Mar'at, Samsunuwiyati
Unknown Affiliation

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

PERANAN COGNITIVE FLEXIBILITY, SELF-ESTEEM, DAN LONELINESS TERHADAP CELEBRITY WORSHIP PADA REMAJA Aufa, Rahmatul; Mar'at, Samsunuwiyati; Tiatri, Sri
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 3, No 2 (2019): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v3i2.3483.2019

Abstract

Saat ini fenomena demam idola kian menyemarak di Indonesia. Semakin tinggi tingkat pengidolaan seseorang, maka semakin tinggi juga tingkat keterlibatan dengan sosok yang di idolakan. Semakin individu mengidolakan atau terlibat dengan sosok yang di idolakan maka semakin besar pula keintiman (intimacy) yang diimajinasikan terhadap sosok idola tersebut. Ketika individu menjadikan selebriti fokus utama hidupnya, maka disfungsi akan terbentuk. Beberapa individu akan membentuk hubungan khayalan dengan selebriti idola mereka dan akhirnya mengarah ke obsesi virtual terhadap selebriti idola. Obsesi inilah yang akhirnya dikenal dengan istilah celebrity worship (McCutcheon,Maltby, & Houran, 2003). Beberapa penelitian menunjukkan celebrity worship dikaitkan dengan traits para penggemar yang patologis, negatif dan menyimpang, kinerja dan keterampilan belajar yang rendah, self-esteem yang rendah dan memiliki kesulitan dalam membentuk identitasnya, psyhological well-being yang rendah.  Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui peranan cognitive flexibility, self-esteem, loneliness, terhadap celebrity worship pada remaja. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan analisis multiple regresi. Sampel penelitian ini remaja berjumlah 630 orang dengan usia 10-24 tahun yang memiliki tokoh selebriti idola. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik non-probability sampling, yakni purposive sampling. Penelitian ini dilakukan dengan metode kuantitatif. yaitu dengan cara menyebar kuesioner penelitian kepada partisipan yang memenuhi kriteria. Dalam penelitian ini, peneliti mengadaptasi instrument pengumpulan data, yaitu celebrity attitude scale (CAS) 22 item, cognitive flexibility scale 12 item, Rosenberg Self Esteem Scale (RSES)10 item dan UCLA loneliness scale 20 item. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peranan dari cognitive flexibility, self-esteem, loneliness, usia dan jenis kelamin sebagai data  demografi terhadap celebrity worship pada remaja dengan nilai R2 sebesar 12,1%. Secara parsial, terdapat dua variabel yang berperan positif terhadap celebrity worship, yaitu variabel cognitive flexibility, dan variabel loneliness. The idol fever phenomenon is increasingly popular in Indonesia. The higher the level of one's idolization, the higher the level of involvement with the idol. The more individuals idolize or engage with idolized figures, the greater the intimacy imagined against the idol figure. When an individual makes a celebrity the main focus of his/her life, then dysfunction will form. Some individuals will form imaginary relationships with their idol celebrities which will eventually lead to virtual obsession with idol celebrities. This obsession is also known as celebrity worship (McCutcheon, Maltby, & Houran, 2003). Several studies show celebrity worship is associated with fans' pathological, negative, and distorted traits, low performance and learning skills, low self-esteem and difficulty in forming their identities, along with low psyhological well-being. This research was conducted to determine the role of cognitive flexibility, self-esteem, and loneliness, against celebrity worship in adolescents. This research uses quantitative approach with multiple regression analysis. The sample of this study were 630 teenagers aged 10-24 years who had idols. The sampling technique uses non-probability sampling technique, namely purposive sampling. This research was conducted using quantitative methods by distributing research questionnaires to participants who meet the criteria. In this study, researchers adapted data collection instruments, which are 22 items celebrity attitude scale (CAS), 12 items cognitive flexibility scale, 10 items Rosenberg Self Esteem Scale (RSES) and UCLA loneliness scale of 20 items. The results of this study indicate the role of cognitive flexibility, self-esteem, loneliness, age and gender as demographic data on celebrity worship in adolescents with an R2 of 12.1%. Partially, there are two variables that have a positive role in celebrity worship, namely the cognitive flexibility variable, and the loneliness variable.
PENGUJIAN VALIDITAS KONSTRUK ALAT UKUR INTERPERSONAL EMOTION REGULATION QUESTIONNAIRE PADA REMAJA DENGAN MENGGUNAKAN CONFIRMATORY FACTOR ANALYSIS Sutanto, Cynthia; Mar'at, Samsunuwiyati; Idulfilastri, Rita Markus
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 5, No 1 (2021): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v5i1.9450.2021

