Arrahman, Rudi
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

FOSTERING TRAUMA HEALING THERAPY WITH A LITERARY APPROACH TO STUDENTS AFFECTED BY THE LOMBOK EARTHQUAKE Ilham, Ilham; Habiburrahman, Habiburrahman; Arrahman, Rudi; Mus, Akhmad H.; Supratman, Supratman
JCES (Journal of Character Education Society) Vol 4, No 3 (2021): Juli
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/jces.v4i3.4060

Abstract

Abstrak: Bencana alam berupa gempa bumi yang menimpa masyarakat Lombok NTB pada tanggal 29 Juli 2018 dengan kekuatan 6,8 SR kemudian disusul dengan gempa bumi pada tanggal 5 Agustus 2018 dengan kekuatan 7,0 SR. Desa Pohgading merupakan salah satu bagian dari daerah kabupaten Lombok Timur berdekatan dengan desa Batuyang Kecamatan Pringgabaya yang termasuk salah satu desa yang terdampak bencana alam berupa gempa bumi. Hal ini dibuktikan dengan adanya kegiatan psikososial support di Posko SMA Muhammadiyah Pohgading Kecamatan Pringgabaya pada tanggal 18 Oktober 2018 yang dilakukan oleh Tim Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Lombok Timur. Pada kegiatan tersebut, Tim memberikan berbagai macam permainan edukasi serta ada kegiatan membaca buku-buku cerita anak sekaligus pembagian hadiah bagi seluruh anak yang berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Rasa senang dan gembira terpancar dari raut wajah para adik-adik hari itu. Dalam hal ini tim pengabdian UMMAT kembali melakukan pemulihan trauma healing lewat cara-cara yang familiar di mata masyarakat dengan pendekatan sastra. Pendekatan sastra yang diberikan untuk mengungkapkan gejolak jiwa mereka dan mewakili ungkapan hati mereka lewat puisi yang diungkapkan sehingga titik jenuh dari trauma tersebut menjadi hilang. Hal ini sesuai dengan manfaat sastra dalam kehidupan yaitu memperkaya rohani penikmatnya.Abstract: Natural disasters in the form of an earthquake that struck the people of Lombok NTB on July 29, 2018 with a magnitude of 6.8 SR and then followed by an earthquake on August 5, 2018 with a magnitude of 7.0 SR. Pohgading Village is one part of the East Lombok regency area adjacent to Batuyang Village, Pringgabaya District, which is one of the villages affected by natural disasters in the form of earthquakes. This is evidenced by the existence of psychosocial support activities at the Muhammadiyah Pohgading High School Pringgabaya Subdistrict on October 18, 2018 conducted by the East Lombok Regency Library and Archives Service Team. In this activity, the Team provided various educational games and there were activities to read children's story books as well as the distribution of prizes to all children participating in the activity. Joy and joy emanated from the faces of the younger siblings that day. In this case, the UMMAT service team returned to trauma recovery through ways that were familiar to the public with a literary approach. Literary approach to express the turmoil of their souls and represent their heart's expressions through poetry that is expressed so that the saturation point of the trauma disappears. This is in accordance with the benefits of literature in life that is to enrich the spiritual audience.
Konflik Sosial Penanganan Covid-19 dalam Kajian Kesantunan Habiburrahman, habiburrahman; Mus, Ahmad H; Arrahman, Rudi; Lamusiah, Siti
Jurnal Ilmiah Telaah Vol 6, No 2: Juli 2021
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/telaah.v6i2.5303

Abstract

Abstrak: Pada hakikatnya, realisasi prinsip kesantunan digunakan untuk menunjukkan citra baik aparatur desa sebagai orang yang santun di tengah masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut, aparatur desa mengendalikan percakapan dengan cara mengatur pola tutur, memberikan, mengambil giliran tutur, mengatasi penyimpangan, dan mengatasi kesalahpahaman.  Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penggunanaan kesantuanan tindak tutur penyelesaian konflik sosial penanganan covid-19. Penelitian kesantunan ini merupakan salah satu penelitian dalam kajian sosiopragmatik. Sesuai dengan pandangan tersebut, penelitian ini tergolong penelitian deskriptif kualitatif. Pengumpulan data dalam penelitian ini berkaitan dengan hal-hal sebagai berikut: (1) persiapan pengumpulan data, (2) teknik observasi, dan (3) teknik wawancara. Analisis. Hasil peneltian menunjukkan bahwa aparatur desa bajur merealisasikan enam maksim kesantunan untuk menyelesaikan masalah konflik sosial penanganan covid-19. Keenam maksim tersebut yaitu, yakni maksim kebijaksanaan, maksim kedermawanan, maksim penghargaan, maksim kesederhanaan, maksim permufakatan atau kecocokan, dan maksim kesimpatian. Keenam maksim tersebut sangat erat kaitannya dengan jiwa besar seorang pemimpin yang patut diteladani dan dihormati dalam bertutur sehingga permasalahan dalam masyarakat dapat terselesaikan dengan baik dan pemimpin tersebut dikategorikan sebagai seorang yang santun. Selain itu, keenam maksim tersebut cocok untuk diterapkan di tengah masyarakat pedesaan dalam menciptakan keharmonisasian antar warga masyarakat dan tokoh masyarakat.   Abstract: In essence, the realization of the principle of politeness is used to show a good image of the village apparatus as a polite person in the community. To achieve this goal, village officials control the conversation by regulating speech patterns, giving, taking turns, overcoming deviations, and overcoming misunderstandings. The purpose of this study is to describe the use of politeness speech acts to resolve social conflicts in the handling of COVID-19. This politeness research is one of the studies in sociopragmatic studies. In accordance with this view, this research is classified as a qualitative descriptive study. The data collection in this study relates to the following matters: (1) preparation of data collection, (2) observation techniques, and (3) interview techniques. Analysis. The results of the study show that the Bajur village apparatus realizes the six maxims of politeness to solve the problem of social conflict in handling COVID-19. The six maxims are the maxim of wisdom, the maxim of generosity, the maxim of appreciation, the maxim of simplicity, the maxim of agreement or compatibility, and the maxim of sympathy. The six maxims are closely related to the great spirit of a leader who should be imitated and respected in speaking so that problems in society can be resolved properly and the leader is categorized as a polite person. In addition, the six maxims are suitable to be applied in rural communities in creating harmony between community members and community leaders.