Heng, Pamela Hendra
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni

KEMAMPUAN MENGONTROL DIRI MAHASISWA KEDOKTERAN DALAM BELAJAR, PENGERJAAN TUGAS, DAN PENGGUNAAN GAWAI Christy, Christy; Sahrani, Riana; Heng, Pamela Hendra
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 4, No 1 (2020): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v4i1.7576.2020

Abstract

Academic burnout was a problem in the world of education that was often experienced by medical students.  Educational demands and numerous assignments often caused medical students to felt overwhelmed and experience academic burnout. Uniquely, there were previous studies which found that in the midst of high activity, medical students still had time to access their smartphones. When students spend most of their time for smartphone used rather than their daily activities, students will have the potential to experience problematic smartphone used, which could have a negative impact on their study and daily routines. This problem became more interesting to be discussed considering current situation, in which almost everyone had their own smartphone and often relies on the smartphone for information or leisure purposes. This researched was conducted to examine the role of problematic smartphone used on academic burnout in medical students. Quantitative research using convenience sampling method was conducted to answer the question.  The participants of this study were 401 medical students.  Result showed that problematic smartphone use had a significant role on academic burnout in medical students (β = 0. 41, t = 8. 84). The result means an increase score on problematic smartphone use will be followed by an increase score on academic burnout, and vice versa. Academic burnout merupakan suatu masalah dalam dunia pendidikan yang seringkali dialami oleh mahasiswa kedokteran. Hal ini ditandai dengan rasa kewalahan, sinis, dan rasa tidak mampu untuk menjalani studi. Tuntutan pendidikan dan banyaknya tugas seringkali membuat mahasiswa kedokteran merasa kewalahan dan mengalami academic burnout. Uniknya, terdapat penelitian terdahulu yang menemukan bahwa di tengah kesibukan yang tinggi, mahasiswa kedokteran masih memiliki waktu untuk mengakses atau memainkan gawai yang dimilikinya. Ketika mahasiswa mengakses gawai dengan intensitas dan durasi yang terlalu panjang, mahasiswa akan memiliki potensi untuk mengalami problematic smartphone use, yang dapat memberikan dampak negatif bagi perkuliahan mahasiswa kedokteran. Masalah ini tentunya semakin menarik untuk dibahas mengingat saat ini setiap orang memiliki gawai dan seringkali bergantung pada gawai yang dimiliki untuk kebutuhan informasi ataupun untuk mengisi waktu luang. Penelitian ini dilakukan untuk menguji peran problematic smartphone use terhadap academic burnout pada mahasiswa kedokteran. Penelitian dengan teknik convenience sampling dilakukan untuk menjawab pertanyaan dalam penelitian ini. Partisipan penelitian ini adalah 401 mahasiswa kedokteran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa problematic smartphone use memiliki peran signifikan terhadap academic burnout pada mahasiswa kedokteran (β = 0.41, t = 8.84).  Hal ini berarti peningkatan skor problematic smartphone use akan diikuti dengan peningkatan skor academic burnout mahasiswa kedokteran. Sebaliknya, penurunan skor problematic smartphone use akan diikuti juga dengan penurunan skor academic burnout mahasiswa kedokteran.
HUBUNGAN RELIGIUSITAS DAN REGULASI EMOSI SISWA SEKOLAH DASAR Angelia, Mikha; Tiatri, Sri; Heng, Pamela Hendra
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 4, No 2 (2020): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v4i2.8252.2020

Abstract

Emotional regulation is an individual’s ability to regulate emotions. Individual regulate his/her emotion to be able to control his/her life. In practice, the ability of emotional regulation can be influenced by various factors. One of the factors that can influence the process of emotional regulation is the level of religiosity. In this study, researchers aimed to be able to see the relationship of students’ religiosity on emotional regelation possessed by students. This study involved 319 elementary school students in SD X. Participants were given a set of assessments to measure the level of religiosity and emotional regulation. Religiosity is measured by using the Dimension Religiosity Scale to measure preoccupation, conviction, emotional involvement, and guidance. To measure emotional regulation, researchers used the Emotion Regulation Questionnaire for Children and Adolescent (ERQ-CA) to measure the level of cognitive reappraisal and expressive suppression possessed by students. Data was analysised using correlation test  in SPSS version 23. From the results of the correlation test conducted found that there is a significant relationship between the variables of religiosity and emotional regulation (r = 0.248, with p < 0.05). This shows that if the level of religiosity students have is high, the ability of students to regulate emotions will be better. Regulasi emosi adalah suatu kemampuan individu dalam mengatur emosi. Setiap orang melakukan regulasi emosi untuk dapat mengendalikan hidupnya. Dalam praktiknya, kemampuan regulasi emosi dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi proses regulasi emosi adalah tingkat religiusitas yang dimiliki individu tersebut. Dalam penelitian ini, peneliti bertujuan mengkaji hubungan antara religiusitas siswa dengan regulasi emosi yang dimiliki oleh siswa. Penelitian ini melibatkan 319 siswa-siswi Sekolah Dasar di sekolah X. Partisipan diberikan satu set asesmen untuk mengukur tingkat religiusitas dan regulasi emosi. Religiusitas diukur dengan menggunakan Dimension Religiousity Scale untuk mengukur preoccupation, conviction, emotional involvement, dan guidance. Untuk mengukur regulasi emosi, peneliti menggunakan Emotion Regulation Questionnaire for Children and Adolescent (ERQ-CA) untuk mengukur tingkat kemampuan cognitive reappraisal dan expressive suppression yang dimiliki oleh siswa. Analisis data menggunakan uji korelasi dengan menggunakan SPSS versi 23. Dari hasil uji korelasi yang dilakukan, didapatkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara variabe religiusitas dan regulasi emosi (r = 0,248, p < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa makin tinggi tingkat religiusitas yang dimiliki siswa, maka makin tinggi pula kemampuan siswa dalam meregulasi emosi.