Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

PERTUMBUHAN LAPISAN OKSIDA TERHADAP HASIL ANODIZING ALUMINIUM Ike Widyastuti
TRANSMISI Vol 7, No 1 (2011): Edisi Pebruari 2011
Publisher : University of Merdeka Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26905/jtmt.v7i1.4565

Abstract

Anodizing merupakan suatu usaha yang dapat dilakukan untuk memperbaiki ketahanan korosi pada logamaluminium dengan cara menumbuhkan lapisan oksida sebagai lapisan pasif pada permukaan logam. Prosesini merupakan proses elektrokimia menggunakan arus listrik melalui media elektrolit. Dalam penelitian inidilakukan variasi waktu pada proses pewarnaan anodizing untuk mengamati perubahan struktur mikro,struktur makro dan kekerasan lapisan pewarnaan aluminium. Selanjutnya memilih waktu yang tepat sehinggadapat meningkatkan efisiensi dan kualitas hasil struktur mikro, makro dan kekerasan untuk mengetahuitingkat kekerasan terhadap lapisan. Logam yang digunakan adalah aluminium Al-Ag dilakukan prosesanodizing dengan menggunakan variasi waktu yang digunakan 25, 45, 60 menit. Larutan elektrolit yangdigunakan yaitu asam sulfat dan selanjutnya dilakukan proses pewarnaan menggunakan bahan anorganik.Pengujian yang dilakukan adalah uji keras menggunakan mesin Rockwell dengan skala F, pengamatanstruktur mikro dan pengamatan permukaan (secara makro). Hasil pengujian diperoleh pada waktu 60 menitmemiliki angka kekerasan paling tinggi sebesar 17,25 HRF dibandingkan waktu 45 menit sebesar 15,33 HRFdan 25 menit sebesar 14,59 HRF.
VARIASI TEMPERATUR PEMANASAN AWAL CETAKAN PADA PENGECORAN Al-Si BEKAS Ike Widyastuti
TRANSMISI Vol 4, No 2 (2008): Edisi September 2008
Publisher : University of Merdeka Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26905/jtmt.v4i2.4483

Abstract

Teknologi pengecoran logam di lapangan yang banyak digunakan dalam pembuatan komponenmemiliki kekurangan banyak cacat terutama terjadinya porositas sehingga menghasilkan banyak hasilreject yang akhirnya mempengaruhi biaya proses produksi. Pada penelitian ini dilakukan pengecoranAl-Si bekas menggunakan dapur krusibel yang dirancang menggunakan bahan bakar gas LPG sebagaialternatif lain pada proses pengecoran. Adapun pengujian dilakukan untuk melihat kualitas hasil coranterutama pada harga kekerasan dan cacat coran secara makro.Proses pengecoran dilakukan menggunakan temperatur pemanasan awal cetakan yang bervariasi yaitu280C, 3000C dan 6000C. Cetakan yang digunakan adalah jenis cetakan logam. Pemanasan awalcetakan logam ini bertujuan untuk dapat meminimalisir cacat coran secara makro dengan mengurangiterjadinya shock temperature pada saat proses pendinginan.Hasil pengujian menunjukkan bahwa semakin tinggi temperatur awal pemanasan cetakan logam makanilai kekerasan dan cacat coran semakin rendah sehingga hasil pengecoran ini dapat digunakan untukproses lanjut yaitu pembentukan logam karena sifatnya yang lunak dan minim cacat. Hasil kekerasanterendah diperoleh 36,57 HRB dan cacat coran terendah mencapai 1,53%, yang diperoleh dengantemperatur pemanasan awal cewtakan 6000C.
PERENCANAAN SISTEM TRANSMISI PENGGERAK MECANUM WHEEL ROBOT TEMPUR KOTA Ferdinan Simanjuntak; Ike Widyastuti; Gunarko Gunarko
TRANSMISI Vol 14, No 2 (2018): Edisi September 2018
Publisher : University of Merdeka Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26905/jtmt.v14i2.4677

