Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

PENGARUH RASIO METANOL DAN TEGANGAN ARUS ELEKTROLISIS TERHADAP YIELD BIODIESEL DARI MINYAK JELANTAH M. Zaki Shofahaudy; Dyah Pratiwi Warsito; Rosdiana Moeksin
Jurnal Teknik Kimia Vol 23 No 1 (2017): Jurnal Teknik Kimia
Publisher : Chemical Engineering Department, Faculty of Engineering, Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Biodiesel merupakan bahan bakar alternatif yang dapat diperoleh dari minyak tumbuhan, lemak hewan atau minyak bekas oleh karena itu biodiesel digolongkan sebagai bahan bakar yang dapat diperbarui. Secara umum, biodiesel dibuat dari reaksi transesterifikasi, yakni reaksi alkohol dengan trigliserida membentuk metil ester dan gliserol dengan bantuan katalis basa. Dalam pembuatan biodiesel ini digunakan bahan baku minyak jelantah yang berasal dari pecel lele di sekitar wilayah Indralaya, kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan.dengan kadar FFA yang didapatkan yaitu sebesar 1,9 % sehingga langsung dilakukan proses transesterifikasi dengan menggunakan metode elektrolisis. Penelitian ini dilakukakan dengan mereaksikan 100 mL minyak jelantah dan metanol dengan bantuan katalis NaOH 1% dan campuran NaCl (0,56wt%) dan aquadest (2 %wt). Pada tahap transesterifikasi dilakukan variasi tegangan listrik dengan variasi 6 V, 9 V, dan 12 V serta rasio volume metanol 20%, 30% dan 40%. Melalui percobaan ini didapatkan yield biodiesel yang paling tinggi pada variasi tegangan listrik 12 V dan rasio volume metanol 20% yaitu sebesar 38,3%.
PEMBUATAN BRIKET BIORANG DARI CAMPURAN LIMBAH TEMPURUNG KELAPA SAWIT DAN CANGKANG BIJI KARET Rosdiana Moeksin; KGS. Ade Anggara Pratama; Dwi Riski Tyani
Jurnal Teknik Kimia Vol 23 No 3 (2017): Jurnal Teknik Kimia
Publisher : Chemical Engineering Department, Faculty of Engineering, Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Biomassa merupakan salah satu sumber energi yang telah banyak dimanfaatkan. Contoh dari energi biomassa adalah biobriket. Saat ini telah terdapat banyak variasi bahan baku yang dapat digunakan dalam pembuatan biobriket termasuk limbah. Limbah yang digunakan pada penelitian ini yaitu limbah tempurung kelapa sawit dan cangkang biji karet. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh temperatur karbonisasi dan komposisi tempurung kelapa sawit terhadap kualitas biobriket. Temperatur karbonisasi yang digunakan yaitu temperatur 500oC, 550oC, dan 600oC. Sedangkan variabel komposisi yang digunakan yaitu 40% CK : 60% TS, 50% CK : 50% TS, dan 60% CK : 40% TS. Pada penelitian ini dilakukan analisa proksimat berupa nilai kalor, inherent moisture, volatile matter, ash content, dan fixed carbon. Dari penelitian ini diketahui bahwa biobriket dengan temperatur karbonisasi 600oC dan komposisi 40% CK: 60% TS memiliki kualitas terbaik dengan nilai kalor 7124 cal/gr, inherent moisture 5,95 %, volatile matter 9,46%, ash content 4,29%, dan fixed carbon 80,3%.
