Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

PERHADLIRAN DALAM SAKRAMEN PERJAMUAN KUDUS DI GEREJA PROTESTAN MALUKU Pattiasina, Sharon Michelle O.
BIA': Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Kontekstual Vol 2, No 2 (2019): Desember 2019
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Kristen Negeri Toraja

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (664.667 KB) | DOI: 10.34307/b.v2i2.107

Abstract

The article aims to analyze the meaning of perhadliran in the Sacrament of Holy Communion in the Protestant Church of Maluku. This study using qualitative methods with the techniques used are interviews and literature studies. In the study, data was obtained that the Protestant Church of Maluku did not have a clear historical background regarding the use term of the perhadliran. However, perhadliran was carried out by the Protestant Church of Maluku with the aim of preparing themselves before the Holy Communion was held. The Protestant Church of Maluku interpreted the perhadliran as a process of self-prepation, but some interpreted it as a means of confession, it is required to answer the four questions of the perhadliran. Based on the research data above, it is found that the perhadliran has three meanings, namely the meaning of self-preparation, the meaning of recognition, and the meaning of the agreement.  Abstrak: Artikel ini bertujuan menganalisis makna perhadliran dalam sakra-men perjamuan kudus di Gereja Protestan Maluku (GPM). Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik yang dipakai ialah wawancara dan studi kepustakaan. Dalam penelitian, diperoleh data bahwa GPM tidak me-miliki latar belakang historis yang jelas terkait penggunaan istilah perhadliran. Namun, perhadliran dilakukan GPM dengan tujuan untuk persiapan diri sebe-lum Perjamuan Kudus dilaksanakan. GPM memaknai perhadliran sebagai proses persiapan diri, namun sebagian memaknai se-bagai sarana pengakuan dosa, karena di dalam ibadah perhadliran anggota jemaat diharuskan menjawab empat pertanyaan perhadliran. Berdasarkan data-data peneli-tian di atas maka ditemukan bahwa perhadliran memiliki tiga makna yaitu makna per-siapan diri, makna pengakuan dan makna perjanjian.
Cuci Negeri: Ekofeminis Dalam Sentralitas Ritual Pembersihan Negeri di Soya, Maluku Pattiasina, Sharon Michelle O.
SOPHIA: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol. 3 No. 2 (2022): SOPHIA: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen
Publisher : Institut Agama Kristen Negeri Toraja

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34307/sophia.v3i2.120

Abstract

Abstract: This article aims to explore the ritual of cuci negeri in Soya, Maluku from an ecofeminist perspective. In the current of globalization, humans often make nature as an object so that various forms of oppression occur. However, in Soya's country, nature as a collective home understand nature as a collective home that is cared for through rituals the ritual of cuci negeri. The method used in this research is qualitative with descriptive type. This research uses interview techniques, documentary studies and literature studies. The results of the study found that the washing ritual of the land was a legacy given by the ancestors to make the people of Soya country aware that it came from nature. This awareness is not only affective but also includes the cleaning of the country which is carried out once a year with the aim of maintaining balance with nature and maintaining genealogical relationships with the ancestors. The ritual of cuci negeri also depicts nature as a woman who conceives and gives birth, gives life and protects against all life threats Abstrak: Artikel ini bertujuan untuk menganalisis ritual cuci negeri di Soya, Maluku dalam perspektif ekofeminis. Dalam arus globalisasi, manusia seringkali menjadikan alam sebagai objek sehingga terjadi berbagai bentuk tindakan penindasan. Akan tetapi, dalam realitas masyarakat negeri Soya, mereka memahami alam sebagai rumah secara kolektif yang dirawat melalui ritual cuci negeri. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah kualitatif dengan jenis deksriptif. Penelitian ini menggunakan teknik wawancara, studi dokumenter dan studi pustaka. Hasil penelitian menemukan bahwa ritual cuci negeri merupakan warisan yang diberikan oleh para leluhur untuk menyadarkan masyarakat negeri Soya yang berasal dari alam. Kesadaran ini tidak hanya sebatas afektif melainkan juga pada tindakan pembersihan negeri yang dilakukan sekali dalam setahun dengan tujuan untuk menjaga keseimbangan dengan alam dan merawat hubungan genealogis bersama para leluhur. Ritual cuci negeri juga menggambarkan alam sebagai sosok perempuan yang mengandung dan melahirkan, memberi kehidupan serta perlindungan terhadap segala ancaman kehidupan.
Harmoni Agama di Desa Tewang Darayu: Menguatkan Moderasi Beragama untuk Membangun Persatuan Hutapea, Rinto Hasiholan; Angellyna, Sri; Pattiasina, Sharon Michelle O.; Siten, Anggita Deodora; Pongoh, Fernando Dorothius; Jeniva, Isabella
Real Coster : Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Vol 7, No 1: Maret 2024
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Real Batam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53547/realcoster.v7i1.507

Abstract

Community Service Activities were carried out in Tewang Darayu Village, Pulau Malan District, Katingan Regency. This activity aims to be a form of strengthening religious moderation for the community in Tewang Darayu village. This strengthening can increase the awareness of the Tewang Darayu village community in building harmonious relations between religions. Apart from that, it can strengthen the spiritual aspect of religion among the community as a whole as part of efforts to maintain religious moderation which is born from the diverse realities of life in Tewang Darayu village. This activity uses the Asset Based Community Development (ABCD) method by emphasizing the strengths possessed by the Tewang Derayu village community. The impact obtained from this activity is that the Tewang Derayu village community experienced increased knowledge and were able to implement Religious Moderation indicators in socio-cultural dynamics based on a humanist attitude to life. Apart from that, Tewang Derayu village can also be a model model for surrounding villages in implementing the values of Religious Moderation. Keywords: religious moderation; strengthening; religious relationsAbstrakKegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat dilaksanakan di Desa Tewang Darayu, Kecamatan Pulau Malan, Kabupaten Katingan. Kegiatan ini bertujuan untuk sebagai bentuk penguatan moderasi beragama bagi masyarakat di desa Tewang Darayu. Adapun penguatan ini dapat meningkatkan kesadaran masyarakat desa Tewang Darayu dalam membangun harmoni hubungan antar agama. Selain itu, dapat memperkuat dimensi aspek spiritual dalam beragama di antara masyarakat secara keseluruhan sebagai bagian dari upaya untuk menjaga moderasi beragama yang lahir dari realitas kehidupan yang beragam di desa Tewang Darayu. Kegiatan ini menggunakan metode Asset Based Community Development (ABCD) dengan menekankan pada kekuatan yang dimiliki oleh masyarakat desa Tewang Derayu. Dampak yang diperoleh dalam kegiatan ini yaitu masyarakat desa Tewang Derayu mengalami peningkatan pengetahuan serta mampu mengimplementasikan indikator-indikator Moderasi Beragama dalam dinamika sosial budaya yang didasarkan pada sikap hidup humanis. Selain itu, desa Tewang Derayu juga dapat menjadi model percontohan bagi desa-desa sekitar dalam implementasi nilai-nilai dari Moderasi Beragama.Kata Kunci: moderasi beragama; penguatan; relasi agama