Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Choristoma kartilaginosa pada lidah: kasus langka Zachreini, Indra; Faisal, F.; Lubis, Muhammad Najib Dahlan
Oto Rhino Laryngologica Indonesiana Vol 49 (2019): Volume 49, No. 2 July - December 2019
Publisher : PERHATI-KL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (383.035 KB) | DOI: 10.32637/orli.v49i20.322

Abstract

Latar belakang: Choristoma adalah suatu pertumbuhan jaringan normal di daerah yang tidak semestinya. Choristoma kartilaginosa pada lidah adalah pertumbuhan tulang rawan normal, yang berbentuk seperti tumor, terdapat pada lidah, pertumbuhan lambat, berbatas tegas, dan bersifat jinak, yang berkembang dari jaringan tulang rawan yang matang. Kelainan ini jarang ditemukan. Etiologi dan patogenesisnya sampai saat ini belum jelas namun diduga terjadi akibat malformasi perkembangan, atau reaksi pasca trauma. Tujuan: Melaporkan satu kasus choristoma kartilaginosa pada lidah, yang jarang ditemukan. Laporan Kasus: Kasus langka ini ditemukan pada seorang wanita berusia 39 tahun dengan keluhan terasa ada benjolan di pangkal lidah. Pada pemeriksaan tampak massa tumor di pangkal lidah, bertangkai, tidak nyeri dan tidak mudah berdarah. Penatalaksanaan berupa eksisi bedah secara lengkap. Pemeriksaan histopatologi didapati choristoma kartilaginosa pada lidah. Metode: Penelusuran bukti kepustakaan menghasilkan 11 jurnal dan hanya 3 jurnal yang relevan. Hasil: Dari hasil 3 jurnal yang relevan dengan kasus yang kami laporkan, mempunyai kesamaan dalam lokasi dan penatalaksanaannya. Kesimpulan: choristoma kartilaginosa pada lidah merupakan lesi jinak yang jarang ditemukan.Kata kunci: Choristoma kartilaginosa lidah, histopatologi, eksisiABSTRACT Background: Choristoma is a tumor-like growth of normal tissue in unusual location/site. Cartilaginous choristoma of the tongue is a normal cartilage growth which shaped like a tumor, located in the tongue, slow growing, well defined, benign, developed from mature cartilage tissue. This disorder is rarely found. Up till now, the etiology and pathogenesis is still unsure, but it is assumed to be the result of developmental malformations or post traumatic reactions. Purpose: To report a rare case of cartilaginous choristoma of the tongue. Case: A 39 years old woman came with a lump at the base of her tongue. Physical examination found a stalked tumor mass in the tongue, which was painless, and not easily bled. Management of this lesion was a complete excision. Histopathology examination found a cartilaginous choristoma of the tongue. Method: Searching for literature evidence produced 11 journals, and only 3 journals were relevant. Result: From the 3 relevant journals, there were similarities on location and case management with this reported case. Conclusion: Cartilaginous choristomas of the tongue is a benign lesion of the tongue that is rarely found.
DAMPAK GANGGUAN PSIKOLOGIS PENGGUNAAN PERSONAL LISTENING DEVICES (PLDS) PADA SISWA SMA DI KOTA LHOKSEUMAWE Zachreini, Indra
AVERROUS: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Malikussaleh Averrous, Vol. 2: No. 1 (Mei, 2016)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (116.891 KB) | DOI: 10.29103/averrous.v2i1.406