Abstract

Experience has different impacts for each individual. Individuals have several choices in the emotions one feels by regulating emotions. Emotion and emotional regulation take shape in a social context. This makes researchers interested in seeing messages, emotions in a social context. This formation is by looking at the results of the test results of the construct validity of the Indonesian version of the Interpersonal Emotion Regulation Questionnaire (IERQ) measuring instrument which has the same construct as the IERQ measuring instrument from Hofmann, Carpenter and Curtis (2016). It is hoped that this can contribute to measuring emotions that come from the social context in Indonesian. This research was conducted in May 2020 on 202 participants with adolescents aged 12-21 years. The factor analysis method used in this study is Confirmatory Factor Analysis (CFA) using the Lisrel program. The results of data analysis show that the construct validity of the IERQ measuring instrument which has been entered into Indonesian shows a positive and significant loading factor. This shows the Indonesian version of the IERQ construct with the same construct as the IERQ measuring instrument from Hofmann, Carpenter and Curtis. The results showed that the Indonesian version of the IERQ measuring instrument can be used by researchers to measure emotional regulation in adolescents in Indonesia. The next research can look in more detail and in-depth about the causes of people to do emotional regulation, and can try out the Indonesian version of the IERQ measurement tool on different participants. Pengalaman emosional merupakan suatu pengalaman yang pasti akan dialami oleh semua individu. Pengalaman emosional memberikan dampak yang berbeda-beda untuk setiap individunya. Individu memiliki beberapa pilihan dalam memodifikasi emosi yang dirasakan salah satunya dengan meregulasi emosi. Emosi dan regulasi emosi terbentuk dalam konteks sosial. Hal tersebut membuat peneliti tertarik untuk mengetahui pembentukan regulasi emosi dalam konteks sosial. Pembentukan tersebut dengan melihat hasil uji validitas konstruk alat ukur Interpersonal Emotion Regulation Questionnaire (IERQ) versi Indonesia memiliki konstruk yang sama dengan alat ukur IERQ dari Hofmann, Carpenter dan Curtis (2016). Hal tersebut diharapkan dapat memberikan sumbangan alat ukur regulasi emosi yang berasal dari konteks sosial dalam Bahasa Indonesia. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2020 terhadap 202 partisipan dengan karakteristik remaja berusia 12-21 tahun. Metode analisis faktor yang digunakan dalam penelitian ini adalah Confirmatory Factor Analysis (CFA) dengan menggunakan program Lisrel. Hasil analisis data menunjukkan validitas konstruk pada alat ukur IERQ yang sudah diterjemahkan kedalam Bahasa Indonesia menunjukan loading factor positif dan signifikan. Hal ini menunjukkan konstruk IERQ versi Bahasa Indonesia memiliki konstruk yang sama dengan alat ukur IERQ dari Hofmann, Carpenter dan Curtis. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa alat ukur IERQ versi Bahasa Indonesia dapat dipergunakan oleh para peneliti untuk mengukur regulasi emosi pada remaja di Indonesia. Penelitian berikutnya dapat mengamati lebih mendetail dan mendalam mengenai penyebab orang-orang melakukan regulasi emosi, serta dapat mengujicobakan alat ukur IERQ versi Indonesia pada partisipan yang berbeda.
GAMBARAN DUKUNGAN SOSIAL, STRES, DAN ATTACHMENT PADA IBU DENGAN ANAK AUTISME DALAM MENGHADAPI PANDEMIK Putri, Nevy Prinanda; Mar'at, Samsunuwiyati; Soetikno, Naomi
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 5, No 2 (2021): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v5i2.11311.2021

Abstract

Pandemics change a lot of activities, as well as patterns of activity of children with autism and interaction. Mothers as caregivers have to put in more effort to care for children during the pandemic so that stress levels also increase. This study aimed to see a picture of social support, stress and attachment to mothers with children with autism in a pandemic meeting. Participants in this study were 4 mothers who have children with autism. Sampling was done by convenience sampling. The method used is a qualitative method with a phenomenological design. The results shows that during the pandemic, the stress experienced by mothers with autism children who were received at a secondary assessment, understood their resources for coping and elicited emotional reactions such as anxiety that would develop rapidly. The attachment style of mothers with autism children is secure attachment based on the results of interviews, such as conducting joint interactions (meeting, playing, doing assignments, being responsive to needs and doing activities together) making necessary contact and adaptation to the pandemic. The description of social support during the pandemic of mothers with autistic children is a significant other, such as psychologists, baby sitters, and therapists. The main social support are direct assistance and information about the daily routine schedule that will be given to children Pandemik membuat banyak aktivitas berubah, begitu pula pola aktivitas anak dengan autisme dan ibunya. Ibu sebagai pengasuh utama harus mengeluarkan lebih banyak usaha untuk mengasuh anak pada masa pandemik sehingga tingkat stres juga meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran dukungan sosial, stres dan attachment pada ibu dengan anak autisme dalam menghadapi pandemik. Partisipan pada penelitian ini sebanyak 4 ibu yang memiliki anak dengan autisme. Pengambilan sampel dilakukan dengan convenience sampling. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan desain fenomenologi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gambaran stres selama pandemik yang dialami para ibu dengan anak autisme mengacu pada penilaian secondary appraisal, mengetahui sumber daya mereka untuk melakukan coping dan memunculkan reaksi emosional seperti cemas akan perkembangan anaknya. Gambaran attachment selama pandemik para ibu dengan anak autisme adalah secure attachment berdasarkan hasil wawancara, seperti melakukan interaksi bersama (kehadiran, bermain, mengerjakan tugas, responsif terhadap kebutuhan dan melakukan kegiatan bersama-sama) sehingga cenderung dapat menghadapi dan adaptasi terhadap situasi pandemik. Gambaran dukungan sosial selama pandemik para ibu dengan anak autisme adalah significant other yaitu tenaga profesional seperti psikolog, babysitter, terapis dan pihak sekolah berupa bantuan langsung maupun informasi mengenai jadwal rutinitas sehari-hari yang akan diberikan kepada anak dengan autisme sehingga ibu dengan anak autisme tetap dapat melakukan kegiatan dalam situasi pandemik secara optimal.