p-Index From 2019 - 2024
0.562
P-Index
This Author published in this journals
All Journal Jurnal Bios Logos
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Struktur Lamun di Zona Intertidal Kecamatan Tabukan Selatan, Kabupaten Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara (Structure of Seagrass on Intertidal Zone of Southern Tabukan Sub-District, Sangihe Islands District, North Sulawesi) Tumadang, Stevi; Siahaan, Ratna; Maabuat, Pience
JURNAL BIOS LOGOS Vol 9, No 2 (2019): JURNAL BIOS LOGOS
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35799/jbl.9.2.2019.24170

Abstract

Struktur Lamun di Zona Intertidal Kecamatan Tabukan Selatan, Kabupaten Kepulauan  Sangihe, Sulawesi Utara(Structure of Seagrass on Intertidal Zone of Southern Tabukan Sub-District, Sangihe Islands District, North Sulawesi) Stevi Tumadang1), Ratna Siahaan1*) , Pience V. Maabuat1*) 1) Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sam Ratulangi – Manado 95115*Email korespondensi:ratnasiahaan@unsrat.ac.id Diterima 1 Juli  2019, diterima untuk dipublikasi 5  Agustus 2019 Abstrak  Lamun memiliki fungsi ekologis dan nilai ekonomi yang penting. Penelitian berujuan untuk menganalisis struktur lamun di tiga area intertidal yaitu Pantai Karurung (Desa Salurang), Pantai Palareng (Desa Palareng), dan Pantai Galogong (Desa Batuwingkung), Kecamatan Tabukan Selatan, Kabupaten Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara. Metode purposive sampling digunakan dalam penentuan tempat sampling dengan pengambilan sampel yang menggunakan metode line transect. Jenis-jenis lamun yang ditemukan sebanyak tujuh (7) jenis yaitu Cymodocea rotundata, Cymodocea serrulata, Enhalus  acoroides, Halodule uninervis, Halophila ovalis, Syringodium isoetifolium, dan Thalassodendron ciliatum. Lamun S. isoetifolium memiliki nilai Kepadatan Relatif tertinggi di ketiga stasiun berturut-turut, yaitu 48,60%, 43,31%, dan 44,08%. Secara berturut-turut, lamun S. isoetifolium juga memiliki Indeks Nilai Penting tertinggi di ketiga stasiun, yaitu 74,92%, 65,31%, dan 70,75%. Keanekaragaman jenis lamun pada ketiga stasiun tergolong sedang dengan Indeks Keanakeragaman Shannon-Wiener (H’) secara berturut-turut, yaitu 1,52; 1,61; dan 1,23. Secara keseluruhan, keanekaragaman jenis lamun di Kecamatan Tabukan Selatan tergolong sedang (H’:1,59). Kata kunci  :    struktur lamun, Tabukan Selatan, Pantai Karurung, Pantai Palareng, Pantai Galoghong, Kepulauan Sangihe Abstract Seagrasses have important ecological functions and economic values. The study was carried out to analyze structure and distribution of seagrass on three intertidal areas, i.e. Karurung Beach (Salurang Village), Palareng Beach (Palareng Village), and Galogong Beach (Batuwingkung Village), South Tabukan District, Sangihe Islands Regency, North Sulawesi. The purposive sampling method was applied in choosing sampling locations. The line transect method was used for sampling seagrass. Seagrass species found were seven (7) species, i.e. Cymodocea rotundata, Cymodocea serrulata, Enhalus acoroides, Halodule uninervis, Halophila ovalis, Syringodium isoetifolium, and Thalassodendron ciliatum. Seagrass S. isoetifolium had the highest Relative Density Value in three locations, i.e. 48.60%, 43.31%, and 44.08% perspectively. The seagrass S. isoetifolium also had the highest Important Value Index i.e. 74.92%, 65.31%, and 70.75% perspectively. The diversity of seagrass species in three stations was classified into moderate with Shannon-Wiener Biodiversity Index (H ') i.e. 1.52; 1.61; and 1.23 perspectively. The overall H’ of seagrass of South Tabukan was classified into moderate (H ': 1.59). Key words:      seagrass structure, South Tabukan, Karurung Beach, Palareng Beach, Galoghong Beach, Sangihe Islands
Pemanfaatan Strata Hutan oleh Tikus Ekor Putih (Maxomys hellwaldii) di Gunung Klabat Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara (Utilization of Forest Strates by White Equipment Rats (Maxomys hellwaldii) in Klabat Mountain North Minahasa Distric, North Sulawesi) Rumanasen, Baren; Saroyo, Saroyo; Maabuat, Pience
JURNAL BIOS LOGOS Vol 9, No 1 (2019): JURNAL BIOSLOGOS
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35799/jbl.9.1.2019.23368

