Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Tindak Tutur Ilokusi Representatif dalam Komik Sepatu Dahlan Karya Tita Larasati (Adaptasi dari Novel Sepatu Dahlan Karya Khrisna Pabichara) (The Speech Act of Representative Illocutionary in the Comic Dahlan’s Shoes by Tita Larasati) Hestiyana, Hestiyana
JALABAHASA Vol 14, No 1 (2018): JALABAHASA
Publisher : Balai Bahasa Jawa Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36567/jalabahasa.v14i1.135

Abstract

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penggunaan tindak tutur ilokusi representatif dalam komik Sepatu Dahlan karya Tita Larasati (adaptasi dari novel Sepatu Dahlan karya Khrisna Pabichara). Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode simak dan catat. Dalam menganalisis data digunakan metode padan dengan teknik pragmatis. Keabsahan data diperoleh dengan menggunakan teknik trianggulasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat tujuh penggunaan tindak tutur ilokusi representatif dalam komik Sepatu Dahlan karya Tita Larasati (adaptasi dari novel Sepatu Dahlan karya Khrisna Pabichara), yaitu: (1) tindak tutur ilokusi representatif menyatakan 2 data, (2) tindak tutur ilokusi representatif menuntut 2 data, (3) tindak tutur ilokusi representatif mengakui 2 data, (4) tindak tutur ilokusi representatif melaporkan 3 data,  (5) tindak tutur ilokusi representatif menunjukkan 1 data, (6) tindak tutur representatif menyebutkan 3 data, dan (7) tindak tutur ilokusi representatif memberi kesaksian 1 data. Penggunaan tindak tutur ilokusi representatif yang paling banyak adalah tindak tutur ilokusi representatif melaporkan dan menyebutkan, yakni masing-masing 3 data. Kemudian diikuti dengan tindak tutur ilokusi representatif menyatakan, menuntut, dan mengakui masing-masing 2 data. Selanjutnya, tindak tutur ilokusi representatif yang penggunaannya paling sedikit adalah tindak tutur ilokusi representatif menunjukkan dan memberi kesaksian, yakni masing-masing 1 data. Kata kunci: pragmatik, tindak tutur ilokusi representatif, komik
FUNGSI DAN MAKNA SASTRA LISAN BANJAR MAHALABIU Hestiyana, Hestiyana
BEBASAN Jurnal Ilmiah Kebahasaan dan Kesastraan Vol 1, No 1 (2014): BÉBASAN Edisi Juni 2014
Publisher : Kantor Bahasa Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (82.456 KB) | DOI: 10.26499/bebasan.v1i1.34

Abstract

Penelitian ini membahas fungsi dan makna sastra lisan Banjar mahalabiu dengan tujuan untuk mendeskripsikan fungsi dan makna sastra lisan Banjar mahalabiu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini berwujud teks-teks kalimat atau kumpulan mahalabiu dari informan yang tinggal di daerah Alabio Kabupaten Hulu Sungai Utara, Provinsi Kalimantan Selatan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik observasi teks. Pengumpulan data diperoleh dengan mengumpulkan, membaca dan mengklasifikasikan fungsi dan makna sastra lisan Banjar mahalabiu. Dalam teknik analisis data digunakan analisis deskriptif, yaitu dengan menganalisis satu per satumahalabiu tersebut sesuai dengan fungsi dan maknanya. Dalam penelitian ini ditemukan lima jenis fungsi sastra lisan Banjar mahalabiu yang digunakan, yaitu: 1) fungsi mahalabiu untuk menguji kepandaian seseorang; 2) fungsi mahalabiu untuk meramal; 3) fungsi mahalabiu sebagai bagian dari upacara perkawinan; 4) fungsi mahalabiu untuk mengisi waktu pada saat bergadang menjaga jenazah; dan 5) fungsi mahalabiu untuk melebihi orang lain. Dalam makna sastra lisan Banjar mahalabiu, ditemukan empat jenis makna yang digunakan, yaitu: 1) homonim; 2) homofon; 3) pengurangan frasa; dan 4) komen tidak serasi dengan topik.
NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM RIWAYAT DATU-DATU BANJAR The Values of Character Education in Datu-Datu Banjar History Hestiyana, Hestiyana
Jurnal Lingko : Jurnal Kebahasaan dan Kesastraan Vol 2, No 1 (2020): Juni 2020
Publisher : Kantor Bahasa NTT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/jl.v2i1.39

