Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

Respon Bibit Tanaman Panili (Vanili Planifora) Terhadap Mikoriza Octivia Trisilawati; Robber Zaubin
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 13, No 1 (2002): Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v13n1.2002.53-58

Abstract

PENGARUH CENDAWAN MIKORIZA ARBUSKULA TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT PANILI (Vanilla planifolia Andrews) Octivia Trisilawati; Cecep Firman
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 15, No 1 (2004): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v15n1.2004.%p

Abstract

The effect of micorrhiza abuscular on the growth of vanilla cuttings (Vanilla flanifoliaAndrews)Mycorrhiza inoculation at nursery represent an effort to gain better quality and growth of vanilla,s cutting. A research aiming at the effect of arbuscular mycorrhiza (AM) inoculation on the growth of vanilla,s cutting was conducted in the green house of the Sukamulya ExperimentalGarden-Sukabumi, Indonesian Spices and Medicinal Crops Research Institute, from April 2002 to August 2002. A complete randomized design was used, arranged factorially with 2 factors and 3 replications. The first factor was vanilla types, consisted of Gisting and Anggerek, and the second factor was AM inoculation, such as without AM, 500 spores ofAM-p/plant, and 500 spores of Mycofer/plant. AM-p was a mixture of Acaulospora spp. and Glomus sp., while Mycofer was a mixture of Glomus sp., Glomus etunicatum, Gigaspora margarita, and Acaulospora sp. The result indicated that there was no significant interaction between vanilla type and AM inoculation on the plant growth. AM inoculation significantly affected the plant height, number of leaves, stem diameter, leaf area index, and dry weight of biomass. The difference of vanilla type significantly affected the root dry weight and precentage of AM root infection, but the interaction 19between AM and vanilla type did not significantly affect the plant growth. AM-pinoculation increased the plant height, number of leaves, stem diameter, leaf area index, and dry weight of biomass equal to 31,62%, 16,94%, 6%, 25,45% and 47,05%, while Mycofer increased those parameter 49,64%, 32,01%, 6%, 32,41% and 54,85%, respectively. The Anggerek type showed better responses to the AM inoculation than the Gisting type. 
Pengaruh Pemupukan dan Inokulasi Mikoriza Terhadap Tumbuhan dan Produksi Jahe Besar (Zingiber officinale L) Octivia Trisilawati; Nur Maslahah
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 11, No 2 (2000): Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v11n2.2000.28-37

Abstract

PENGARUH PEMUPUKAN TERHADAP PRODUKSI BUNGA PIRETRUM (Chrysanthemum cinerariifolium Trev.) Octivia Trisilawati
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 20, No 1 (2009): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v20n1.2009.%p

Abstract

Piretrum (Chrysanthemum cinerarii-folium Trev.) merupakan salah satu tanaman yang berpotensi sebagai pestisida nabati. Keterbatas-an informasi pemupukan pada tanaman piretrum mendorong dilakukannya penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan dosis pupuk yang tepat bagi produksi bunga piretrum dengan kadar piretrin tinggi. Penelitian dila-kukan di Kebun Percobaan Nagasari, Gunung Putri Cipanas (1.500 m dpl.). Rancangan yang digunakan adalah Acak Kelompok, dengan 8 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan terdiri atas a). 80 kg N + 120 kg P2O5 + 100 kg K2O/ha, b). FMA1 (Fungi Mikoriza Arbuskula) + a, c). FMA2 + a, d). FMA1 + ½ dosis a, e). FMA2 + ½ dosis a, f). 30 t pukan/ha, g). FMA1 + 30 t pukan/ha, h). FMA2 + 30 t pukan/ha. FMA1 merupakan campuran dari Glomus sp.3, Glomus sp.4, Glomus sp.5, Acaulospora morowae, sedangkan FMA2 merupakan cam-puran dari Acaulospora sp1., Acaulospora sp2., Glomus sp.1 dan Glomus sp.2, Scutelospora sp. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pemupukan berpengaruh nyata terhadap pro-duksi tanaman piretrum (jumlah dan bobot segar bunga pada tanaman sampel maupun total). Perlakuan FMA1 + 30 t pukan/ha menghasilkan jumlah dan bobot segar bunga sampel serta kadar piretrin tertinggi, masing-masing 261, 189 g, dan 0,65%. Selain itu perlakuan FMA2 + 30 t pukan/ha menghasilkan jumlah dan bobot segar bunga total tertinggi (660 dan 503 g).
PENGARUH PEMUPUKAN P TERHADAP PRODUKSI DAN SERAPAN P TANAMAN NILAM (Pogostemon cablin Benth.) Octivia Trisilawati; Muchamad Yusron
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 19, No 1 (2008): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v19n1.2008.%p