Abstract

Robot tempur kota dirancang untuk membantu pertempuran di medan perkotaan dengan kontrol jarak jauh serta pergerakan khusus dari roda mecanum wheel. Pergerakan khusus dari roda ini memungkinkan robot dapat bergerak kesegala arah serta dapat berputar ditempat 3600 kembali kearah semula. Efektifitas waktu dan fleksibilitas gerakan dalam menentukan target atau musuh pada setiap sudut dengan cepat adalah salah satu syarat penting dalam pertempuran perkotaan. Perencanaan sistem transmisi penggerak mecanum wheel robot tempur kota ini dilengkapi dengan 4 kaki roda penggerak dimana setiap kaki roda mecanum wheel menggunakan motor dc sebagai sistem penggerak utama yang dirangkai dengan komponen mesin lain seperti poros, pasak, kopling cakar, gearbox transmisi dengan rangkaian roda gigi cacing, sproket kecil dan besar yang terhubung dengan rantai rol dan bantalan gelinding pada roda mecanum. Transmisi penggerak pada setiap kaki telah dihubungkan dengan sistem program arduino yang terhubung ke hp sebagai kontrol gerak mecanum wheel robot tempur kota. Dalam perencanaan sistem transmisi penggerak mecanum wheel robot tempur kota ini diperoleh hasil dengan beban maksimal 150 kg, dengan daya motor (P) 0,350 kW, diameter roda gigi 42 mm, diameter ulir cacing 25 mm, diameter sproket besar 145 mm,diameter sproket kecil 45 mm dan daya pada gigi cacing 0,101 kW, daya pada ulir cacing 0,300 kW, daya pada sproket  besar 0,209 kW, daya pada sproket kecil 0,190 kW, rantai yang digunakan ANSI no.35 dengan diameter rol 5,08 mm, beban maksimal rantai 115,4 kg dan diameter poros 1, 2, 3, 4 yaitu 12, 12, 15, 20 mm dengan panjang pasak 1, 2, 3, 4 yaitu 14, 14, 16, 18. Umur nominal bantalan digunakan selama 5 jam/hari selama 8,899 tahun.
Kekerasan dan Struktur Mikro Plat Baja Karbon Rendah 0,16% C Hasil Bengkel Las SMAW dengan Elektroda E 309-16 ESAB Posisi Flat 1G setelah Variasi Quenching Djoko Andrijono; Ike Widyastuti
TRANSMISI Vol 17, No 1 (2021): March 2021
Publisher : University of Merdeka Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26905/jtmt.v17i1.5538

Abstract

Hasil penyambungan dengan proses SMAW pada baja karbon rendah disebut daerah lasan yang meliputi:  logam induk, logam lasan dan daerah pengaruh panas yang selanjutnya dilakukan proses pendinginan air, oli SAE 90, udara. Tujuan penelitian mengetahui, membandingkan, menganalisa pengaruh variasi media pendinginan terhadap sifat kekerasan, struktur mikro daerah lasan dan menganalisa sifat mampu las, komposisi kimia logam induk, serta elektroda terumpan. Manfaat penelitian memberikan kontribusi bagi industri manufaktur di bidang proses pengelasan. Hasil penelitian menunjukkan sifat kekerasan logam lasan dan daerah pengaruh panas paling tinggi pada pendinginan air, oli SAE 90 dan terendah pendinginan udara. Logam induk akibat variasi media pendinginan tidak terjadi perubahan sifat kekerasan dan struktur mikro.  Struktur mikro logam lasan, daerah pengaruh panas terbentuk fasa ferit dan perlit setelah pendinginan udara, sedangkan dengan pendinginan air, oli SAE 90 tidak terbentuk struktur martensit melainkan terbentuk fasa ferit dan perlit. Kesimpulan kekerasan logam lasan, daerah pengaruh panas semakin tinggi dengan besar butir semakin halus kecuali logam induk tidak terjadi perubahan kekerasan dan struktur mikro logam lasan, daerah pengaruh panas terbentuk fasa ferit, perlit kecuali logam induk tidak terjadi perubahan struktur mikro dan pada pendinginan oli SAE 90, air tidak terbentuk stuktur martensit.
LAJU KOROSI BAJA KARBON HASIL POWDER COATING DAN PENGECATAN CAIR Muhammad Arifullah; Ike Widyastuti; Mardjuki Mardjuki
TRANSMISI Vol 11, No 2 (2015): Edisi September 2015
Publisher : University of Merdeka Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26905/jtmt.v11i2.4558

