Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Tingkat Pendidikan Dan Pengetahuan Ibu Dengan Vaksinasi Campak Rubella (Measles Rubella/Mr) Qatrunnada Nadhifah; Sri Hastuti Andayani; Arsyad Arsyad
JURNAL ILKES : Jurnal Ilmu Kesehatan Vol 12 No 2 (2021): Jurnal Ilkes (Jurnal Ilmu Kesehatan)
Publisher : STIKES Karya Husada Kediri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35966/ilkes.v12i2.215

Abstract

Tujuan penelitian untuk mengetahui tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu dengan vaksinasi MR pada anak di Kelurahan Cikini Kecamatan Menteng Jakarta. Jenis Penelitian ini deskriptif analitik desain cross-sectional. Subjek penelitian ibu yang tinggal di Kelurahan Cikini, memiliki anak usia 9 bulan sampai <15tahun. Pengambilan data dilakukan dengan pengisian kuisioner. Analisis data dilakukan dengan uji statistik Korelasi Spearman. Hasil penelitian ini menunjukkan dari 170 responden terdapat 147 responden (87%) yang telah melakukan vaksinasi MR untuk anaknya, sedangkan yang belum melakukan vaksinasi MR adalah 23 responden (13%). Hubungan tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu dengan vaksinasi MR menghasilkan nilai signifikasi berturu-turut 0,082 dan 0,964. Ini menunjukan tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu dengan vaksinasi MR. tidak adanya hubungan dikernakan vaksinasi merupakan program pemerintah yang mengharuskan anak untuk mrlakukanv vaksin. Penelitian ini menyimpulkan bahwa tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu tidak mempengaruhi dilakukannya vaksinasi MR. Saran yang diberikan yaitu bagi masyarakat diharapkan dapat memvaksinasi anaknya sesuai jadwal
Association between age and serum ferritin level with bone age deficit in children with thalassemia major Sri Hastuti Andayani; Nanan Sekarwana; Ryadi Fadil
Paediatrica Indonesiana Vol 48 No 1 (2008): January 2008
Publisher : Indonesian Pediatric Society

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (317.675 KB) | DOI: 10.14238/pi48.1.2008.33-6

Abstract

Background Multiple blood transfusions in thalassemia patientslead to iron overload in bone tissue. Iron overload can bedetermined by serum ferritin measurement. Several studies haveevaluated association between serum ferritin level and growth,but without bone age examination.Objective To determine the association between age and serumferritin level with bone age in children with thalassemia major.Methods This study was conducted at Hasan Sadikin HospitalBandung during March-May 2007. We performed physicalexamination, serum feritin measurement, and bone ageexamination. Data were analyzed with x 2 to determine associationbetween variables. The association between age and serum ferritinlevel with bone age deficit was analyzed with regression logisticmodel.Results Subjects consisted of 49 patients with thalassemia major.All subjects had bone age deficit. Most boys were in age group of>10 years and had bone age difference >36 months, while mostgirls were <10 years and had bone age difference <36 months.Subjects with bone age difference <36 months mostly had serumferritin level <5,000 ng/dL, while most subjects with bone agedifference >36 months had serum ferritin level =5,000 ng/dL.This was statistically significant (x 2 =4.573, P=0.032). There wasassociation between age and bone age deficit (OR=13.461, 95%CI 3.199;56.640), but not with serum ferritin level (OR= 2.199,95% CI 0.532;9.095).Conclusion In thalassemic children, bone age deficit is associatedwith age, but not with serum feritin level.
Hubungan antara IPK Program Sarjana Kedokteran dengan Nilai UKMPPD Mahasiswa FKUY Miranti Pusparini; Aditarahma Imaningdyah; Sri Hastuti Andayani; Zwasta Pribadi Mahardhika; Dea Dwi Miranti
Jurnal Kedokteran Universitas Lampung Vol 1, No 2 (2016): JK UNILA
Publisher : Fakultas Kedokteran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jk unila.v1i2.1621