Abstract

Penggunaan alat bantu pendengar suara (Personal Listening Devices/PLDs) berupa headset atau earphone, akhir-akhir ni semakin marak dikalangan remaja sebagai suatu kebiasan dan gaya hidup, untuk mendengar musik baik dari handphone, ipod, walkman, MP3 player dan lain-lain. Penggunaan PLDs dalam jangka waktu lama dan intensitas tinggi dapat berdampak pada sistem auditori berupa gangguan pendengaran, namun dampak non auditori berupa gangguan psikologis akibat penggunaan PLDs belum banyak dipublikasikan. Penelitian ini bersifat observasional analitik dengan rancangan kasus kontrol. Populasi penelitian ini adalah siswa SMA di Kota Lhokseumawe. Besar sampel pada penelitian ini masing-masing kelompok 37 sampel. Tehnik pengambilan sampel secara simple random sampling. Sampel yang masuk dalam penelitian ini adalah memenuhi kriteria inklusi. Pada penelitian ini didapat bahwa terdapat perbedaan bermakna dampak gangguan psikologis seperti depresi, ansietas dan stres pada pengguna PLDs dibanding bukan pengguna PLDs dimana pada uji T didapat hasil p value 0,021(p<0,05).
UJI BANDING EFEKTIVITAS H2O2 3%, DAN LARUTAN CAMPURAN H2O2 3% DAN MADU 1:1 SEBAGAI SERUMINOLITIK SECARA DILATOMETRI Zachreini, Indra; Rahayu, Mulyati Sri; Sawitri, Harvina; Fachraniah, Fachraniah
AVERROUS: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Malikussaleh Averrous, Vol. 2: No. 2 (November, 2016)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (128.097 KB) | DOI: 10.29103/averrous.v2i2.427

Abstract

Serumen adalah campuran material sebasea dan sekresi apokrin dari kelenjar seruminosa yang bersatu dengan epitel deskuamasi dan rambut.Menurut data World Health Organizationtahun 2007, insidensi serumen obsturan di Indonesia sebesar 13% dan menempati urutan kedua terbanyak di Asia Tenggara.Serumen obsturan tipe kering dan keras, memerlukan  seruminolitik sebelum dilakukan tindakan ekstraksi.Terdapat 2 jenis serumenolitik yaitu solutio aqueos dan solutio organic. Penelitian ini bersifat eksperimental dengan mengukur kerapatan massaserumen menggunakan metode dilatometri pada serumen yang dilarutkan dengan H2O2 3%, dan larutan campuran H2O2 3% dan madu perbandingan 1:1. Dilakukan analisa kerapatan massa serumen berdasarkan perbandingan massa serumen per volume serumen dalam masing-masing larutan. Hasil penelitian diperoleh, larutan campuran H2O2 3% dan madu dengan perbandingan 1:1mempunyai kerapatan massa serumen lebih rendah dibanding larutan H2O2 3% sebagai serumenolitik , namun secara statistik tidak terdapat perbedaan bermakna kerapatan massa serumen antara larutan H2O2 3% dengan larutan campuran H2O2 3% dan madu perbandingan 1:1.
Efektivitas Hambatan Senyawa Ekstrak Kasar Pliek U (Patarana) terhadap Pertumbuhan Salmonella typhi in vitro Dwi Jalma, Monica; Zachreini, Indra
Cermin Dunia Kedokteran Vol 43, No 6 (2016): Metabolik
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (159.679 KB) | DOI: 10.55175/cdk.v43i6.66

