Claim Missing Document
Check
Articles

Found 28 Documents
Search

Evaluasi Program Pilar Karakter dalam Meningkatkan Respect pada Siswa SD X di Depok Widiasih, Triani Widiasih; Sahrani, Riana; Tumanggor, Raja Oloan
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 1, No 1 (2017): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v1i1.348

Abstract

Program pilar karakter merupakan character building yang dilaksanakan di SD X bertujuan membentuk karakter baik pada siswa. Program ini mengacu pada 9 pilar karakter. Pengembangan karakter berasal dari muatan moral individu. Salah satu dasar moralitas yang utama dan berlaku secara universal adalah sikap respect. Dalam program pilar karakter, sikap respect merupakan salah satu sikap yang diaplikasikan di kegiatan program. Sikap respect tersebut belum muncul secara konsisten pada seluruh siswa yang telah mengikuti program pilar karakter. Penelitian bertujuan untuk memberikan gambaran evaluasi program pilar karakter dalam meningkatkan respect pada siswa SD X. Jenis penelitian yang digunakan evaluation research dengan model evaluasi Kirkpatrick Four Levels Evaluation Model. Empat level tersebut yaitu level reaction, learning, behavior, dan result. Subyek penelitian diambil dengan purposive sampling sebanyak 4 dari 75 siswa berdasarkan skor tertinggi dari kuesioner respect  yang telah diadaptasi. Pengumpulan data menggunakan teknik observasi dan wawancara. Observasi dilakukan pada kegiatan belajar di sekolah, focus group discussion (FGD) dan simulasi. Teknik wawancara berdasarkan teori respect terhadap 4 subyek serta guru, kepala sekolah dan orangtua sebagai triangulasi data. Hasil penelitian menunjukkan program pilar karakter dapat meningkatkan kekonsistenan respect siswa SD X. Sikap respect yang semakin konsisten ditunjukkan dengan perilaku hormat dan patuh ketika berbicara kepada orang yang lebih tua, mau berkawan dengan siapa saja, dapat menggunakan bahasa yang baik untuk menyampaikan pendapat/keinginannya, suka membantu orang yang membutuhkan, menjadi pendengar yang baik, mau mematuhi dan melaksanakan perintah orangtua ataupun guru, dan dapat  menerima adanya perbedaan.Kata kunci : evaluation research, program, pilar karakter, respect, sekolah dasar
EFEKTIVITAS PELATIHAN “STRATEGI MENGAJAR SRL” DALAM MENINGKATKAN SELF-EFFICACY DAN SRL BELIEF GURU SD X Mathilda V. Bolang, Caroline; Sahrani, Riana; Tumanggor, Raja Oloan
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 1, No 2 (2017): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v1i2.556

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pelatihan “Strategi Mengajar SRL” dalam meningkatkan selfefficacy dan SRL belief pada guru SD X yang menggunakan pendekatan instruksional student-centered, di mana keberhasilan pelatihan dilandaskan pada prinsip teori sosial-kognitif yaitu interaksi antara individu, lingkungan dan perilaku. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei 2017. Partisipan penelitian terdiri dari 7 guru sekolah dasar X yang dibagi ke dalam dua kelompok yaitu 4 guru pada kelompok eksperimen dan 3 lainnya pada kelompok kontrol. Jumlah partisipan dalam kelompok eksperimen terdiri dari 3 perempuan dan 1 laki-laki, serta 3 orang perempuan pada kelompok kontrol. Penelitian ini menggunakan desain penelitian eksperimental dengan pretest-posttest control group design. Instrumen pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah Teacher’s Self-Efficacy (TSE) (Schwarzer et al., 1999) dan Self-Regulated Learning Teacher’s Belief (SRLTB) (Lombaerts et al., 2009). Data dianalisis dengan teknik paired sample t test dengan kriteria statistik non parametrik one sample Kolmogorov-Smirnov. Perhitungan dilakukan dengan membandingkan skor pretest dan posttest TSE dan SRLTB pada kelompok kontrol dan pada kelompok eksperimen. Berdasarkan perhitungan uji beda, didapatkan skor t=-4,382 dan p= 0,022 (p< 0,05) pada teacher’s self-efficacy kelompok eksperimen serta t=-3,820 dan p=0,032 pada SRL teacher’s belief kelompok eksperimen. Hal ini menjelaskan bahwa hipotesis penelitian diterima, artinya pelatihan “Strategi Mengajar SRL” meningkatkan self-efficacy dan SRL belief guru SD X.
PERAN SELF-ESTEEM DAN SCHOOL WELL-BEING PADA RESILIENSI SISWA SMK PARIWISATA A Saraswati, Laksmiari; Tiatri, Sri; Sahrani, Riana
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 1, No 2 (2017): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v1i2.1472

