Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

PRODUKSI DAN KANDUNGAN SELENIUM BEBERAPA GALUR TANAMAN TEMU-TEMUAN DI LAHAN PASANG SURUT, SUMATERA SELATAN Muchamad Yusron; M. Januwati; Subowo Subowo
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 20, No 1 (2009): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v20n1.2009.%p

Abstract

Lahan pasang surut merupakan lahan potensial untuk pertanian. Saat ini sebagian lahan pasang surut di Sumatera Selatan telah direklamasi dan dimanfaatkan untuk lahan pertanian, terutama untuk budidaya padi. Salah satu kelebihan lahan pasang surut adalah kandungan mineral Fe, Cu, dan Se yang cukup tinggi. Kelebihan tersebut dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan produk pertanian dengan kandungan Se (selenium) tinggi bermanfaat sebagai antioxidan. Salah satu komoditas potensial untuk lahan pasang surut adalah tanaman temu-temuan. Penelitian penanaman temu-temuan di lahan pasang surut bertujuan untuk mengetahui produksi dan kandungan unsur mikro Se pada rimpang tanaman temu-temuan di lahan pasang surut. Penelitian lapang dilakukan di Desa Karang Agung, Kecamatan Sungai Lilin, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan. Tiga jenis tanaman temu-temuan, yakni jahe emprit, kunyit, dan temulawak di-tanam dengan menerapkan standar prosedur operasional budidaya tanaman temu-temuan yang disesuaikan dengan kondisi lahan pasang surut, termasuk pengapuran dan pengaturan sistem drainase. Parameter yang diamati adalah produksi rimpang segar, mutu simplisia, dan kandungan Se pada rimpang temu-temuan. Sebagai pembanding ketiga jenis tanaman temu-temuan juga ditanam di tanah mineral di Sukamulia, Sukabumi dan dilakukan analisis Se pada rimpang temu-temuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata produksi rim-pang segar untuk jahe emprit, kunyit, dan temulawak masing-masing adalah 4,52; 12,90; dan 20,40 ton/ha. Mutu simplisia memenuhi standar MMI, dimana kadar sari larut alkohol adalah 13,13-14,77%; 12,79-16,54%, dan 5,98-7,12%. Kandungan Se pada rimpang jahe, kunyit, dan temulawak berturut-turut 1,78; 1,98; dan 2,08 ppm, sedangkan kandungan Se pada rimpang temu-temuan yang ditanam di Sukamulia, Sukabumi tidak terukur.
RESPONSE OF RED GINGER TO APPLICATION OF BIOFERTILIZER AND ROCK PHOSPHATE UNDER DIFFERENT AGROECOLOGICAL CONDITIONS Muchamad Yusron
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 20, No 2 (2009): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v20n2.2009.%p

Abstract

In relation to the safety and efficacy of herbal medicinal plants, World Health Organization (WHO) has stated that each natural herbal production must be cultivated with good agricultural practices (GAP). There-fore, Indonesia is trying to develop regional and national guidelines for good agricultural practices, including organic farming. The objective of this experiment was to provide technical support for the GAP development to ensure product safety of raw material of medi-cinal herbal industry, especially on fertilization technique. The research was conducted at Cibinong (Bogor) and Sukamulia (Sukabumi) experimental stations from October 2005 to August 2006. Three promising lines of red ginger were planted, i.e. Balittro1, Balittro2, and Balittro3. The fertilizers applied were 10 ton compost + 90 kg bio fertilizer + 300 kg Zeolite + 300 kg rock phosphate per hectare. Results showed that fresh rhizome yield of red ginger depended on local conditions. Rhizome yields of red ginger cultivated in Sukamulia were 6.33; 5.91; and 7.31 t/ha for Balittro1, Balittro2, and Balittro3, respectively. These yields were higher than those cultivated in Cibinong, which were 3.82; 4.38; and 4.48 t/ha. The symplicia quality based on ginge-rols content and water soluble extract content, of red ginger cultivated in Cibinong produced better quality than that cultivated in Sukamulia.  
PENGARUH PEMUPUKAN P TERHADAP PRODUKSI DAN SERAPAN P TANAMAN NILAM (Pogostemon cablin Benth.) Octivia Trisilawati; Muchamad Yusron
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 19, No 1 (2008): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v19n1.2008.%p