Abstract

Abstrak                                                         Penelitian ini membahas pembelajaran sastra berbasis pendidikan karakter: sebuah kajian terhadap riwayat Datu-Datu Banjar. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan pembelajaran sastra berbasis pendidikan karakter: sebuah kajian terhadap riwayat Datu-Datu Banjar. Penelitian  ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari buku Datu-Datu Terkenal Kalimantan Selatan. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data dan analisis data adalah teknik analisis teks. Dari hasil penelitian ditemukan, yaitu: (1) nilai karakter religius, (2) nilai karakter disiplin, (3) nilai karakter mandiri dan tanggung jawab, (4) nilai karakter sahabat atau komunikatif, dan (5) nilai karakter cinta damai. Kelima nilai karakter tersebut terdapat dalam riwayat Datu Murkat Rantau, Datu Kalampayan Martapura, Datu Bakumpai Marabahan, Datu Taniran Kandangan, Datu Sanggul Rantau, dan Datu Kandang Haji Paringin. Abstract This study discusses literary education based on character education: a study o the history of the Datu-Datu Banjarese. The purpose of this research is to describe literary education based on character education: a study of the history of the Datu-Datu Banjarese. This research is a descriptive study using a qualitative approach. Sources of data in this study were obtained from the book Datu-Datu Famous South Kalimantan. The technique used in data collection and data analysis is text analysis technique. From the results of the study found, namely: (1) religious character values, (2) disciplinary character values, (3) independent character values and responsibilities, (4) friend or communicative character values, and (5) peace loving character values. The five character values are found in the history of Datu Murkat Rantau, Datu Kalampayan Martapura, Datu Bakumpai Marabahan, Datu Taniran Kandangan, Datu Sanggul Rantau, and Datu Kandang Haji Paringin. 
KONSEP PENAMAAN MAKANAN TRADISIONAL DALAM LEKSIKON RITUAL ARUH BAHARIN SUKU DAYAK HALONG Concept of Naming Traditional Foods in Aruh Baharin Ritual Lexicon Dayak Halong Hestiyana, Hestiyana
BEBASAN Jurnal Ilmiah Kebahasaan dan Kesastraan Vol 7, No 2 (2020): BÉBASAN EDISI DESEMBER 2020
Publisher : Kantor Bahasa Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/bebasan.v7i2.123

Abstract

Abstrak: Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan konsep penamaan makanan tradisional dalam leksikon ritual aruh baharin suku Dayak Halong dan makna semiotisnya. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan etnolinguistik. Data dalam penelitian ini berupa leksikon nama-nama makanan tradisional dalam ritual aruh baharin suku Dayak Halong dan makna semiotis makanan tradisional tersebut yang diperoleh dari tatuha adat suku Dayak Halong di Kabupaten Balangan. Penyediaan data diperoleh melalui metode simak, metode catat, studi dokumen, dan pustaka. Analisis data mencakup pendeskripsian konsep penamaan makanan tradisional dalam leksikon ritual aruh baharin dan makna semiotisnya serta membuat simpulan. Penyajian hasil analisis data menggunakan metode informal. Berdasarkan hasil analisis data ditemukan 27 leksikon nama makanan tradisional. Pemberian konsep penamaan makanan tradisional berdasarkan pada bahan-bahan utama yang digunakan, yakni gula merah, santan kelapa, beras ketan, dan telur sekaligus menjadi cerminan kultural suku Dayak Halong. Makna semiotis makanan tradisional dalam ritual aruh baharin mengacu kepada bahan-bahan dasar yang digunakan dan diperoleh dari hasil alam. Gula merah dimaknai sebagai makanan untuk darah manusia atau dianggap sebagai pengganti darah manusia. Air santan dipercayai sebagai lambang kesucian yang mengalir dalam darah manusia. Beras ketan merupakan simbol kedekatan hubungan sesama manusia. Kemudian, daun pisang dan daun kelapa muda dimaknai sebagai lambang kehidupan suku Dayak Halong yang akan menuntun kehidupan manusia sebelum menuju kematian atau menghadap Sang Bahatara. Abstract: This study aims to describe the concept of naming traditional foods in the ritual lexicon of aruh baharin Dayak Halong tribe and its semiotic meaning. The method used is a descriptive qualitative method with ethnolinguistic approach. The data in this study are a lexicon of  traditional food names in the aruh baharin ritual of the Dayak Halong tribe and the semiotic meaning of the traditional food obtained from the custom of the Dayak Halong tribe in Balangan Regency. Provision of data is obtained through listening, note taking, document study and literature. Data analysis includes describing the concept of naming traditional food in the aruh baharin ritual lexicon and its semiotic meaning and making conclusions. Presentation of the results of data analysis using informal methods. Based on the results of data analysis found 27 lexicon names of traditional foods. The concept of naming traditional food is based on the main ingredients used, namely brown sugar, coconut milk, glutinous rice, and eggs as well as a reflection of the Dayak Halong culture. The meaning of semiotic traditional food in the aruh baharin ritual refers to the basic ingredients used and obtained from natural products. Brown sugar is interpreted as food for human blood or considered as a substitute for human blood. Coconut water is believed to be a symbol of purity that flows in human blood. Sticky rice is a symbol of the closeness of human relations. Then, banana leaves and young coconut leaves are interpreted as a symbol of the life of the Dayak Halong tribe that will guide human life before dying or facing the Bahatara.Â