Abstract

Pekerjaan dalam bidang pariwisata menuntut pekerja memiliki kompetensi utama hospitality, termasuk menerima komplain pelanggan dengan positif. Komplain pelanggan berpotensi menimbulkan tekanan emosional. Lulusan SMK Pariwisata A yang masih remaja perlu tangguh dalam menghadapi tekanan dan mampu bangkit kembali dari kegagalan dan memperoleh makna (resiliensi). Resiliensi merupakan inner strength, dapat dipelajari dan dibangun di sekolah. Penelitian ini bertujuan mengkaji peran self-esteem dan school well-being terhadap resiliensi. Partisipan adalah 73 siswa dari SMK Pariwisata A. Data dikumpulkan melalui kuisioner. Hasil penelitian menyatakan bahwa secara bersamaan self-esteem dan school well-being berperan pada resiliensi siswa. Secara terpisah hanya selfesteem yg berperan signifikan pada resiliensi. Artinya dalam membangun resiliensi dibutuhkan peran dari selfesteem dan school well-being secara bersamaan. Kedua hal ini harus difasilitasi oleh pihak sekolah secara keseluruhan sehingga siswa SMK Pariwisata A setelah lulus sudah memiliki ketrampilan untuk menghadapi tantangan pekerjaan.
INTERVENSI SELF-REGULATION EMPOWERMENT PROGRAM UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BERPRESTASI MAHASISWA NON REGULER DI JURUSAN X UNIVERSITAS X Sulaeman, Budi; Sahrani, Riana; Monika, Sesilia
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 1, No 2 (2017): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v1i2.1468

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi berprestasi pada mahasiswa non reguler melalui SelfRegulation Empowerment Program (SREP). Subyek penelitian ini adalah 16 mahasiswa non reguler dari Jurusan X, Universitas X yang sedang menempuh jenjang semester 3. Subyek terbagi dalam dua kelompok yakni 8 mahasiswa pada kelompok eksperimen dan 8 mahasiswa lainnya pada kelompok kontrol dengan jumlah 6 perempuan dan 2 laki-laki pada masing-masing kelompok. Desain pada penelitian ini yakni kuasi eksperimen dengan desain pre-test-post-test non equivalent control group. Instrumen pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini menggunakan alat ukur motivasi berprestasi yang dikembangkan berdasarkan teori McClellandmengenai ciri-ciri individu yang mempunyai motivasi berprestasi. Teknik analisis data menggunakan perhitungan uji beda 2 kelompok dengan kriteria statistik non parametrik yakni Mann-Whitney. Perhitungan dilakukan dengan membandingkan hasil data post-test motivasi berprestasi kelompok kontrol dan eksperimen. Berdasarkan perhitungan uji beda, didapatkan skor sig (2-tailed) sebesar 0,027 < 0,05. Hal ini menjelaskan bahwa Ha diterima dan Ho ditolak artinya intervensi Self-Regulation Empowerment Program dapat meningkatkan motivasi berprestasi mahasiswa non reguler Jurusan X, Universitas X.
PERAN DUKUNGAN SOSIAL DAN STRATEGI COPING TERHADAP SELF EFFICACY PADA KORBAN CYBERBULLYING Rasyidi, Ahmad Wahyu; Sahrani, Riana
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 3, No 2 (2019): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v3i2.6007