Abstract

Pemanfaatan Strata Hutan oleh Tikus Ekor Putih (Maxomys hellwaldii) di Gunung Klabat Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara(Utilization of  Forest Strates by White Equipment Rats (Maxomys hellwaldii) in Klabat Mountain North Minahasa Distric, North Sulawesi) Baren Anggyon Rumanasen1)*, Saroyo1), Pience Maabuat1)1)Program Studi Biologi FMIPA Universitas Sam Ratulangi, Manado 95115*Email korespondensi: rumanasenanggy@gmail.com Diterima  15 Januari 2019, diterima untuk publikasi 28 Februari 2019 Abstrak Tikus ekor putih (Maxomys hellwaldii) adalah hewan endemik Sulawesi, yang oleh IUCN status konservasinya masih kurang diperhatikan. Ancaman utama tikus ekor putih adalah perburuan untuk dijual.  Penelitian ini bertujuan menganalisis pemanfaatan strata hutan oleh tikus ekor putih (Maxomys hellwaldii) di Gunung Klabat Kabupaten Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara. Pengamatan menggunakan metode garis transek, dua garis transek dibuat masing-masing pada hutan primer dan hutan sekunder, panjang garis transek masing-masing 2 km dengan lebar 20 m. Hasil penelitian menunjukkan di hutan primer tikus ekor putih memanfaatkan stratum B sebesar 7,59%, dan stratum C 92,40%. Pada hutan sekunder tikus ekor putih memanfaatkan stratum C sebesar 100%. Aktivitas yang dilakukan tikus ekor putih pada hutan primer, mencari makan sebesar 56,96%, aktivitas berpindah sebesar 30,37%, aktivitas makan sebesar 5,06%, dan aktivitas istirahat sebesar 7,59%. Pada hutan sekunder, sebesar 15,06%, aktivitas makan (2,73%),dan aktivitas istirahat sebesar 27,39%.Kata kunci: tikus ekor putih, aktivitas, strata hutan, Gunung Klabat Abstract White-tailed mice (Maxomys hellwaldii) are endemic to Sulawesi, which by the IUCN (The International Union for Conservation of Nature and Natural Resources) still lacks attention to conservation status. The main threat to white-tailed mice is hunting for sale. The study used the transect line method, two transect lines were made in primary forest and two transect lines were made in secondary forest, the length of the transect line was 2 km in width and 20 m in width. The results showed that in primary forest white-tailed mice made use of stratum B of (7.59%), and stratum C was (92.40%). Whereas in the secondary forest white tail rats only use the C stratum, which is equal to 100%. Activities carried out by white-tailed rats were in primary forests, foraging for (56.96%), moving activities by (30.37%), eating activities by (5.06%), and resting activities at (7.59 %). In secondary forests, white-tailed mice looked for food (54.79%), shifting activity (15.06%), eating activities (2.73%), and resting activities (27.39%).Keywords: white-tailed mice, activity, forest strates, Klabat Mountain
Struktur Makroalga Pada Ekosistem Lamun Di Kecamatan Tabukan Selatan, Kabupaten Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara (Structure of Macroalgae in Seagrass Ecosystems at South Tabukan District, Sangihe Islands Regency, North Sulawesi) Mertosono, Irawaty; Siahaan, Ratna; Maabuat, Pience
JURNAL BIOS LOGOS Vol 9, No 1 (2019): JURNAL BIOSLOGOS
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35799/jbl.9.1.2019.24374