Abstract

Penelitian bertujuan untuk mengetahui kebutuhan hara P dari pupuk fosfat maupun hayati untuk produksi tanaman nilam (Pogos-temon cablin Benth.) pada tanah Podsolik Jasinga. Penelitian dilaksanakan di Instalasi Rumah Kaca Cimanggu selama 6 bulan (di dalam polybag berukuran 20 kg). Rancangan yang digunakan adalah acak kelompok, terdiri dari 2 faktor, diulang 3 kali. Faktor I adalah aplikasi fungi mikoriza arbuskula (FMA), yaitu tanpa FMA dan 500 spora FMA (Glomus sp.1, Glomus sp.2, Acaulospora sp)/tanaman. Faktor II adalah pupuk P/tanaman terdiri dari: a). kontrol, (b) 2 g P2O5, c). 4 g P2O5, d). 6 g P2O5, (e) 8 g P2O5. Sebagai pupuk dasar diberikan 1 kg pupuk kandang/tan., pada perlakuan pupuk P ditambahkan 7,5 g N + 16 g K2O/tan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi FMA nyata meningkatkan jumlah daun dan tinggi tanaman serta produksi nilam. Peningkatan bobot segar dan kering akar, batang, daun, bio-mas serta kadar minyak nilam sebesar 65,2 dan 73,8%; 109,5 dan 103,8%; 69,6 dan 73,4%; 88,5 dan 89,5% serta 0,6% dibandingkan tanpa FMA. Pemupukan 2-4 g P2O5/tan. Menghasil-kan produksi nilam dan total serapan hara P, N dan K yang lebih baik dibandingkan dosis pupuk P lainnya. Aplikasi FMA + 2 g P2O5/ tan.menghasilkan kadar minyak nilam tertinggi (3,38%). 
PENGARUH JENIS SETEK DAN MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN BENIH BUAH MERAH Octivia Trisilawati; Atekan Atekan
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 18, No 2 (2007): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v18n2.2007.%p

Abstract

Buah merah (Pandanus conoideus LAMK.) merupakan tanaman asli Papua yang digunakan sebagai penunjang makanan pokok dan bahan baku obat tradisional. Teknik per-banyakan tanaman dibutuhkan untuk mendu-kung pelestarian dan pengembangannya. Tuju-an penelitian ini adalah untuk mendapatkan je-nis setek dan media tanam yang dapat men-dukung pertumbuhan benih tanaman optimal. Penelitian dilaksanakan di laboratorium dan rumah kaca Balittro serta rumah atap BPTP Papua, di Sentani Jayapura, sejak Januari–Desember 2006. Rancangan yang digunakan adalah RAK, 2 faktor, disusun secara faktorial dengan 3 ulangan. Faktor ke-1. adalah 3 jenis setek, yaitu dari anakan, batang dan tunas, faktor ke-2. adalah media tanam : a). Tanah, b). Tanah : pupuk kandang (pukan) (2:1), c). Tanah : kompos (2:1), d). Tanah + fungi miko-riza arbuskula (FMA). Hasil penelitian menun-jukkan bahwa perbedaan jenis setek berpe-ngaruh nyata terhadap pertambahan jumlah daun (3 dan 4 BST), jumlah akar dan panjang akar benih (4-6 BST). Setek tunas dan anakan menghasilkan pertumbuhan benih, jumlah dan panjang akar terbaik. Perbedaan media tanam berpengaruh nyata terhadap pertambahan jum-lah daun (3 BST). Media tanah + pukan meng-hasilkan jumlah daun benih buah merah ter-tinggi. Media tanah + kompos dan tanah + FMA berpengaruh positif terhadap jumlah dan panjang akar. Perbanyakan benih tanaman buah merah baik dilakukan dengan menggunakan bahan setek dari tunas atau anakan, pada media tanah : pu-puk organik (2:1) atau tanah + FMA selama 3-4 bulan.
PENGARUH CEKAMAN DEFISIT AIR TERHADAP PEMBENTUKAN BAHAN AKTIF PADA PURWOCENG Octivia Trisilawati; Joko Pitono
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 23, No 1 (2012): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v23n1.2012.%p