Abstract

Perkembangan teknologi internet yang sangat pesat mendorong munculnya berbagai macam media sosial yang di gunakan oleh remaja. Berbagai dampak yang negatif yang nyata dan marak terjadi di media sosial adalah perundungan dengan memakai media internet dan media sosial, yang disebut dengan istilah cyberbullying. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran dukungan sosial dan strategi coping terhadap self-efficacy pada korban cyberbullying. Responden dalam penelitian ini sebanyak 204 orang dengan dengan pengambilan data secara convenience sampling. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat peran negatif dan signifikan dari dukungan sosial terhadap self-efficacy (t = -3.15 > -1.96). Selain itu hasil penelitian menunjukan bahwa tidak terdapat keterkaitan antara problem focus coping dengan self-efficacy. Namun, hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat peran positif dan signifikan emotional focus coping terhadap self-efficacy (t = 2.16 > 1.96).   The development of internet technology is very fast to encourage the emergence of various kinds of social media consumed by teenagers. Various negative impacts that are real and widespread on social media is bullying on the internet or media social, called cyberbullying. The purpose of this study was to study the role of social support and coping strategy toward self-efficacy among cyberbullying victims. This study obtained 204 respondents by convenience sampling. The results showed a negative and significant role social support toward self-efficacy (t = -3.15> -1.96). In addition, the results of the study showed there is no connection between problem focus coping and self-efficacy. However, the research showed the positive and significant role emotional focus coping toward self- efficacy (t = 2.16> 1.96).
INTERVENSI ORIGAMI BERBASIS EXPERIENTIAL LEARNING TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN SPASIAL ANAK USIA DINI Lukman, Agnes Victoria; Sahrani, Riana; Patmonodewo, Soemiarti
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 3, No 1 (2019): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v3i1.2981

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas intervensi origami berbasis experiential learning dalam meningkatkan kemampuan spasial anak usia dini. Kemampuan spasial merupakan salah satu kemampuan yang diperlukan manusia dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan spasial merupakan aspek dari kognisi yang berkembang sejalan dengan perkembangan kognitif. Kemampuan spasial pada anak berhubungan dengan relasi topologi atau spasial dua arah, seperti atas-bawah, kanan-kiri, depan-belakang. Banyak media yang terbukti dapat meningkatkan kemampuan spasial pada anak, salah satunya adalah origami. Dalam kegiatan origami, anak diajak untuk berpartisipasi aktif agar dapat membuat figur origami. Hal ini juga dibutuhkan dalam metode experiential learning. Experiential learning merupakan proses belajar melalui pengalaman (learning by doing). Dalam metode ini, siswa berpartisipasi aktif dalam sebuah kegiatan, sehingga menghasilkan pengetahuan atau kemampuan yang baru. Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen. Partisipan penelitian berjumlah 3 orang yang merupakan siswa/i kelas K2 TK X dengan karakteristik: (a) usia partiipan antara 5-6 tahun; (b) partisipan sedang menjalani pendidikan di kelas K2 TK X tahun ajaran 2017-2018. Penelitian ini menggunakan desain dalam-kelompok, one-group pretest posttest. Peneliti memberikan intervensi origami berbasis experiential learning kepada partisipan penelitian setelah melakukan pre-test dan melakukan post-test terhadap partisipan setelah 8 sesi intervensi diberikan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan kemampuan spasial partisipan mengalami peningkatan meskipun pada dimensi yang berbeda. Hasil post-test pada partisipan penelitian menunjukkan intervensi origami berbasis experiential learning meningkatkan kemampuan spasial anak anak usia dini. This study aims to determine the effectiveness of experiential learning-based origami intervention in improving young children’s spatial ability. Spatial ability is a fundamental aspect of cognition that develops in line with cognitive development. Spatial ability in children is associated with topological or two-way spatial relations, such as top-bottom, right-left, front-back. Many media are proven to improve spatial abilities in children, one of which is origami. In origami, children are invited to actively participate in order to make origami figures. This is also needed in experiential learning methods. Experiential learning is a process of learning through experience (learning by doing). In this method, students actively participate in an activity, so as to produce new knowledge or abilities. This research is a quasi-experimental research. There were 3 participants who were students of K2 Grade of Kindergarten X with the following characteristics: (a) the age of participants between 5-6 years; (b) participants are undergoing education in K2 grade kindergarten X during 2017-2018 school year. This study uses within-group design, one-group pretest posttest. The researcher gave origami intervention based on experiential learning to the study participants after pre-test, and administered post-test on the participants after 8 sessions of intervention were conducted. The result of this study indicates that the spatial ability of participants had increased, although in different dimensions. The results of post-test on participants showed that origami interventions based on experiential learning improve the spatial abilities of young children.
PERAN SELF-REGULATED LEARNING TERHADAP EMOTIONAL EXHAUSTION YANG DIMEDIASI OLEH STUDENT ENGAGEMENT PADA SANTRI Sholihah, Dinda Nabila; Sahrani, Riana; Hastuti, Rahmah
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 3, No 2 (2019): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v3i2.5949

