Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

EVIDENCE BASED CASE REPORT: PENGGUNAAN METODE PCR PADA SPUTUM UNTUK DIAGNOSIS PULMONARY ASPERGILLOSIS Augustine Natasha; Ricky Fernando; Tubagus M. Kurniadi; Elyn Dohar Idarin Aritonang; Angky Budianti
Majalah Kedokteran Indonesia Vol 69 No 6 (2019): Journal of the Indonesian Medical Association Majalah Kedokteran Indonesia Volum
Publisher : PENGURUS BESAR IKATAN DOKTER INDONESIA (PB IDI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.1234/jinma.v69i6.198

Abstract

Latar belakang: Pulmonary Aspergillosis merupakan infeksi oportunistik pada populasi immunocompromised. Metode Polymerase Chain Reaction (PCR) diharapkan dapat menjadi pengganti kultur jamur sputum dengan hasil yang lebih cepat dan akurat. Metode: Dilakukan pencarian di PubMed, CENTRAL, EbscoHost, dan ProQuest sejak tanggal 1 -13 Oktober menggunakan kata kunci ?Aspergillosis?, ?Pulmonary Aspergillosis?, ?sputum?, ?PCR?, ?sputum fungal culture?. Hasil pencarian di evaluasi menggunakan kriteria inklusi dan eksklusi. Studi yang terseleksi kemudian diperoleh full text nya dan dievaluasi kembali. Hasil akhir dari seleksi kemudian ditinjau secara kritis validity, importance, dan applicability-nya oleh ketiga penulis. Hasil: Didapatkan empat studi,dengan level of evidence 4, yang kemudian ditinjau secara kritis. Tiga studi menggunakan PCR pada sampel sputum sebagai index test, sementara satu studi menggunakannya sebagai refference test. Luaran dari tiga studi melaporkan sensitivitas dan spesifisitas dari PCR dengan sampel sputum, sedangkan satu studi melaporkan proporsi dari hasil PCR. Dua studi melaporkan sensitivitas PCR pada sampel sputum sebesar 100%, sementara satu studi melaporkan sensitivitas sebesar 38%. Dua studi juga melaporkan spesifisitas diatas 70%, sementara satu studi melaporkan spesifisitas sebesar 38.5%.Kesimpulan: Studi menunjukkan nilai sensitivitas dan spesifisitas yang menjanjikan terutama dengan hasil diperoleh dengan cepat. Akan tetapi rendahnya level of evidence dan biayanya yang cukup mahal, menyebabkan deteksi dengan metode PCR belum dapat digunakan sebagai modalitas diagnosis rutin.