Abstract

Purwoceng (Pimpinella pruatjan Molk.) berkhasiat aprodisiak dengan bahan aktif antara lain steriod, saponin dan ber-gaptin. Penelitian dilakukan di KP. Gunung Putri, bertujuan untuk menge-tahui hubungan cekaman defisit air dengan pembentukan bahan aktif penting pada purwoceng. Pada kegiatan penelitian ini dilakukan dua pengujian yaitu respon pembentukan bahan aktif terhadap peningkatan level cekaman defisit air pada tiga fase pertumbuhan tanaman (3, 5, dan 7 bulan), dan kandungan bahan aktif purwoceng pada kondisi tingkat ketersediaan air tanah di level 80% kegiatan lapang (KL), 60% KL, 50% KL, dan 40% KL, dengan meng-gunakan rancangan acak kelompok, 6 ulangan, pada intensitas cahaya 55%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa periode cekaman defisit air berpengaruh terhadap pembentukan bahan aktif pur-woceng. Periode cekaman defisit air 21-38 hari berpengaruh terhadap kandung-an bahan aktif steroid, saponin dan bergapten. Periode cekaman defisit air selama 21-24 hari pada purwoceng berumur tiga bulan menghasilkan kan-dungan stigmasterol dan sitosterol ter-tinggi. Cekaman ringan dengan potensial air pada jaringan daunantara 5-12 bar menghasilkan kandungan bahan aktif steroid dan saponin tertinggi pada tujuh bulan setelah tanam (BST). Perlakuan cekaman defisit air selama 2 bulan dengan pengaturan ketersediaan air tanah setara 60% KL menghasilkan bahan aktif stigmasterol (0,121%), sitos-terol (0,087%) tertinggi pada tanaman purwoceng berumur lima bulan, sedang-kan empat bulan cekamans defisit air dengan 50% KL menghasilkan kandung-an saponin (0,149%) tertinggi pada umur tanaman tujuh bulan.
RESPON TIGA KLON KUMIS KUCING (Orthosipon aristatus) TERHADAP MIKORIZA ARBUSKULA Octivia Trisilawati
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 16, No 1 (2005): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v16n1.2005.%p

Abstract

The research aiming at the effect of arbuscular mycorrhiza to the 3 clones of  Orthosipon aristatus was conducted in the green house and laboratory of Indonesian Spices and Medicinal Crops Research Institute, Bogor in 5 months.  Completely randomized design, arranged factorially with 2 factors and 3 replications was used. First factor was the clone of  orthosipon consisted of white flower, purpel and rather purple clones, meanwhile second factor was Arbuscular Mycorrhiza (AM) inoculation (300 spores of AM/plant) consisted of: without AM,  Glomus agregatum, Mac-1 (mixed of Acaulospora sp and Glomus sp), and Mac-2 (mixed of 8 kinds of AM).  The result showed a significant effect of orthosipon  clone to the plant growth (plant height, number of leaves and stem), fresh weight of stem, dry weight of leaf and root, and leaf area index.  White flower clone showed the best growth responses to the AM inoculation (fresh weight of leaf and plant P uptake increased 41,1% to 89,59% and 48,9% to 109,2%, respectively).  Glomus agregatum inoculation resulted the highest increasing plant height, number of leaves and stem, dry weight of leaf and stem, and leaf area index of the three clones. 
PEMANFAATAN PUPUK HAYATI (BIOFERTILIZER) PADA TANAMAN REMPAH DAN OBAT / Biofertilizer Utilization on Spices and Medicinal Plants Andriana Kartikawati; Octivia Trisilawati; Ireng Darwati
Perspektif Vol 16, No 1 (2017): Juni, 2017
Publisher : Puslitbang Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/psp.v16n1.2017.33-43