Abstract

Santri merupakan seseorang yang belajar agama Islam dan mendalami agama Islam dalam sebuah pesantrian atau pesantren. Dalam menjalankan kegiatannya sehari-hari, santri terikat dengan berbagai macam peraturan dan kegiatan yang menyebabkan kecenderungan dari munculnya emotional exhaustion pada santri. Dalam penilitian ini, akan dibahas mengenai peranan self-regulated learning terhadap emotional exhaustion yang dimediasi oleh student engagement pada santri. Metode yang digunakan adalah kuantitatif non-eksperimental dengan teknik pengambilan data purposive sampling dan criterion sampling. Adapun alat ukur yang digunakan terdiri dari alat ukur self-regulated learning yang diadaptasi dari alat ukur self-regulated learning dari Pintrich dan Groot (1990), alat ukur emotional exhaustion yang diadaptasi dari alat ukur yang dikembangkan oleh Schaufeli, Martίnez, Marqués-Pinto, Salanova, dan Bakker (2002), serta alat ukur student engagement yang diadaptasi dari alat ukur student engagement dari Schaufeli dan Bakker (2003). Pengambilan data dilakukan di lima pondok pesantren yang terdapat di wilayah Bogor dan Bekasi pada bulan Oktober – November 2018 dengan melibatkan 424 partisipan penelitian berusia 11 – 20 tahun. Berdasarkan hasil yang diperoleh, self-regulated learning secara negatif signifikan memengaruhi emotional exhaustion (tc’ = -6,336; p= 0,000 < 0,05) dan student engagement tidak memediasi peran self-regulated learning terhadap emotional exhaustion (tb’= 1,153; p = 0,250 > 0,05). A santri is a person who studies Islam in a pesantren or Islamic boarding school. In carrying out their daily activities, students are bound by a variety of regulations and activities that tend to cause emotional exhaustion in students. In this research, the role of self-regulated learning on emotional exhaustion mediated by student engagement on santri will be discussed. The research method used is quantitative non-experimental technique with purposive sampling and criterion sampling. The measuring device used consists of a self-regulated learning measuring instrument adapted from a self-regulated learning measuring instrument from Pintrich and Groot (1990), an emotional exhaustion measuring instrument adapted from a measuring instrument developed by Schaufeli, Martίnez, Marqués-Pinto, Salanova, and Bakker (2002), as well as student engagement measurement instrument adapted from the student engagement measurement instrument from Schaufeli and Bakker (2003). Data were collected at five Islamic boarding schools in Bogor and Bekasi over October - November 2018 involving 424 research participants aged 11-20 years. Based on the results obtained, self-regulated learning negatively and significantly affects emotional exhaustion (tc '= -6.336; p = 0.000 <0.05) and student engagement does not mediate the role of self-regulated learning on emotional exhaustion (tb' = 1.153; p = 0,250> 0,05).
PERAN SELF-ESTEEM DAN SELF-FORGIVENESS SEBAGAI PREDIKTOR SUBJECTIVE WELL-BEING PADA PEREMPUAN DEWASA MUDA Ekawardhani, Nadya Puspita; Mar’at, Samsunuwiyati; Sahrani, Riana
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 3, No 1 (2019): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v3i1.3538