PENGARUH TEMPERATUR DAN KOMPOSISI PEMBUATAN BIOBRIKET DARI CAMPURAN KULIT KAKAO DAN DAUN JATI DENGAN PLASTIK POLIETILEN Rosdiana Moeksin; Febrian Aquariska; Herbet Munthe
Jurnal Teknik Kimia Vol 23 No 3 (2017): Jurnal Teknik Kimia
Publisher : Chemical Engineering Department, Faculty of Engineering, Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Makin terbatas dan langkanya jumlah bahan bakar fosil menimbulkan tuntutan akan pentingnya sumber energi alternatif maupun energi terbarukan. Oleh karena itu, kegiatan untuk mencari sumber bahan alternatif dan terbarukan yang dapat diperbarui, ekonomis, dan ramah lingkungan harus diwadahi untuk pengembangan sumber energi yang lebih baik. Kulit kakao merupakan limbah biomassa perkebunan bertekstur keras yang banyak berserakan dan tergeletak begitu saja di areal perkebunan dan menjadi busuk. Jati (Tectona grandis L.F) termasuk kelompok tanaman yang dapat menggugurkan daunnya selama musim kemarau. Karena sifatnya yang mudah menggugurkan daunnya tersebut, daun jati menjadi sumber biomassa yang cukup melimpah. Metode pembuatan biobriket dari campuran arang kulit kakao dan daun jati dengan penambahan plastik High Density Polyethylene (HDPE) secara garis besar melalui tahapan pembersihan, pengeringan, karbonisasi, pencampuran, dan pencetakan. Pada penelitian ini variabel yang digunakan adalah temperatur karbonisasi, komposisi campuran arang kulit kakao dan daun jati dengan polietilen (HDPE). Temperatur Karbonisasi yang digunakan yaitu dari temperatur 400?C, 450?C, 500?C, 550?C, dan 600?C. Sedangkan variabel komposisi yang digunakan yaitu: 100 % KKDJ : 0 % HDPE, 95 % KKDJ : 5 % HDPE, 90 % KKDJ : 10% HDPE, 85 % KKDJ : 15 % HDPE. Perekat yang digunakan yaitu larutan kanji dengan kadar 10 % dari berat total biobriket. Dari penelitian yang dilakukan didapat biobriket dengan kualitas optimal pada temperatur karbonisasi 550?C dengan penambahan plastik HDPE 15 %, dimana dihasilkan nilai kalor 7307cal/gr, kadar air lembab 4,76 %, kadar abu 4,38 %, kadar zat terbang 22,92 %, dan kadar karbon padat sebesar 67,94 %.
PEMBUATAN BIOETANOL DARI ECENG GONDOK (EICHHORNIA CRASSIPES) DENGAN PERLAKUAN FERMENTASI Rosdiana Moeksin; Liliana Comeriorensi; Rika Damayanti
Jurnal Teknik Kimia Vol 22 No 1 (2016): Jurnal Teknik Kimia
Publisher : Chemical Engineering Department, Faculty of Engineering, Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Eceng gondok (Eichhornia crassipes) merupakan tumbuhan yang digolongkan sebagai gulma perairandan dapat berkembang biak cepat (3% per hari). Eceng gondok memiliki kandungan Selulosa (64,51%),Pentosa (15,61%), Lignin (7,69%), Silika (5,56%), dan Abu (12%). Selulosa yang terkandung di dalameceng gondok dapat diolah menghasilkan bioetanol. Proses pembuatan bioetanol dilakukan dalam tigatahap yaitu pretreatment, hidrolisis, dan fermentasi. Proses pretreatment dilakukan dengan menggunakanlarutan NaOH 5% terhadap variasi bahan baku (eceng batang daun kering dan basah; eceng batang keringdan basah). Proses pretreatment dimaksud untuk mengurangi jumlah kandungan lignin yang terikatdengan selulosa. Hasil pretreatment dihidrolisis dengan menggunakan larutan H2SO4 2% pada temperatur100oC. Selanjutnya, hasil hidrolisis difermentasi menggunakan ragi Saccharomyces cerevisiae denganberbagai variasi waktu (20; 40; 60; 80; 100; 120 jam). Hasil penelitian menunjukkan kadar bioetanoltertinggi dihasilkan sebesar 60,41925344% dan hasil analisa gas chromatography (GC) menunjukkankadar bioetanol tertinggi sebesar 67,18% pada eceng gondok batang kering dan waktu fermentasi 80 jam.Hasil analisa menunjukkan kadar bioetanol tertinggi sebesar 67.18%.
