p-Index From 2019 - 2024
0.562
P-Index
This Author published in this journals
All Journal Jurnal Kedokteran
Wedayani, AA Ayu Niti
Unknown Affiliation

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KEKUATAN OTOT PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM Kadek Intan Murti Dewi; Widiastuti, Ida Ayu Eka; Wedayani, AA Ayu Niti
Jurnal Kedokteran Vol 9 No 1 (2020): Jurnal Kedokteran Vol 9 No 1 2020
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jku.v9i1.403

Abstract

Latar Belakang. Mahasiswa kedokteran membutuhkan kebugaran fisik yang baik dalam menunjang aktivitas perkuliahan. Jadwal perkuliahan yang padat memicu mahasiswa jarang berolahraga. Inaktivitas menyebabkan penurunan kebugaran fisik, salah satunya kekuatan otot yang berguna dalam menunjang aktivitas harian. Status nutrisi individu dapat ditentukan melalui pengukuran indeks massa tubuh yang dapat memengaruhi kekuatan otot. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara indeks massa tubuh dengan kekuatan otot pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Mataram. Metode. Penelitian ini menggunakan rancangan analitik korelasional dengan metode pendekatan cross-sectional. Subjek melibatkan 125 mahasiswi yang dipilih menggunakan metode non-probability sampling dengan teknik purposive sampling. Seluruh responden dilakukan pegukuran berat badan, tinggi badan, dan kekuatan otot. Indeks massa tubuh dihitung dengan membagi berat badan dengan tinggi badan dalam meter dikuadratkan, sedangkan kekuatan otot diukur dengan hand grip dynamometer. Data dianalisis dengan menggunakan uji korelasi Spearman. Hasil. Rerata indeks massa tubuh responden dalam penelitian ini adalah 22,80 ± 4,28 kg/m2 dan rerata kekuatan otot responden adalah 46,93 ± 7,67kg. Berdasarkan hasil analisis data didapatkan hubungan yang signifikan antara indeks massa tubuh dengan kekuatan otot. Hasil uji korelasi Spearman diperoleh hasil p=0,000 (p<0,05) dengan r = 0,362. Kesimpulan. Indeks massa tubuh berbanding lurus dengan kekuatan otot. Semakin tinggi indeks massa tubuh, maka semakin besar kekuatan otot.
PENGARUH PEMBERIAN KOMBINASI OBAT DUTASTERIDE DAN TAMSULOSIN TERHADAP KADAR PSA (PROSTATE SPECIFIC ANTIGEN) PADA PASIEN BPH (BENIGN PROSTATIC HYPERPLASIA) DI RSUD PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT salsabila, safira; Maulana, Akhada Maulana; Nandana, Pandu Ishaq; Wedayani, AA Ayu Niti
Jurnal Kedokteran Vol 9 No 1 (2020): Jurnal Kedokteran Vol 9 No 1 2020
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jku.v9i1.405

Abstract

Latar belakang: Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) merupakan tumor jinak yang biasa dijumpai pada 1 dari 3 pria yang berusia lebih dari 50 tahun. Sedangkan Prostate Specific Antigen (PSA) adalah protein yang dihasilkan oleh kelenjar prostat yang bersifat organ spesifik dan diperiksa pada semua pasien BPH untuk mengetahui perjalanan penyakit BPH. Penggunaan obat dutasteride pada BPH dapat menghambat perubahan testosteron menjadi dihidrotestosteron serta dapat menekan pertumbuhan prostat karena obat ini termasuk dalam golongan inhibitor 5 alfa reduktase. Tamsulosin termasuk dalam golongan obat antagonis reseptor alfa 1 yang dapat merelaksasikan tonus otot polos kelenjar prostat dan leher buli-buli. Metode: Penelitian ini menggunakan desain penelitian komparatif dengan pendekatan eksperimental dan metode pengambilan data dengan pengukuran berulang (pre test – post test field trial). Pengambilan data dilakukan di Instalasi Rawat Jalan Poliklinik Bedah Urologi dan Instalasi Rekam Medis RSUD Provinsi NTB pada periode waktu Oktober 2019 sampai dengan Desember 2019. Hasil: Dari 32 responden yang dilakukan pemeriksaan PSA awal dan akhir didapatkan rata-rata kadar PSA awal terbanyak pada kelompok <4 ng/ml dan rata-rata kadar PSA akhir terbanyak pada kelompok <4 ng/ml. Rata-rata responden berasal dari kelompok usia 61-69 tahun. Berdasarkan uji hipotesis menggunakan uji paired sample T test diperoleh nilai p = 0,035 (p < 0,05) menunjukkan terdapat perubahan kadar PSA pada pasien BPH yang sudah diberi kombinasi obat dutasteride dan tamsulosin. Kesimpulan: Terdapat perubahan kadar PSA pada pasien BPH yang sudah diberi terapi menggunakan kombinasi obat dutasteride dan tamsulosin di RSUD Provinsi Nusa Tenggara Barat.
KORELASI ANTARA EKSPRESI GLUT4 NEURON HIPOKAMPUS DAN TRAVEL TIME TIKUS MODEL DIABETES TIPE 2 PADA PEMERIKSAAN MORRIS WATER MAZE DENGAN WAKTU PENGAMATAN YANG BERBEDA Hifdzil; Wedayani, AA Ayu Niti; Harahap, Herpan Syafii
Jurnal Kedokteran Vol 9 No 1 (2020): Jurnal Kedokteran Vol 9 No 1 2020
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jku.v9i1.406

Abstract

Latar Belakang: Diabetes adalah penyakit metabolik kronis yang dapat mengganggu fungsi organ tubuh terutama otak. Kejadian diabetes di Indonesia pada usia 15 tahun ke atas meningkat dua kali lipat di tahun 2013 dibandingkan tahun 2007. Pada diabetes melitus menunjukkan terdapat perubahan kadar protein GLUT4 di otak. Perubahan ini diduga memiliki peran penting dalam menjalankan fungsi kognitif. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui korelasi yang bermakna antara ekspresi GLUT4 neuron hipokampus dan travel time tikus model diabetes tipe 2 dengan pemeriksaan morris water maze pada waktu pengamatan yang berbeda. Metode: Penelitian eksperimental ini menggunakan 16 ekor tikus putih (Rattus novergicus) yang dibagi secara acak menjadi 4 kelompok yaitu 2 kelompok kontrol (A0 dan A1), dan 2 kelompok perlakuan (B0 dan B1). Tikus dilatih fungsi kognitifnya dengan morris water maze selama 4 hari. Kelompok perlakuan diinduksi diabetes dengan nikotinamid 110 mg/kgBB dan streptozotocin 70 mg/kgBB dosis tunggal secara intraperitoneal. Data dianalisis menggunakan uji statistik t-test, Pearson dan Spearman. Hasil: Rerata ekspresi GLUT4 kelompok tikus diabetik signifikan lebih tinggi pada pengamatan hari ke-14. Rerata ekspresi GLUT4 signifikan lebih tinggi pada kelompok diabetik dibandingkan kelompok kontrol pada pengamatan hari ke-14 (p<0,05). Rerata travel time tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan pada semua pengamatan (p>0,05). Hasil uji korelasi tidak menunjukkan nilai yang signifikan pada pengamatan hari ke-0 maupun hari ke-14 (p>0,05). Kesimpulan: Tidak terdapat korelasi bermakna antara ekspresi GLUT4 neuron hipokampus dan travel time tikus model diabetes tipe 2 dengan pemeriksaan morris water maze pada waktu pengamatan hari ke-0 dan ke-14.