Abstract

Subjective well-being (SWB) merupakan gambaran kebahagiaan, kepuasaan hidup, dan gambaran afek positif-negatif individu. Self-esteem (penghargaan diri) dan self-forgiveness (penerimaan diri) merupakan dasar penilaian positif individu terhadap dirinya. Oleh sebab itu, penelitian ini dilakukan guna memperoleh peran self-esteem dan self-forgiveness sebagai prediktor SWB pada perempuan dewasa muda. Penelitian ini menggunakan tiga alat ukur, yakni Rosenberg Self-Esteem Scale (RSES), Heartland Forgiveness Scale (HFS), dan Oxford Happiness Questionnaire (OHQ). Penelitian ini juga hendak melihat seberapa besar peranan self-esteem dan self-forgiveness terhadap SWB. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan teknik non-probabilitysampling. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 500 perempuan yang berusia 20 – 28 tahun, memiliki minimal pendidikan SMA/ sederajat, dan berdomisili di Jabodetabek. Seluruh data diolah dengan teknik explore (descriptive statistic) dan analyze (regression) menggunakan SPSS Statistic versi 24. Penelitian ini memperoleh hasil bahwa self-esteem dan self-forgiveness berperan secara signifikan sebagai prediktor SWB pada perempuan dewasa muda, yakni sebasar 53,8%. Berdasarkan besaran peran, self-esteem memiliki peran sebagai prediktor yang lebih besar dari self-forgiveness, yakni sebesar 52,5%. Sedangkan, self-forgiveness memiliki peran sebesar 17,9%. Bagi penelitian selanjutnya, jumlah partisipan dapat dikontrol secara merata agar memperoleh hasil yang lebih baik. Selain itu, dapat pula dilakukan intervensi pada partisipan yang memiliki self-esteem, self-forgiveness dan SWB yang cenderung rendah, sehingga peneliti dapat mengontrol dan melakukan follow-up. Penelitian selanjutnya juga dapat menguji forgiveness of others dan forgiveness of the situation, untuk melihat seberapa besar peran keduanya terhadap SWB.Meneliti pada rentang usia dewasa dewasa muda tengah (28 – 33 tahun)dan dewasa muda akhir (33 – 40 tahun) juga dapat diaplikasikan pada penelitian selanjutnya.Subjective well-being (SWB) is an image of happiness, life satisfaction, and an image of the individual’s positive and negative affects. Self-esteem and self-forgiveness are the basis for an individual's positive assessment of him/herself. Therefore, this study was conducted to obtain the role of self-esteem and self-forgiveness as predictors of SWB in young adult women. This study used three measuring instruments, namely Rosenberg Self-Esteem Scale (RSES), Heartland Forgiveness Scale (HFS), and Oxford Happiness Questionnaire (OHQ). This study also aims to discover the role of self-esteem and self-forgiveness towards SWB. This research is a quantitative study with non-probability sampling technique. Subjects in this study were 500 women aged 20-28 years, with minimum of high school / equivalent education level, and lived in Jabodetabek area. The data was processed by exploring (descriptive statistics) and analyzing (regression) techniques using SPSS Statistics version 24. This study shows that self-esteem and self-forgiveness play a significant role as predictors of SWB in young adult women, which is 53.8%. Based on the magnitude of the role, self-esteem is a greater predictor of SWB than self-forgiveness, equal to 52.5% with self-forgiveness equal to 17.9%. For further research, the number of participants can be made more even in order to obtain better results. In addition, intervention can also be conducted on participants with low self-esteem, self-forgiveness and SWB, so that researchers can conduct control and follow-up. Future studies may also examine forgiveness of others and forgiveness of the situation, in order to find out their contribution towards SWB. Research on middle young adults(28-33 years old) and late young adults (33-40 years) can also be applied in subsequent studies.
PSIKOEDUKASI STRATEGI MENGELOLA KELAS BAGI GURU DI SEKOLAH DASAR Hastuti, Rahmah; Sahrani, Riana
Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia Vol 1, No 2 (2018): Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (705.633 KB) | DOI: 10.24912/jbmi.v1i2.2882