PEMBUATAN BIOETANOL DARI AIR LIMBAH CUCIAN BERAS MENGGUNAKAN METODE HIDROLISIS ENZIMATIK DAN FERMENTASI Eni; W. Sari; Rosdiana Moeksin
Jurnal Teknik Kimia Vol 21 No 1 (2015): Jurnal Teknik Kimia
Publisher : Chemical Engineering Department, Faculty of Engineering, Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk Indonesia, maka kebutuhan pokok berupa beras, yangmerupakan makanan pokok sebagian besar masyarakat Indonesia. Beras menjadi nasi, sebelum dimasakdilakukan peroses pencucian terlebih dahulu. menghasilkan limbah berupa cucian air beras.Limbahcucian beras ini yang akan dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk pembuatan bioetanol, masihmengandung karbohidrat yang dapat dihidrolisa untuk menghasilkan glukosa. Pada penelitian ini, proseshidrolisis dilakukan penambahkan enzim glukoamilase dengan variabel bebas yaitu 1, 2, dan 3% (v/v)dengan sampel cucian air beras 1500 ml. Proses fermentasi, dengan variasi waktu fermentasi 2, 4, dan 6hari, dengan penambahan Saccharomyces cerevisiae sebanyak 1,5% (v/v), pH fermentasi 4,5; Hasilpenelitian kadar penambahan enzim glukoamilase sebesar 3% (v/v) dan waktu optimum hidrolisis 6 jammenghasilkan kadar glukosa sebesar 93,02 mg/L. Waktu optimum fermentasi 4 hari yang menghasilkankadar etanol sebesar 11,177%.
PEMBUATAN BIOETANOL DARI KULIT PISANG RAJA (MUSA SAPIENTUM) MENGGUNAKAN METODE HIDROLISIS ASAM DAN FERMENTASI Rosdiana Moeksin; Melly; Septyana
Jurnal Teknik Kimia Vol 21 No 2 (2015): Jurnal Teknik Kimia
Publisher : Chemical Engineering Department, Faculty of Engineering, Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Bioetanol sebagai bahan bakar alternatif dibuat dengan proses fermentasi karbohidrat dengan bantuanmikroorganisme. Peneltian ini, sumber karbohidrat yang digunakan kulit pisang raja (Musa sapientum).Kandungan karbohidrat pada kulit pisang raja 59,00 mg/g. Karbohidrat (pati) dari kulit pisang rajadikonversi menjadi glukosa dengan metode hidrolisis asam menggunakan H2SO4 0,5 M. Hidrolisisdilakukan selama 2 jam pada suhu 100oC, dengan bantuan bakteri Saccharomyces cerevisiaepada pH 4.Penelitian ini variasi beratSaccharomyces cerevisiae3,6; 5,4; dan 7,2 gram, dengan waktu fermentasi 72,120, 168 dan 216 jam. Bioetanol dengan waktu fermentasi 168 jam dan berat ragi 3,6 gramdiperoleh32,7%. Hasil analisa menggunakan Gas Chromatography(GC), kadar bioetanol tertinggi sebesar43,5%.
PENGARUH KOMPOSISI PEMBUATAN BIOBRIKET DARI CAMPURAN SERBUK GERGAJI, KULIT SINGKONG DAN BATUBARA TERHADAP NILAI PEMBAKARAN rendana, muhammad; Rosdiana Moeksin; Adi Kunchoro; Rengga Ulil Ambri Zecy
Jurnal Teknik Kimia Vol 21 No 4 (2015): Jurnal Teknik Kimia
Publisher : Chemical Engineering Department, Faculty of Engineering, Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penduduk Indonesia setiap tahun mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Denganmeningkatnya pertumbuhan tersebut, maka semakin banyak pula sumber energi yang digunakan. Olehkarena itu, perlu ditemukannya energi alternatif baru untuk mengatasi hal tersebut. Salah satunya yaitudengan pemanfaatan campuran limbah kulit singkong dan serbuk untuk membuat biobriket.Padapenelitian ini, biobriket dibuat dengan pencampuran bahan baku antara Kulit Ubi Kayu dan SerbukGergaji dengan komposisi : 90 KUK : 10 SG ; 85 KUK : 15 SG ; 80 KUK : 20 SG ; 75 KUK : 25 SG ; 70KUK : 30 SG ; 30 KUK : 70 SG ; 25 KUK : 75 SG ; 20 KUK : 80 SG ; 15 KUK : 85 SG ; 10 KUK : 90SG.Pencampuran biobriket menggunakan perekat tepung tapioka sebanyak 10% dari berat biobriketdengan temperatur karbonisasi untuk kulit ubi kayu sebesar 300oC dan untuk serbuk gergaji sebesar500oC. Berdasarkan hasil analisa biobriket didapatkan semakin banyak komposisi bahan baku serbukgergaji maka akan menghasilkan nilai kalor yang tinggi. Kondisi optimum didapatkan pada sampeldengan komposisi 10 KUK : 90 SG dengan nilai kalor sebesar 5775 cal/gr.