Abstract

Hasil akhir dari proses pembelajaran seorang mahasiswa dinyatakan dengan IP (Indeks Prestasi) yang merupakan ukuran kemampuan mahasiswa. Penilaian dalam pencapaian kompetensi dilakukan dengan uji tulis dengan MCQ dan OSCE. Pada Tahun 2013 lahir Undang-undang No. 20 Tahun 2013 tentang Pendidikan Kedokteran menyatakan bahwa Uji Kompetensi Mahasiswa Program Profesi Dokter (UKMPPD) dilaksanakan secara nasional sebelum mengangkat sumpah sebagai dokter. Data dari Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi bahwa masih ada sekitar 21 % mahasiswa yang belum lulus dari sekitar 15.000 yang mengikuti UKMPPD. Penelitian ini menggunakan metode penelitian korelasi untuk mengetahui hubungan dan tingkat hubungan antar variabel, serta ada tidaknya dan kuat lemahnya hubungan variabel yang terkait dalam suatu objek atau subjek yang diteliti. Batas populasi target yang digunakan pada penelitian ini adalah mahasiswa FK Universitas YARSI yang mengikuti Ujian Kompetensi Mahasiswa Program Profesi Dokter periode Januari 2014 – Agustus 2015. Tingkat kelulusan CBT adalah 325 orang atau sebesar 60% dari total 539 orang, sedangkan OSCE, sebanyak 498 orangatau 92% dari 539 dinyatakan lulus. Nilai Sig. dari variable IPK Program Sarjana Kedokteran adalah sebesar 0.000 yang mengartikan bahwa adanya korelasi yang signifikan antara IPK Program Sarjana Kedokteran Dengan Nilai UKMPPD CBT. Nilai Sig. dari variabel IPK Program Sarjana Kedokteran adalah sebesar 0.000 yang mengartikan bahwa adanya korelasi yang signifikan antara IPK Program Sarjana Kedokteran Dengan Nilai UKMPPD OSCE. Simpulan: Hasil dari penelitian ini membuktikan bahwa nilai IPK Program Sarjana Kedokteran masil relevan dikatakan sebagai indicator learning outcome  ataupun sebagai predictor untuk menentukan hasil ujian kognitif. [JK Unila. 2016; 1(2)]Kata kunci:, CBT, IPK, OSCE, uji kompetensi
Hubungan antara Pengaturan Pola Makan dan Akupunktur pada Penurunan Berat Badan Nur Asiah; Tuty Herawaty; Sri Hastuti Andayani
Junior Medical Journal Vol 2, No 1 (2023)
Publisher : Junior Medical Journal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33476/jmj.v2i1.3785

Abstract

PENGARUH PENGATURAN MAKAN DAN AKUPUNKTUR PADA PENURUNAN BERAT BADAN Nur Asiah1, Tuty Herawaty2, Sri Hastuti Andayani3Departemen Gizi Fakultas Kedokteran Universitas YARSI Departemen Anak Fakultas Kedokteran YARSIDepartemen Anak Fakultas Kedokteran YARSInur.asiah@yarsi.ac.idCorresponding Author: nur.asiah@yarsi.ac.idLatar BelakangTerdapat beberapa cara menurunkan berat badan, salah satunya pengaturan pola makan. Pengaturan pola makan meningkatkan kesadaran pasien akan pentingnya diet. Selain itu terdapat metode akupunktur yang aman dan murah. Penggunaan kedua metode bersamaan diharapkan lebih efektif dalam penurunan berat badan untuk mencegah komplikasi obesitas.TujuanPenelitian bertujuan untuk mengetahui penurunan berat badan pada wanita obes dengan metode diet dan akupunkturMetodologi Penelitian%Penelitian menggunakan metode kuasi eksperiment dengan mengukur berat badan sebelum diet dan akupunktur dan setelahnya selama 6 minggu terhadap 13 orang perempuan obes (Indeks Massa Tubuh 27-36 kg/m2), 29-54 tahun di Rumah Sakit Pasar Rebo Jakarta pada tahun 2010. Diet berupa 25 kkal/kg berat badan (600-800 kalori defisit dari kebutuhan). Akupunktur sekali seminggu pada perut dan kaki. Diet dengan komposisi 55% karbohidrat, 15% protein dan 25% lemak. Pengaturan makan meliputi jumlah, jenis, frekuensi dan cara memasak dengan panduan formulir, daftar makanan dan model replika makanan.Hasil PenelitianTerdapat penurunan berat badan sebesar 2,8 ±0,7 kg secara tidak bermakna setelah pemberian diet dan akupunktur selama 6 minggu pada perempuan obes dan penurunan indeks massa tubuh sebesar 1,08 ± 0,90 kg/m2.DiskusiDiet dan akupuntur dapat menurunkan berat badan wanita obes. Akupunktur tidak akan memberikan hasil optimal dalam penurunan berat badan tanpa pengaturan pola amkan yang baik.Kata Kunci: Pengaturan Makan, Akupunktur, Obes