p-Index From 2019 - 2024
0.408
P-Index
This Author published in this journals
All Journal Transmisi
Mardjuki Mardjuki
Universitas Merdeka Malang

Published : 12 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

VARIASI MEDIA PENDINGINAN TERHADAP KEKERASAN MATERIAL LOGAM HASIL TEMPA TEMPA PANAS PANDAI BESI Nufal Akbar; Djoko Andrijono; Mardjuki Mardjuki
TRANSMISI Vol 13, No 1 (2017): Edisi Pebruari 2017
Publisher : University of Merdeka Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (636.11 KB) | DOI: 10.26905/jtmt.v13i1.2004

Abstract

Pandai besi merupakan proses pembentukan logam dengan cara memanaskan baja bekas terdiri dari baja karbon rendah (plat) dan baja karbon tinggi (batangan) pada dapur pemanas dengan menggunakan bahan bakar arang kayu jati sampai mencapai temperatur rekristalisasi dan ditempa panas secara bertahap sampai kedua baja bekas menyatu sampai membentuk produk yang diinginkan serta selanjutnya dilakukan proses pendinginan cepat. Pengujian meliputi komposisi kimia, pengamatan struktur mikro dan uji kekerasan.Permasalahan meliputi: (a) temperatur pembakaran arang kayu jati di bawah temperatur rekristalisasi, (b) hasil tempa panas setelah proses pendinginan cepat sangat getas dan retak. Tujuan penelitian membandingkan dan menganalisa sifat kekerasan serta struktur mikro hasil tempa panas setelah proses pendinginan oli SAE 50, SAE 90, SAE140. Hasil uji komposisi kimia pada baja karbon rendah mengandung 0,13285% C dan baja karbon menengah mengandung 1,2617% C. Hasil penelitian menunjukkan baja bekas, angka kekerasan tertinggi pada SAE 50 dan terendah pada SAE 140 dan struktur mikro yang terbentuk lebih dominan fasa ferit yang sifatnya ulet dibanding fasa perlit yang sifatnya keras dan getas. Kesimpulan penelitian sifat kekerasan hasil tempa panas dan pendinginan oli: SAE 50, SAE 90, SAE 140 semakin menurun dan fasa yang terbentuk fasa ferit lebih dominan dibanding fasa perlit.
Analisis Karakteristik Bahan Lengan RCWS (Remote Control Weapon System) pada Robot Tempur Kota Terhadap Sudut Penembakan Latif Nur Khasan; Mardjuki Mardjuki; Dedy Pradigdo
TRANSMISI Vol 16, No 1 (2020): March 2020
Publisher : University of Merdeka Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26905/jtmt.v16i1.4497

Abstract

Robot tempur kota merupakan alat yang digunakan untuk pertempuran kota, senjata utama yang digunakan ialah senapan SS2 V1, senapan itu sendiri ditopang dan digerakan oleh lengan yang terbagi 2 yaitu lengan 1 dan lengan 2 mampu bergerak secara elevasi.Bahan lengan yang digunakan ialah alumunium paduan, bahan tersebut diharapkan mampu menahan beban dari gaya yang terjadi terutama ketika terjadi penembakan, untuk itu diperlukan suatu pengujian agar mengetahui karakteristik dari bahan lengan Rcws. Setelah dilaksnakan pengambilan data gaya terberat yang terjadi pada lengan 1 ialah  66,725 N pada sudut 600 dan pada lengan 2 ialah 169,602 N pada sudut 200, bahan lengan yang digunakan ialah  alumunium alloy seri 5083 mempunyai kandungan alumunium(Al) 94,978% dan unsur utama paduan magnesium sebesar 4,297% mempunyai sifat keuletan yang baik serta nilai kekerasan sebesar 23 HRB, harga impak sebesar 1,396 joule/mm2, kemudian untuk tegangan maksimal dari alumunium 5083 ialah 13,815 kgf/mm2 dengan tegangan titik putus 11,41 kgf/mm2 dan tegangan luluh sebesar 11,712 kgf/mm2. Pada saat uji penembakan, lengan dapat menerima beban terberat dari sudut yang ditentukan yaitu sudut 60° dan sudut 20°, dan kekuatan baut dengan tegangan yang diijinkan 10 N/mm2 masih mampu menerimategangan yang terjadi yaitu 0,587 N/mm2, sehingga alumunium alloy seri 5083 cocok digunakan  untuk bahan pembuatan lengan RCWS robot tempur kota.
PROSES FORGING DENGAN VARIASI TEMPERATUR PADA PADUAN ALUMINIUM SERI 308,0 TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KEKERASAN Mardjuki Mardjuki
TRANSMISI Vol 5, No 2 (2009): Edisi September 2009
Publisher : University of Merdeka Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26905/jtmt.v5i2.4513