Abstract

Struktur Makroalga Pada Ekosistem Lamun Di Kecamatan Tabukan Selatan, Kabupaten Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara(Structure of Macroalgae in Seagrass Ecosystems at South TabukanDistrict, Sangihe Islands Regency, North Sulawesi) Irawaty A. Mertosono1), Ratna Siahaan1*) Pience V. Maabuat1)1)Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sam Ratulangi, Manado 95115*Email korespondensi:ratnasiahaan@unsrat.ac.id Diterima  15 Februari 2019, diterima untuk dipublikasi 28 Februari  2019 Abstrak Makroalga laut merupakan tumbuhan laut yang tidak memiliki akar, batang, maupun daun sejati. Kegiatan manusia berupa pemanfaatan makroalga, konversi lahan, dan transportasi laut dapat menjadi penyebab penurunan biodiversitas makroalga. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis struktur dan distribusi makroalga pada ekosistem lamun di Kecamatan Tabukan Selatan, Kabupaten Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara. Lokasi penelitian di tiga stasiun penelitian yaitu Pantai Karurung - Desa Salurang, Pantai Palareng - Desa Palareng dan Pantai Galoghong – Desa Batuwingkung. Penelitian dilakukan pada November-Desember 2018 dengan pengambilan sampel menggunakan metode garis transek (line transect) dengan teknik pencuplikan kuadrat. Makroalga yang ditemukan sebanyak 36 spesies yang terdiri atas 25 spesies Divisi Chlorophyta, sembilan (9) spesies Divisi Rhodophyta dan dua (2) spesies Divisi Phaeophyta. Makroalga Bornetella nitida memiliki Indeks Nilai Penting 39, 24% mendominasi di lokasi penelitian. Keanekaragaman Shannon-Wiener (H’) spesies makroalga di Stasiun I (H’:3,02) tergolong tinggi sedangkan pada Stasiun II (H’:2,86)  dan Stasiun III (H’:2,63) tergolong sedang. Secara keseluruhan, keanekaragaman spesies makroalga di Kecamatan Tabukan Selatang tergolong tinggi (H’:3,00). Kata kunci:   struktur makroalga, Pantai Karurung, Pantai Palareng, Pantai Galoghong,Tabukan Selatan Abstract Marine macroalgae are marine plant-like organisms that has no true roots, stems, or leaves. The human ativities of macroalgae utilization, land conversion, and sea transportation can cause of macroalgae biodiversity decline. The purpose of this study was to analyze the structure and distribution of macroalgae in seagrass ecosystems at South Tabukan District, Sangihe Islands Regency, North Sulawesi. The research locations were at three research stations, i.e. Karurung Beach - Salurang Village, Palareng Beach - Palareng Village and Galoghong Beach - Batuwingkung Village. The study was conducted in November-December 2018 with line transect method sampling and quadrate sampling technique. Macroalgae were 36 species consists of 25 species of Chlorophyta Division, nine (9) species of Rhodophyta Division and two (2) species of Phaeophyta Division. Macroalga Bornetella nitida had Importance Value Index 39.24% that dominated research locations. The Shannon-Wiener biodiversity Index (H’) of macroalgae species at Station I (H': 3.02) was classified as high while Station II (H': 2.86) and Station III (H ': 2.63) were moderate. Overall, macroalgae species diversity at Tabukan Selatang District was high (H’: 3.00). Keywords: Macroalgae structure, Macroalgae distribution, Karurung Beach, Palareng Beach, Galoghong Beach, South Tabukan