASI, INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (507.116 KB) | DOI: 10.37277/sfj.v12i1.413

Abstract

Penggunaan bersamaan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) dengan obat penyakit penyerta, dapat menimbulkan potensi interaksi obat. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui demografi pasien yang menderita tuberkulosis berdasarkan jenis kelamin dan usia, mengetahui pola penggunaan obat anti TB dan obat penyakit penyerta TB, ada atau tidaknya interaksi OAT dengan obat penyakit penyerta pada pasien rawat inap di X Jakarta. Analisis dilakuakan terhadap 185 sampel rekam medik dengan metode deskriptif yang menggunakan Drug Interaction Facts dan Stockley’s Drug Interaction. Berdasarkan hasil penelitian diketahui pasien berjenis kelamin laki-laki yang paling banyak 112 (60,5%), usia 46-55 tahun merupakan pasien terbanyak 70 (37,8%), serta penyakit penyerta terbanyak yaitu diabetes melitus 69 (20,9%). Kombinasi obat anti TB terbanyak yang digunakan yaitu kombinasi obat rifampisin, isoniazid, ethambutol, dan pirazinamid 97 pasien (52,4 %). Sedangkan obat penyakit penyerta yang paling banyak digunakan yaitu omeprazole 76 (5,8%). Pasien rawat inap yang mengalami interaksi obat 183 pasien (98,9%). Mekanisme interaksi farmakokinetik terjadi 696 kejadian (52,3%), interaksi farmakodinamik 1 kejadian (0,1%) dan uknown 638 kejadian (47,6%). Serta pasien yang mengalami interaksi tingkat mayor 209 kejadian (15,7%), tingkat moderate 831 (62,2%) dan tingkat minor 222 (16,7%).
Pemanfaatan Ekstrak Kulit Buah Kawista (Limonia acidissima) Sebagai Anti Asam Urat Secara In Vivo Pada Mencit Jantan Ika Maruya Kusuma; Putu Rika Veryanti; Ervina Tri Dewi Saragih
SAINSTECH FARMA Vol 12 No 2 (2019): Sainstech Farma Jurnal Ilmu Kefarmasian
Publisher : FAKULTAS FARMASI, INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (385.866 KB) | DOI: 10.37277/sfj.v12i2.445

Abstract

Allopurinol adalah obat yang umum digunakan oleh penderita asam urat. Penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan gagal hati, hepatitis, diare, konstipasi, muntah, mual dan eksim. Berdasarkan hal tersebut perlu dikembangkan obat bahan alam untuk mengatasi hiperurisemia berasal dari kulit buah kawista (Limonia acidissima). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas ekstrak kulit buah kawista dalam menurunkan kadar asam urat secara in vivo terhadap mencit jantan hiperurisemia. Kulit buah kawista diekstraksi dengan metode maserasi hingga terbentuk ekstrak kental. Dilanjutkan uji skrining fitokimia dan uji in vivo dengan mencit hiperuresemia yang diberi ekstrak kulit buah kawista. Konsentrasi ekstrak kulit buah kawista yang diberikan 100 mg/kg BB (K100), 200 mg/kg BB (K200), dan 400 mg/kg BB (K400), pembanding allopurinol 10 mg/kg BB sebagai kontrol positif dan kontrol negatif aquadest. Dari penelitian ini diperoleh bahwa ekstrak kulit buah kawista memiliki aktivitas anti asam urat dengan persentase penurunan kadar asam urat melalui pemberian ekstrak kulit 100mg/Kg BB, 200mg/Kg BB, 400mg/Kg BB; secara berturut sebesar 73%, 45% dan 54%.