Abstract

Salah satu proses pembentukan yang banyak digunakan saat ini adalah proses forging (tempa). Proses tempamerupakan proses pembentukan logam dengan cara penekanan ke dalam suatu cetakan sehingga logamtersebut membentuk profil sesuai dengan pola pada cetakan, sehingga terbentuk suatu produk. Pada prosesforging ini menggunakan cetakan permanent yang terbuat dari logam baja.Penelitian ini dilakukan pada bahan Aluminium paduan dengan memvariasikan temperatur forging mulai350°C, 400°C, 450°C dan 500°C. Perbedaan sifat mekanis diamati melalui beberapa pengujian yangmeliputi: pengujian tarik dan kekerasan.Hasil penelitian menunjukkan bahwa temperatur forging mulai dari 350°C, 400°C, 450°C dan 500°C, nilaikekuatan tarik dan kekerasan yang dihasilkan cenderung semakin menurun. Hal ini disebabkan karenasemakin tinggi temperatur pada proses forging maka pergerakan dislokasi akan semakin mudah sehinggadapat menurunkan kekuatan tarik dan kekerasannnya.
LAJU KOROSI BAJA KARBON HASIL POWDER COATING DAN PENGECATAN CAIR Muhammad Arifullah; Ike Widyastuti; Mardjuki Mardjuki
TRANSMISI Vol 11, No 2 (2015): Edisi September 2015
Publisher : University of Merdeka Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26905/jtmt.v11i2.4558

Abstract

Powder coating merupakan salah satu jenis pelapisan menggunakan bahan serbuk dan mulai banyak digunakan sebagai pengganti pelapisan menggunakan pengecatan cair. Pada penelitian ini dilakukan pengujian korosi dari produk dengan pelapisan menggunakan powder coating dan pengecatan cair untuk mendapatkan data ketahanan korosi hasil pelapisan. Media korosi yang digunakan adalah HCl dan H2SO4 selama 144 jam. Hasil pengujian menunjukkan bahwa hasil powder coating menunjukkan ketahanan korosi yang lebih tinggi sekitar 6 kali lipat dibandingkan hasil pengecatan cair baik menggunakan media korosi HCl maupun H2SO4. Sementara pada pengujian menggunakan beda media korosi menunjukkan bahwa H2SO4 merupakan media korosif yang lebih kuat terhadap hasil pelapisan baik pada hasil powder coating maupun pengecatan cair dibandingkan HCl pada kondisi konsentrasi yang sama.
Modifikasi Pegas Spiral pada Magasen Drum Lucas Sarmento Dies Ximenes; Mardjuki Mardjuki; Jumiadi Jumiadi; Agus Mulyono
TRANSMISI Vol 16, No 2 (2020): September 2020
Publisher : University of Merdeka Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26905/jtmt.v16i2.4787

Abstract

Magasen drum untuk senjata senapan serbu SS1 V1 Pindad menggunakan pegas spiral untuk menggerakkan munisi masuk kedalam kamar senjata. Dimana pegas spiral yang digunakan sekarang sudah sulit ditemukan dipasaran, Dari permasalahan diatas, maka penulis berencana untuk“Memodifikasi pegas spiral pada magasen drum” yang sesuai dengan pegas yang aslinya. Dengan harapan pegas yang dimodifikasi dapat mempunyai kualitas dan kekuatan bahan yang mendekati ataupun bisa melebihi pegas aslinya.Maka untuk memodifikasi pegas yang baru, diperlukan beberapa pengujian diantaranya uji komposisi kimia supaya bisa mengetahui jenis bahan yang digunakan, Uji torsi dimana bertujuan untuk mengetahui gaya putar  yang bekerja pada magasen drum serta beban yang diberikan pada pegas sampai pegas mengalami patah dan uji kekerasan dimana pada pengujian bertujuan untuk mengetahui sifat kekerasan dari bahan.Dari hasil pengujian komposisi  kimia bahan yang digunakan pada pegas spiral yaitu baja paduan  rendah.  Dan dari perhitungan jumlah keseluruhan dari gaya gesek ditambahkan dengan gaya berat didapatkan nilai :19,26 N.  Bahan yang digunakan aman dan mampu menahan beban maksimum karena nilai tegangan ijin bahan (60 N/mm2), lebih besar dari tegangan kerja (2,405 N/mm2 ). Dari  hasil  perhitungan   untuk mencari dimensi  pegas didapatkan nilai luas penampang pegas sebesar : 0,008 m2. Dimana dari hasil yang diperoleh dapat tentukan : Lebar (b) : 0,005 m dan tebal  (t) : 0,0016 m. Sedangkan untuk nilai panjang (l) sebesar : 800 mm.
MODIFIKASI TIMING BELT VENTILATOR PADA KENDARAAN TEMPUR TANK SCORPION Anwar Anwar; Mardjuki Mardjuki; Adi Noviyanto
TRANSMISI Vol 10, No 1 (2014): Edisi Pebruari 2014
Publisher : University of Merdeka Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26905/jtmt.v10i1.4607