Abstract

Powder coating merupakan salah satu jenis pelapisan menggunakan bahan serbuk dan mulai banyak digunakan sebagai pengganti pelapisan menggunakan pengecatan cair. Pada penelitian ini dilakukan pengujian korosi dari produk dengan pelapisan menggunakan powder coating dan pengecatan cair untuk mendapatkan data ketahanan korosi hasil pelapisan. Media korosi yang digunakan adalah HCl dan H2SO4 selama 144 jam. Hasil pengujian menunjukkan bahwa hasil powder coating menunjukkan ketahanan korosi yang lebih tinggi sekitar 6 kali lipat dibandingkan hasil pengecatan cair baik menggunakan media korosi HCl maupun H2SO4. Sementara pada pengujian menggunakan beda media korosi menunjukkan bahwa H2SO4 merupakan media korosif yang lebih kuat terhadap hasil pelapisan baik pada hasil powder coating maupun pengecatan cair dibandingkan HCl pada kondisi konsentrasi yang sama.
FASA MARTENSIT, FERIT PROEUTEKTOID, PERLIT HALUS PADA MEDIUM CARBON STEEL 0,45%C HASIL PROSES HARDENING DAN NORMALIZING Djoko Andrijono; Ike Widyastuti
TRANSMISI Vol 11, No 1 (2015): Edisi Pebruari 2015
Publisher : University of Merdeka Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26905/jtmt.v11i1.4537

Abstract

Baja karbon menengah 0,4% C untuk pembuatan komponen otomotif dengan proses pemesinan diperlukan sifat keuletan dan kekerasan. Salah satu cara untuk memperbaiki kedua sifat tersebut, dapat dilakukan dengan proses perlakuan panas jenis proses hardening dan normalizing. Tujuan penelitian untuk mengetahui, membandingkan, menganalisa baja karbon menengah 0,45% C setelah proses hardening 8300C pendinginan air, oli SAE 90 dan normalizing 7800C pendinginan udara dengan waktu tahan 15 menit, 30 menit, 45 menit yang sama serta untuk mengetahui, menganalisa komposisi kimia baja karbon menengah 0,45% C. Manfaat penelitian untuk mengetahui, menganalisa peningkatan sifat keuletan, kekerasan baja karbon menengah 0,45% C setelah proses hardening 8300C dan normalizing 7800C serta memberikan kontribusi bagi usaha kecil menengah, khususnya di bidang pemesinan pembuatan komponen otomotif. Kesimpulan proses hardening 8300C terbentuk fasa martensit, angka kekerasan lebih tinggi dibanding proses normalizing 7800C terbentuk fasa ferit proeutektoid dan perlit halus angka kekerasan semakin menurun, sehingga sifat keuletannya semakin meningkat.
PENGARUH PERLAKUAN PANAS HASIL PELAPISAN ZINCATE–NICKEL HARD CHROMIUM PADA ALUMINIUM TERHADAP LAJU KEAUSAN Amran Madjid; Ike Widyastuti
TRANSMISI Vol 10, No 2 (2014): Edisi September 2014
Publisher : University of Merdeka Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26905/jtmt.v10i2.4615

Abstract

Pelapisan zincate-Ni Hard Chromium plating pada Aluminium bertujuan untuk meningkatkan kekerasan dari logam induk (pelapisan rekayasa) yang pada akhirnya dapat digunakan untuk meningkatkan ketahanan aus material. Lama waktu pelapisan berpengaruh terhadap ketebalan hasil lapisan deposit dengan bertambahnya ion-ion logam yang terdeposisi, sementara pemanasan dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kekerasan dengan melalui proses aging sehingga akan meningkatkan ketahanan aus atau menurunkan laju keausan material. Laju keausan material akan mengalami penurunan pada proses dengan pemanasan temperatur aging 2000C hingga 12%-25%. Hal ini disebabkan karena terbentuknya presipitasi pada hasil lapisan yang meningkatkan kekerasan. Namun apabila temperatur terus ditingkatkan hingga 4000C yang terjadi adalah peningkatan laju keausan atau penurunan ketahanan aus bahan, yang disebabkan karena terjadinya pertumbuhan butir atau pengkasaran butir logam.
Analisa Variasi Waktu Penahanan Karburisasi dan Perlakuan Cryogenic Terhadap Sifat Mekanis Baja ST37 David Satya Hartanto; Agus Suprapto; Ike Widyastuti
TRANSMISI Vol 16, No 1 (2020): March 2020
Publisher : University of Merdeka Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26905/jtmt.v16i1.4499

