Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Protein S100 sebagai Petanda Kerusakan Otak pada Cedera Otak Ringan dan Sedang Aditarahma Imaningdyah; Marzuki Suryaatmadja; Lyna Soertidewi Kiemas
Majalah Sainstekes Vol 4, No 1 (2017): Juni 2017
Publisher : Lembaga Penelitian Universitas YARSI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (273.021 KB) | DOI: 10.33476/ms.v4i1.899

Abstract

Brain injury becomes worldwide public health issue since it may cause disability and mortality. The diagnosis of brain injury is made based on clinical neurology examination, and CT scan or MRI. Serum S100 protein examination in mild and moderate brain injury patients is needed to detect and evaluate the presence of post traumatic brain injury. This research subject is healthy people and patients with mild and moderate brain injury, based on their GCS grade, clinical neurologic examination, and CT scan. On these patients, the blood for S100 protein examination is taken at admission, 6 and 24 hours post trauma, and last day of hospitalization. Examination of a serum S100 protein is conducted using ECLIA method. There is significant difference (p value 0,001) in mild or moderate brain injury patients in all serum S100 protein. The peak level of serum S100 protein reached at 6 hours post trauma. Serum S100 protein in moderate brain injury patients at admission is significantly higher than the mild ones, and serum S100 protein in mild brain injury patients is also significantly higher than healthy people. Serum S100 protein can be used as brain injury biomarker  to  detect  and  evaluate  the  presence  of  post  traumatic  brain injury.
Hubungan antara IPK Program Sarjana Kedokteran dengan Nilai UKMPPD Mahasiswa FKUY Miranti Pusparini; Aditarahma Imaningdyah; Sri Hastuti Andayani; Zwasta Pribadi Mahardhika; Dea Dwi Miranti
Jurnal Kedokteran Universitas Lampung Vol 1, No 2 (2016): JK UNILA
Publisher : Fakultas Kedokteran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jk unila.v1i2.1621

Abstract

Hasil akhir dari proses pembelajaran seorang mahasiswa dinyatakan dengan IP (Indeks Prestasi) yang merupakan ukuran kemampuan mahasiswa. Penilaian dalam pencapaian kompetensi dilakukan dengan uji tulis dengan MCQ dan OSCE. Pada Tahun 2013 lahir Undang-undang No. 20 Tahun 2013 tentang Pendidikan Kedokteran menyatakan bahwa Uji Kompetensi Mahasiswa Program Profesi Dokter (UKMPPD) dilaksanakan secara nasional sebelum mengangkat sumpah sebagai dokter. Data dari Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi bahwa masih ada sekitar 21 % mahasiswa yang belum lulus dari sekitar 15.000 yang mengikuti UKMPPD. Penelitian ini menggunakan metode penelitian korelasi untuk mengetahui hubungan dan tingkat hubungan antar variabel, serta ada tidaknya dan kuat lemahnya hubungan variabel yang terkait dalam suatu objek atau subjek yang diteliti. Batas populasi target yang digunakan pada penelitian ini adalah mahasiswa FK Universitas YARSI yang mengikuti Ujian Kompetensi Mahasiswa Program Profesi Dokter periode Januari 2014 – Agustus 2015. Tingkat kelulusan CBT adalah 325 orang atau sebesar 60% dari total 539 orang, sedangkan OSCE, sebanyak 498 orangatau 92% dari 539 dinyatakan lulus. Nilai Sig. dari variable IPK Program Sarjana Kedokteran adalah sebesar 0.000 yang mengartikan bahwa adanya korelasi yang signifikan antara IPK Program Sarjana Kedokteran Dengan Nilai UKMPPD CBT. Nilai Sig. dari variabel IPK Program Sarjana Kedokteran adalah sebesar 0.000 yang mengartikan bahwa adanya korelasi yang signifikan antara IPK Program Sarjana Kedokteran Dengan Nilai UKMPPD OSCE. Simpulan: Hasil dari penelitian ini membuktikan bahwa nilai IPK Program Sarjana Kedokteran masil relevan dikatakan sebagai indicator learning outcome  ataupun sebagai predictor untuk menentukan hasil ujian kognitif. [JK Unila. 2016; 1(2)]Kata kunci:, CBT, IPK, OSCE, uji kompetensi