Abstract

Tank scorpion merupakan kendaraan tempur buatan Inggris, body terbuat dari aluminium alloy yaitu bahanalmunium paduan yang mampu menahan tembakan senjata ringan. Jadi menurut analis, inilah tank yangcocok untuk kondisi geografis Indonesia. Bobotnya yang ringan, memudahkan mobilitas tank tersebut, tidakmerusak aspal jalan. Pada saat ini kondisi kendaraan tempur tank Scorpion mengalami kendala terutama padasistem pendingin yang diputarkan dari gear box dan ditransmisikan ke pulley ventilator yang dihubungkandengan menggunakan timing belt. Pada saat mesin di hidupkan, maka timing belt menerima hentakan yangbesar, sehingga timing belt tersebut mudah patah. Pabrik produksinya sekarang sudah tidak memproduksilagi, maka satuan pemakai mengalami kesulitan untuk mendapatkan suku cadangnya.Memperhatikan permasalahan di yang ada perlu adanya pengujian timing belt asli dan timing belt yangditransmisikan, sehingga didapatkan hasil yang sesuai dengan kemampuannya. timing belt yang aslimenggunakan bahan dasar karet sintetik karena dari bahan tersebut perpanjangan patahnya tidak terlalu besardan di dalamnya terdapat serabut benang nilon yang berfungsi sebagai kekuatan timing belt.
PEMANFAATAN ENCENG GONDOK SEBAGAI PENGUAT FIBER GLAS TERHADAP KEKUATAN TARIK Mardjuki Mardjuki
TRANSMISI Vol 2, No 2 (2006): Edisi September 2006
Publisher : University of Merdeka Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26905/jtmt.v2i2.4455

Abstract

Material komposit tersusun dari gabungan dua atau lebih bahan yang tergabung secara makroskopis yangberfungsi sebagai penguat dan matrik yang akan berpengaruh pada sifat mekanik. Disamping itu juga sangatdipengaruhi oleh matriknya yang merupakan bahan yang berfungsi mengikat penguat serat yang satu denganyang lain. Bahan matrik pada umumnya adalah polimer dan bahan penguatnya dapat berupa serat baik seratalam atau serat buatan. Agar terjadi ikatan yang kuat perlu ditambahkan katalis yang dapat mempercepatikatan antara matrik dan serat sehingga proses pengeringan dapat berlangsung lebih cepat.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh serat eceng gondok sebagai penguat komposit, yangmemiliki sifat mekanik terbaik dalam kekuatan tarik.Material komposit dengan penguat serat eceng gondok dengan variasi komposisi serat dan resin polyestersebagai pengikatnya maka hasil penelitian yang didapatkan kekuatan tarik terbesar dicapai pada komposisiserat 50% dan resin 50% yaitu sebesar 6.64 kgf/mm2 dan kekuatan tarik cenderung akan menurun apabilaserat terus ditambahkan hingga komposisi serat melebihi 50%.
SIFAT KEKERASAN PADUAN Al-Cu DARI HASIL PROSES PERLAKUAN PANAS PENUAAN (AGING) Mardjuki Mardjuki
TRANSMISI Vol 6, No 1 (2010): Edisi Pebruari 2010
Publisher : University of Merdeka Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26905/jtmt.v6i1.4518