Abstract

ABSTRAK Peningkatan hasil produksi pertanian khususnya pada tanaman rempah dan obat lebih banyak menggunakan pupuk kimia. Hal tersebut dapat memberikan efek negatif bagi lingkungan, antara lain degradasi lahan baik secara fisik (degradasi struktur tanah), kimia dan biologi, serta polusi air tanah. Solusi yang diupayakan untuk menanggulangi dampak penggunaan pupuk kimia yaitu pemanfaatan mikroorganisme dalam pupuk hayati. Aplikasi pupuk hayati sudah dikembangkan secara luas pada tanaman rempah dan obat. Pupuk hayati menjaga lingkungan tanah yang kaya hara mikro dan makro melalui fiksasi nitrogen, pelarutan fosfor dan mineralisasi kalium, pelepasan zat pengatur tumbuh tanaman, produksi antibiotik dan biodegradasi bahan organik tanah. Mikroorganisme yang digunakan dalam pupuk hayati terdiri dari berbagai macam, seperti mikoriza, fungi dan bakteri, baik yang bersimbiosis dengan tanaman maupun yang hidup bebas di lingkungan.  Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk mengetahui pengaruh pupuk hayati pada tanaman rempah dan obat. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pupuk hayati memberikan pengaruh positif pada berbagai tanaman rempah dan obat seperti lada, cengkeh, jahe, artemisia, ketumbar, panili, adas, dan lain-lain. Hal ini dapat dilihat pada peningkatan parameter pertumbuhan tanaman (tinggi, jumlah dan luas daun, perakaran), maupun hasil senyawa metabolit sekunder yang dihasilkan. Penggunaan pupuk hayati pada tanaman memberi dampak kesehatan manusia dan lingkungan.  ABSTRACT Increased agricultural production, especially in spices and medicinal plants utilize chemical fertilizers wildly. It could provide negative effect to the environment, including land degradation by physically (soil structure degradation), chemically and biologically, and also groundwater pollution. Attempted solutions to cope with the impact of chemical fertilizers utilization is by using beneficial microorganisms in the form of biofertilizer. Biofertilizer maintains soil environment having rich in micro and macro nutrients through N fixation, solubilize and mineralize phosphorus and potassium, release plant growth regulators, antibiotic production and biodegradation of soil organic matter. There are various kinds of microorganisms contain in biofertilizers, such as mycorrhiza, fungi and bacteria, which have mutual symbiotic with plants and also free-living microorganisms in their environment. The application of biological fertilizer has been developed extensively on spices and medicinal plants. Many studies have been conducted to find the effect of biofertilizer on spices and medicinal plants. The results showed that the usage of biofertilizers have a positive effect on various crops and medicinal spices such as pepper, clove, ginger, artemisia, coriander, vanilla, fennel, and others. It can be seen on the increase of plant growth and secondary metabolites content produced by these plants. 
PENGARUH JENIS SETEK DAN MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN BENIH BUAH MERAH Octivia Trisilawati; Atekan Atekan
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 18, No 2 (2007): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v18n2.2007.%p

Abstract

Buah merah (Pandanus conoideus LAMK.) merupakan tanaman asli Papua yang digunakan sebagai penunjang makanan pokok dan bahan baku obat tradisional. Teknik per-banyakan tanaman dibutuhkan untuk mendu-kung pelestarian dan pengembangannya. Tuju-an penelitian ini adalah untuk mendapatkan je-nis setek dan media tanam yang dapat men-dukung pertumbuhan benih tanaman optimal. Penelitian dilaksanakan di laboratorium dan rumah kaca Balittro serta rumah atap BPTP Papua, di Sentani Jayapura, sejak Januari–Desember 2006. Rancangan yang digunakan adalah RAK, 2 faktor, disusun secara faktorial dengan 3 ulangan. Faktor ke-1. adalah 3 jenis setek, yaitu dari anakan, batang dan tunas, faktor ke-2. adalah media tanam : a). Tanah, b). Tanah : pupuk kandang (pukan) (2:1), c). Tanah : kompos (2:1), d). Tanah + fungi miko-riza arbuskula (FMA). Hasil penelitian menun-jukkan bahwa perbedaan jenis setek berpe-ngaruh nyata terhadap pertambahan jumlah daun (3 dan 4 BST), jumlah akar dan panjang akar benih (4-6 BST). Setek tunas dan anakan menghasilkan pertumbuhan benih, jumlah dan panjang akar terbaik. Perbedaan media tanam berpengaruh nyata terhadap pertambahan jum-lah daun (3 BST). Media tanah + pukan meng-hasilkan jumlah daun benih buah merah ter-tinggi. Media tanah + kompos dan tanah + FMA berpengaruh positif terhadap jumlah dan panjang akar. Perbanyakan benih tanaman buah merah baik dilakukan dengan menggunakan bahan setek dari tunas atau anakan, pada media tanah : pu-puk organik (2:1) atau tanah + FMA selama 3-4 bulan.