Hairani, Anna
Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

PETA KALENDER TANAM PADI LAHAN RAWA LEBAK DI KALIMANTAN SELATAN Wakhid, Nur; Syahbuddin, Haris; Khairullah, Izhar; Indrayati, Linda; Cahyana, Destika; Mawardi, Mawardi; Noor, Muhammad; Anwar, Khairil; Alwi, Muhammah; Hairani, Anna
Jurnal Tanah dan Iklim (Indonesian Soil and Climate Journal) Vol 39, No 1 (2015)
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jti.v39n1.2015.41-50

Abstract

Abstrak. Perubahan iklim global telah menggeser awal dan akhir musim tanam yang berdampak negatif pada pola tanam dan produksi tanaman pangan di lahan rawa lebak Kalimantan Selatan. Penelitian ini bertujuan menyusun peta kalender tanam lahan rawa lebak pada tiga kejadian iklim, yaitu tahun kering, tahun normal, dan tahun basah. Pembuatan kalender tanam dilakukan dari Bulan Desember 2011 sampai bulan Desember 2012 menggunakan kombinasi analisis hubungan antara curah hujan dan genangan di lahan rawa lebak. Setelah diketahui prediksi curah hujan dan tinggi genangan di lahan lebak, selanjutnya dilakukan delineasi peta kalender tanam yang dikombinasikan dengan peta administrasi, peta agroklimat, peta lahan rawa lebak, dan peta sawah di lahan rawa lebak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan penggunaan kalender tanam ini, waktu tanam di lahan rawa lebak berpotensi ditingkatkan dari 1 kali menjadi 2 kali setahun. Kalender tanam ini sudah diverifikasi dengan data primer hasil survey dan wawancara petani. Hasil verifikasi menunjukkan bahwa musim tanam aktual dengan yang diprediksi dengan kalender tanam mempunyai pola waktu musim tanam yang mirip. Dengan demikian kalender tanam ini dapat dijadikan panduan dalam menentukan potensi waktu tanam padi lahan rawa lebak di Kalimantan Selatan. Abstract. The global climate change changes the onset and the end of planting seasons, which in turn influences the cropping pattern of freshwater swampland in South Kalimantan. This study was aimed at developing a cropping calendar map of fresh water swampland in three conditions of climate years, i.e. dry, normal, and wet years. The cropping calendar was developed from December, 2011 to December, 2012 by analyzing the relationship of the amount of rainfall and inundation data. Based on the rainfall and inundation data, the area was delineated by the cropping calendar combined overlayed with the administration map, agroclimatic map, fresh swampland map, and rice field map. This research showed that, by using this cropping calendar map, the planting time of the fresh water swampland can potentially be increased from once to twice per year. The cropping calendar map was verificated by using primary data from field survey and farmer questionare. This verification showed that the actual and predicted planting time have a similar pattern of planting time. We are confident that this cropping calendar map can be used as a guide for determining the potential planting time in fresh water swampland of South Kalimantan.
Biochar-Materials for Remediation on Swamplands: Mechanisms and Effectiveness Annisa, Wahida; mukhlis, mukhlis; Hairani, Anna
Jurnal Sumberdaya Lahan Vol 15, No 1 (2021): (Akan Terbit Resmi pada Bulan Juli)
Publisher : Indonesian Center for Agriculture Land Resource Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jsdl.v15n1.2021.13-22

Abstract

Abstract. The purpose of this paper is to synthesize all research results qualitatively to explore the potential of biochar as a remediation agent in swamps, including its mechanism, and effectiveness. The soil in swampland is characterized by the presence of pyrite (FeS2) which results in high acidity (soil pH <3.5). The reduction process in swamps produces high amounts of ferrous iron (Fe2+) which is then released into the environment. The mechanism of iron (Fe) poisoning is indicated by the inhibition of nutrient uptake because the roots are covered with iron. This disturbes the root function as a nutrient absorber. Recent research shows that biochar could be used as an approach to reduce soil pollution in swamps through metal immobilization processes. This review paper uses a qualitative method with meta-aggregation approach based on the Francis-Baldesari method (2006). Principally, the soil remediation mechanism using biochar does not remove metals but accumulate them into hydroxide or carbonate deposits with the help of existing microorganisms. Provision of rice husk Biochar can increase the pH value reaching ≥5.0 and grain yield by 20% in intensively cultivated tidal swamps. Increasing the pH value of the soil will supports the formation of Fe hydroxide deposits which are accumulated on rice roots. Abstrak. Tujuan penulisan paper ini adalah mensintesis seluruh hasil penelitian secara kualitatif untuk menggali potensi biochar sebagai bahan remediasi pada lahan rawa meliputi mekanisme, dan efektivitasnya. Tanah di lahan ini dicirikan oleh keberadaan pirit (FeS2) yang menghasilkan keasaman tinggi (pH tanah <3,5). Proses reduksi di lahan rawa menghasilkan besi ferro (Fe2+) dalam jumlah tinggi dan dilepaskan ke lingkungan. Mekanisme keracunan besi (Fe) ditunjukkan dengan terhambatnya serapan hara karena perakaran diselimuti oleh besi sehingga fungsi akar sebagai penyerap unsur hara terganggu. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa pemanfaatan biochar sebagai salah satu pendekatan untuk mengurangi pencemaran tanah di lahan rawa melalui proses immobilisasi logam. Paper review ini menggunakan metode kualitatif berdasarkan metode Francis-Baldesari (2006) dengan pendekatan metaagregasi (meta-aggregation). Mekanisme remediasi tanah menggunakan biochar prinsipnya tidak menghilangkan logam tetapi mengakumulasinya menjadi endapan hidroksida maupun karbonat dengan bantuan mikroorganisme yang ada. Pemberian Biochar sekam padi dapat meningkatkan nilai pH mencapai ≥5,0 dan hasil gabah sebesar 20% di lahan rawa pasang surut yang intensif dibudidayakan. Peningkatan nilai pH tanah mendukung pembentukan endapan hidroksida Fe yang diendapkan pada akar padi.