Abstract

Penelitian bertujuan untuk mengetahui kebutuhan hara P dari pupuk fosfat maupun hayati untuk produksi tanaman nilam (Pogos-temon cablin Benth.) pada tanah Podsolik Jasinga. Penelitian dilaksanakan di Instalasi Rumah Kaca Cimanggu selama 6 bulan (di dalam polybag berukuran 20 kg). Rancangan yang digunakan adalah acak kelompok, terdiri dari 2 faktor, diulang 3 kali. Faktor I adalah aplikasi fungi mikoriza arbuskula (FMA), yaitu tanpa FMA dan 500 spora FMA (Glomus sp.1, Glomus sp.2, Acaulospora sp)/tanaman. Faktor II adalah pupuk P/tanaman terdiri dari: a). kontrol, (b) 2 g P2O5, c). 4 g P2O5, d). 6 g P2O5, (e) 8 g P2O5. Sebagai pupuk dasar diberikan 1 kg pupuk kandang/tan., pada perlakuan pupuk P ditambahkan 7,5 g N + 16 g K2O/tan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi FMA nyata meningkatkan jumlah daun dan tinggi tanaman serta produksi nilam. Peningkatan bobot segar dan kering akar, batang, daun, bio-mas serta kadar minyak nilam sebesar 65,2 dan 73,8%; 109,5 dan 103,8%; 69,6 dan 73,4%; 88,5 dan 89,5% serta 0,6% dibandingkan tanpa FMA. Pemupukan 2-4 g P2O5/tan. Menghasil-kan produksi nilam dan total serapan hara P, N dan K yang lebih baik dibandingkan dosis pupuk P lainnya. Aplikasi FMA + 2 g P2O5/ tan.menghasilkan kadar minyak nilam tertinggi (3,38%). 
PENGARUH PEMUPUKAN P TERHADAP PRODUKSI DAN SERAPAN P TANAMAN NILAM (Pogostemon cablin Benth.) Octivia Trisilawati; Muchamad Yusron
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 19, No 1 (2008): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v19n1.2008.%p

Abstract

Penelitian bertujuan untuk mengetahui kebutuhan hara P dari pupuk fosfat maupun hayati untuk produksi tanaman nilam (Pogos-temon cablin Benth.) pada tanah Podsolik Jasinga. Penelitian dilaksanakan di Instalasi Rumah Kaca Cimanggu selama 6 bulan (di dalam polybag berukuran 20 kg). Rancangan yang digunakan adalah acak kelompok, terdiri dari 2 faktor, diulang 3 kali. Faktor I adalah aplikasi fungi mikoriza arbuskula (FMA), yaitu tanpa FMA dan 500 spora FMA (Glomus sp.1, Glomus sp.2, Acaulospora sp)/tanaman. Faktor II adalah pupuk P/tanaman terdiri dari: a). kontrol, (b) 2 g P2O5, c). 4 g P2O5, d). 6 g P2O5, (e) 8 g P2O5. Sebagai pupuk dasar diberikan 1 kg pupuk kandang/tan., pada perlakuan pupuk P ditambahkan 7,5 g N + 16 g K2O/tan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi FMA nyata meningkatkan jumlah daun dan tinggi tanaman serta produksi nilam. Peningkatan bobot segar dan kering akar, batang, daun, bio-mas serta kadar minyak nilam sebesar 65,2 dan 73,8%; 109,5 dan 103,8%; 69,6 dan 73,4%; 88,5 dan 89,5% serta 0,6% dibandingkan tanpa FMA. Pemupukan 2-4 g P2O5/tan. Menghasil-kan produksi nilam dan total serapan hara P, N dan K yang lebih baik dibandingkan dosis pupuk P lainnya. Aplikasi FMA + 2 g P2O5/ tan.menghasilkan kadar minyak nilam tertinggi (3,38%). 
PRODUKSI DAN KANDUNGAN SELENIUM BEBERAPA GALUR TANAMAN TEMU-TEMUAN DI LAHAN PASANG SURUT, SUMATERA SELATAN Muchamad Yusron; M. Januwati; Subowo Subowo
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 20, No 1 (2009): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v20n1.2009.%p