Abstract

Latar Belakang: Pliek u (Patarana) adalah hasil dari buah kelapa (Cocos nucifera) yang sudah melalui proses 3 tahap fermentasi dengan cara pengeraman, penjemuran, dan pemisahan antara minyak dan dagingnya. Pliek u dan minyaknya sudah lama digunakan oleh masyarakat Aceh sebagai makanan dan sebagai obat. Ekstrak pliek u mengandung derivat asam seperti asam kaprilat, asam kaprat, asam laurat, asam miristat, asam palmitat, asam palmitoleat, serta ester dan alkohol. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui efektivitas antibakteri ekstrak kasar pliek u EHP, EEP, dan EERP terhadap Salmonella typhi in vitro. Metodologi: Eksperimen menggunakan biakan murni bakteri Salmonella typhi. Hasil: Analisis data menggunakan uji Kruskall Wallis menunjukkan ekstrak kasar pliek u (Patarana) menghambat pertumbuhan bakteri Salmonella typhi secara signifikan (p=0,007). Uji LSD (Least Signicant Dierences) untuk melihat perbedaan hubungan antar kelompok, menunjukkan bahwa EHP tidak memiliki aktivitas antibakteri terhadap Salmonella typhi, sedangkan EEP dan EERP mempunyai aktivitas antibakteri sama kuat dalam menghambat pertumbuhan Salmonella typhi, namun aktivitas antibakteri amoksisilin lebih kuat dibandingkan EEP dan EERP.
Uji Diagnostik Histopatologi untuk Konka Hipertrofi yang disebabkan Rinitis Alergi dan Rinitis Non-alergi Zachreini, Indra; -, Suprihati; Dahlan Lubis, M. Nadjib; Koesoema, Adi
Cermin Dunia Kedokteran Vol 42, No 5 (2015): Kardiologi
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (201.689 KB) | DOI: 10.55175/cdk.v42i5.1007

Abstract

Latar Belakang: Diagnosis konka hipertrofi yang disebabkan rinitis alergi atau non-alergi penting untuk penatalaksanaannya. Tujuan: Mendapatkan hasil uji diagnostik pemeriksaan histopatologi konka hipertrofi baik yang disebabkan rinitis alergi maupun non-alergi. Metode: Jenis penelitian observasional analitik cross-sectional pada 73 penderita hipertrofi konka yang disebabkan oleh rinitis alergi dan non-alergi. Pada penderita dilakukan anamnesis, pemeriksaan rinoskopi anterior, rinomanometri, skin prick test, pemeriksaan IgE spesifik tungau debu rumah, dan histopatologi jaringan konka hipertrofi. Hasil: Pada hipertrofi konka yang disebabkan rinitis alergi, pemeriksaan histopatologi mendukung pada 30 sampel. Pada hipertrofi konka yang disebabkan rinitis non-alergi, gambaran histopatologisnya mendukung pada 32 sampel. Sensitivitas pemeriksaan histopatologi untuk menentukan hipertrofi konka yang disebabkan rinitis alergi dan non-alergi sebesar 85,7% dan spesifisitasnya sebesar 84,2%. Nilai prediksi positif pemeriksaan ini adalah 83,3% dan nilai prediksi negatif adalah 86,5%. Rasio kemungkinan (likelihood ratio) positif pemeriksaan ini adalah 5,19 dan rasio kemungkinan negatif adalah 0,17. Simpulan: Uji diagnostik histopatologi dapat menjadi pemeriksaan baku emas dalam menentukan konka hipertrofi baik yang disebabkan oleh rinitis alergi maupun rinitis non-alergi.Background: Differentiation of turbinate hypertrophy caused by allergic rhinitis or non-allergic rhinitis is important. Purpose: To find diagnostic histopathology examination of turbinate hypertrophy caused by allergic rhinitis and non-allergic rhinitis. Method: The research is analytic observational cross-sectional study on 73 turbinate hypertrophy patients caused by allergic rhinitis and non-allergic rhinitis. Anamnesis, anterior rhinoscopy examination, rhinomanometry, skin prick test, specific IgE of house dust mite, and histopathology examination of turbinate hypertrophy tissue were done. Result: Diagnosis of turbinate hypertrophy caused by allergic rhinitis was supported by histopathological examination in 30 samples. Turbinate hypertrophy caused of non-allergic rhinitis supported by histopatological examination in 32 samples. Sensitivity of histopathology examination for diagnosis of turbinate hypertrophy is 85,7% and specificity 84,2%, positive predictive value is 83,3%, negative predictive value is 86,5%. Positive likelihood ratio is 5,19 and negative likelihood ratio is 0,17. Conclusion: Histopathology examination can be used as gold standard for diagnosis of allergic or non-allergic rhinitis turbinate hypertrophy.