Abstract

Teachers need information to understand the characteristics of students, especially in the meanings of individual differences. Community service is intended to answer the problems perceived by the teacher. Based on the information obtained, then formulated the core problems experienced by teachers in the form of the need for knowledge and understanding the characteristics of students of public primary schools in Jakarta. Teachers need information about classroom managing techniques. The aimed of this activity was to improve the knowledge and understanding of teachers through psychoeducation with providing life skills intervention. The subjects or participants in this activity are teachers. A pre-test was first conducted that measured teachers' perceptions of how to manage the class by using Teacher's Sense of Efficacy Scale (TSES) questionnaire. After that, the resource person provides material on classroom management. Data analysis was using SPSS 18 version for windows. The paired sample T-test technique was used to see the effectiveness of the psychoeducation. There was no difference between a score of the pre-test (M = 4.0190, SD = 0.51470) and a score on the post-test (M = 4.1238, SD = 0.52867); Z = -0.788, and p = 0.431> 0.05. However, in the reflection of the activities of each participant expressed the usefulness of this event. Based on the activities that have been done, it can be concluded that the teachers who have provided feedback through self-report evaluation results, states that the students get the benefits of these activities.
KEMAMPUAN MENGONTROL DIRI MAHASISWA KEDOKTERAN DALAM BELAJAR, PENGERJAAN TUGAS, DAN PENGGUNAAN GAWAI Christy, Christy; Sahrani, Riana; Heng, Pamela Hendra
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 4, No 1 (2020): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v4i1.7576.2020

Abstract

Academic burnout was a problem in the world of education that was often experienced by medical students.  Educational demands and numerous assignments often caused medical students to felt overwhelmed and experience academic burnout. Uniquely, there were previous studies which found that in the midst of high activity, medical students still had time to access their smartphones. When students spend most of their time for smartphone used rather than their daily activities, students will have the potential to experience problematic smartphone used, which could have a negative impact on their study and daily routines. This problem became more interesting to be discussed considering current situation, in which almost everyone had their own smartphone and often relies on the smartphone for information or leisure purposes. This researched was conducted to examine the role of problematic smartphone used on academic burnout in medical students. Quantitative research using convenience sampling method was conducted to answer the question.  The participants of this study were 401 medical students.  Result showed that problematic smartphone use had a significant role on academic burnout in medical students (β = 0. 41, t = 8. 84). The result means an increase score on problematic smartphone use will be followed by an increase score on academic burnout, and vice versa. Academic burnout merupakan suatu masalah dalam dunia pendidikan yang seringkali dialami oleh mahasiswa kedokteran. Hal ini ditandai dengan rasa kewalahan, sinis, dan rasa tidak mampu untuk menjalani studi. Tuntutan pendidikan dan banyaknya tugas seringkali membuat mahasiswa kedokteran merasa kewalahan dan mengalami academic burnout. Uniknya, terdapat penelitian terdahulu yang menemukan bahwa di tengah kesibukan yang tinggi, mahasiswa kedokteran masih memiliki waktu untuk mengakses atau memainkan gawai yang dimilikinya. Ketika mahasiswa mengakses gawai dengan intensitas dan durasi yang terlalu panjang, mahasiswa akan memiliki potensi untuk mengalami problematic smartphone use, yang dapat memberikan dampak negatif bagi perkuliahan mahasiswa kedokteran. Masalah ini tentunya semakin menarik untuk dibahas mengingat saat ini setiap orang memiliki gawai dan seringkali bergantung pada gawai yang dimiliki untuk kebutuhan informasi ataupun untuk mengisi waktu luang. Penelitian ini dilakukan untuk menguji peran problematic smartphone use terhadap academic burnout pada mahasiswa kedokteran. Penelitian dengan teknik convenience sampling dilakukan untuk menjawab pertanyaan dalam penelitian ini. Partisipan penelitian ini adalah 401 mahasiswa kedokteran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa problematic smartphone use memiliki peran signifikan terhadap academic burnout pada mahasiswa kedokteran (β = 0.41, t = 8.84).  Hal ini berarti peningkatan skor problematic smartphone use akan diikuti dengan peningkatan skor academic burnout mahasiswa kedokteran. Sebaliknya, penurunan skor problematic smartphone use akan diikuti juga dengan penurunan skor academic burnout mahasiswa kedokteran.