Abstract

Lahan pasang surut merupakan lahan potensial untuk pertanian. Saat ini sebagian lahan pasang surut di Sumatera Selatan telah direklamasi dan dimanfaatkan untuk lahan pertanian, terutama untuk budidaya padi. Salah satu kelebihan lahan pasang surut adalah kandungan mineral Fe, Cu, dan Se yang cukup tinggi. Kelebihan tersebut dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan produk pertanian dengan kandungan Se (selenium) tinggi bermanfaat sebagai antioxidan. Salah satu komoditas potensial untuk lahan pasang surut adalah tanaman temu-temuan. Penelitian penanaman temu-temuan di lahan pasang surut bertujuan untuk mengetahui produksi dan kandungan unsur mikro Se pada rimpang tanaman temu-temuan di lahan pasang surut. Penelitian lapang dilakukan di Desa Karang Agung, Kecamatan Sungai Lilin, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan. Tiga jenis tanaman temu-temuan, yakni jahe emprit, kunyit, dan temulawak di-tanam dengan menerapkan standar prosedur operasional budidaya tanaman temu-temuan yang disesuaikan dengan kondisi lahan pasang surut, termasuk pengapuran dan pengaturan sistem drainase. Parameter yang diamati adalah produksi rimpang segar, mutu simplisia, dan kandungan Se pada rimpang temu-temuan. Sebagai pembanding ketiga jenis tanaman temu-temuan juga ditanam di tanah mineral di Sukamulia, Sukabumi dan dilakukan analisis Se pada rimpang temu-temuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata produksi rim-pang segar untuk jahe emprit, kunyit, dan temulawak masing-masing adalah 4,52; 12,90; dan 20,40 ton/ha. Mutu simplisia memenuhi standar MMI, dimana kadar sari larut alkohol adalah 13,13-14,77%; 12,79-16,54%, dan 5,98-7,12%. Kandungan Se pada rimpang jahe, kunyit, dan temulawak berturut-turut 1,78; 1,98; dan 2,08 ppm, sedangkan kandungan Se pada rimpang temu-temuan yang ditanam di Sukamulia, Sukabumi tidak terukur.
RESPONSE OF RED GINGER TO APPLICATION OF BIOFERTILIZER AND ROCK PHOSPHATE UNDER DIFFERENT AGROECOLOGICAL CONDITIONS Muchamad Yusron
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 20, No 2 (2009): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v20n2.2009.%p

Abstract

In relation to the safety and efficacy of herbal medicinal plants, World Health Organization (WHO) has stated that each natural herbal production must be cultivated with good agricultural practices (GAP). There-fore, Indonesia is trying to develop regional and national guidelines for good agricultural practices, including organic farming. The objective of this experiment was to provide technical support for the GAP development to ensure product safety of raw material of medi-cinal herbal industry, especially on fertilization technique. The research was conducted at Cibinong (Bogor) and Sukamulia (Sukabumi) experimental stations from October 2005 to August 2006. Three promising lines of red ginger were planted, i.e. Balittro1, Balittro2, and Balittro3. The fertilizers applied were 10 ton compost + 90 kg bio fertilizer + 300 kg Zeolite + 300 kg rock phosphate per hectare. Results showed that fresh rhizome yield of red ginger depended on local conditions. Rhizome yields of red ginger cultivated in Sukamulia were 6.33; 5.91; and 7.31 t/ha for Balittro1, Balittro2, and Balittro3, respectively. These yields were higher than those cultivated in Cibinong, which were 3.82; 4.38; and 4.48 t/ha. The symplicia quality based on ginge-rols content and water soluble extract content, of red ginger cultivated in Cibinong produced better quality than that cultivated in Sukamulia.