Abstract

Baja ST37 adalah baja yang memiliki nilai kekerasan yang cukup rendah, dengan kadar karbon sekitar 0,06% sehingga memiliki mampu keras yang tergolong rendah. Untuk meningkatkan mampu keras baja ST37 harus ada peningkatan kadar karbon dengan cara proses karburisasi. Proses karburisasi akan menghasilkan difusi karbon dimulai dari permukaan hingga ke dalam baja. Perlakuan cryogenic berguna untuk mengubah austenite sisa (retained austenite) menjadi martensit. Dalam penelitian ini dilakukan proses karburisasi pada suhu 900 °C dan cryogenic selama dua jam dengan sampel berupa plat baja ST37 berjumlah 12 buah dengan variasi waktu 15, 30, 45, 60, 75, 90 menit. Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan bahwa semakin lama waktu penahanan karburisasi, semakin banyak karbon yang terdifusi pada spesimen, sehingga meningkatkan mampu keras spesimen, yang dapat dilihat dari hasil kekerasan spesimen. Kekerasan paling rendah adalah pada spesimen karburisasi penahanan 15 menit dengan harga kekerasan 72,05 HRA, sementara kekerasan tertinggi adalah pada spesimen karburisasi penahanan 90 menit + cryogenic 2 jam dengan harga kekerasan 80,45 HRA. Adapun spesimen non­-cryogenic terkeras adalah specimen penahanan karburisasi 75 menit dengan 80,2 HRA. Berdasarkan perhitungan garis regresi diperoleh fungsi kekerasan sebelum cryogenic adalah HRA = 0,091333t + 72.04667 dan pasca cryogenic 2 jam adalah HRA = 0,04419t + 75,29667 dengan t sebagai fungsi waktu penahanan karburisasi (menit). Adapun perbedaan kekerasan specimen karburisasi dibanding specimen karburisasi dengan perlakuan cryogenic, diketahui sebagai ΔHRA = 3,25 – 0,04714t. Hal ini menunjukan bahwa semakin lama waktu penahanan proses karburisasi, semakin keras specimen tetapi semakin tidak signifikan penambahan kekerasan saat diberikan perlakuan cryogenic.
Pengaruh Carburizing dan Cryogenic Treatment terhadap Kekerasan Baja Karbon Rendah ST 37 Agus Suprapto; Ike Widyastuti; D Darto
Prosiding Simposium Nasional Rekayasa Aplikasi Perancangan dan Industri 2019: Prosiding Simposium Nasional Rekayasa Aplikasi Perancangan dan Industri
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Karbon aktif dari tempurung kelapa dipakai sebagai media pada proses Carburizing untuk meningkatkan kekerasan permukaan. Pengembangan metode untuk meningkatkan kekerasan dapat dilakukan dengan cryogenic treatment. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui, menganalisa pengaruh cryogenic treatment terhadap sifat kekerasan. Metode yang dipakai dalam penelitian ini menggunakan proses Carburizing dengan pemanasan sampai temperatur austenite (γ) dengan variasi 8000C, 8500C dan 9000C dengan media karbon aktif dari tempurung kelapa dengan variasi holding time 1 jam, 2 jam dan 3 jam selanjutnya dicelup cepat pada air. Hasil Carburizing sebagai bahan untuk Cryogenic treatment pada nitrogen cair – 1950C dan ditahan pada – 1950C bervariasi holding time: 2 jam, 24 jam, 48 jam selanjutnya dipanaskan sampai temperatur kamar. Analisa pengujian ini dilakukan dengan metode analitis dan uji kekerasan. Temuan hasil penelitian: (1). Hasil proses Carburizing dengan media karbon aktif dari tempurung kelapa menunjukkan kekerasannya meningkat dibanding sebelum proses Carburizing, (2). Hasil Cryogenic Treatment menunjukkan kekerasannya lebih tinggi dibanding hasil proses Carburizing.
ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KONSTANTA PEGAS DAN DEFLEKSI STATIS DENGAN PEMBEBANAN BERBEDA TANPA PEREDAM Jumiadi; Dewi Izzatus Tsamroh; Ike Widyastuti; Arif Budiono
RING ME Vol 3 No 1 (2023): RING Mechanical Engineering
Publisher : Program Studi Teknik Mesin UNISMA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

One of the most frequently encountered motions in nature is oscillatory motion (vibration). A particle oscillates when it moves periodically about an equilibrium position. A load attached to a spring that is stretched once is released, then it begins to oscillate. Basically, vibration is a technical system that contains mass and elasticity that is able to move relatively or can be said to be a movement that repeats itself at certain time intervals. Increasing technological developments show that the tools that have to do with vibrations are very diverse. One of them is the vibration that utilizes the Simple Vibration Apparatus. In the free vibration frequency experiment, from the test results without a damper with a mass of 0.47kN/m; 1.22kN/m and 3.3kN/m it can be seen that there is a big difference between the theoretical frequency value and the actual frequency value. The results of the theoretical deflection from experiments 1 - 5 have increased constantly. The greater the loading, the greater the deflection.