Abstract

Perkembangan teknologi yang semakin pesat ditandai semakin banyaknya jenis bahan logam sebagai bahanindustri baik dalam lingkup kecil maupun dalam lingkup besar yang berfungsi untuk mempermudah segalakebutuhan hidup manusia, salah satu hasil penemuan manusia adalah alumunium. Penggunaan paduanalumunium sebagai bahan industri sangat banyak digunakan sebagai bahan dasar pembuatan piston, peralatanrumah tangga, konstruksi rumah pompa (casing) dan tangki penyimpanan bahan kimia, hal ini didasarkanatas adanya pertimbangan sifat-sifat yang khas yang terdapat pada alumunium.Pada paduan Al-Cu dengan menggunakan proses penuaan (aging) dimana temperatur yang dipakai adalahsama, dengan waktu yang bervariasi dan media pendinginan yang berbeda. Masalah yang timbul pada prosesaging pada paduan Al-Cu adalah apakah dengan proses aging dan media pendingin yang bervariasi iniberpengaruh terhadap kekerasan.Untuk membatasi masalah tersebut penulis mengambil hal-hal sebagai berikut: bahan yang digunakan adalahpaduan Al-Cu, jenis proses yang digunakan adalah proses penuaan. Pengujian yang digunakan adalah ujikekerasan dengan menggunakan pengujian Rockwell. Pengujian kekerasan Rockwell merupakan pengujianstandar secara industri, karena pengujian kekerasan Rockwell cocok untuk semua material yang keras danlunak. Dari hasil pengujian maka proses penuaan (aging) dengan waktu 1 jam dengan temperatur 5000Cmedia pendingin air memiliki angka kekerasan 80,6 HRe. Pada pengujian selanjutnya dengan proses penuaan(aging) dengan waktu 2 jam dengan temperatur 5000C pendinginan dalam tungku memiliki angka kekerasan39,2 HRe. Dari proses ini kiranya dapat memberikan informasi tentang proses aging, sehingga dapat menjadiacuan untuk menghasilkan suatu produk yang berkualitas dan bersaing dipasaran.
ANALISIS PENAMBAHAN UNSUR Si PADA PROSES PENGECORAN CETAKAN PASIR PADUAN Al-242,1 TERHADAP SIFAT MEKANIK Mardjuki Mardjuki
TRANSMISI Vol 1, No 1 (2005): Edisi Pebruari 2005
Publisher : University of Merdeka Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (42.422 KB) | DOI: 10.26905/jtmt.v1i1.4432

Abstract

Ilmu dan teknologi bahan, disatu sisi menuntut adanya ketersediaan bahan dengan persyaratan-persyaratan khusus,disisi lain pemakaian atau pemanfaatan teknologi menuntut penyesuaian. Tujuan Penelitian Untuk mengetahuiperubahan yang terjadi pada aluminium torak sebelum dan sesudah penambahan unsur silikon (Si), ditinjau darisifat kekerasan dan kekuatan tarik Kekerasan yang dihasilkan dari seluruh percobaan dengan variasi persentasepenambahan unsur silikon (Si) mulai dari 0.8%, 1%, dan 1,5% terjadi peningkatan. Kekuatan Tarik yang dihasilkandari seluruh percobaan dengan variasi persentase penambahan unsur silikon (Si) mulai dari 0.8%, 1%, dan 1,5%juga terjadi peningkatan
KEKUATAN IMPACT STRENGTH DARI ANYAMAN SERAT KARUNG PLASTIS SEBAGAI PENGGANTI WOVEN ROVING UNTUK PENGUAT FIBER GLASS Mardjuki Mardjuki
TRANSMISI Vol 9, No 1 (2013): Edisi Pebruari 2013
Publisher : University of Merdeka Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26905/jtmt.v9i1.4591

Abstract

Material Komposit mulai berkembang pesat dengan adanya kebutuhan akan material yang mempunyaistregh with ratio yang tinggi disamping material ini mudah dibentuk dan tahan korosi. Material kompositmerupakan paduan makrokopis yaitu resin sebagai matrik dan fiber (serat), (matrik) memiliki fungsi sebagaipengikat antara penguat yang satu dengan penguat yang lain untuk mendapatkan kekuatan antara serat-serat yangtertanam dalam matrik, maka pada bahan matrik perlu ditambahkan katalis yang berfungsi mempercepat prosespengikat antara bahan pembentuk matrik, sehingga proses pengeringan berlangsung lebih cepat.Pengujian impak merupakan suatu pengujian untuk mengetahui ketahanan suatu bahan. Pada pengujianimpak ini, digunakan benda uji yang diberi takik. Besaran yang diukur dalam pengujian ini adalah harga impak,yaitu besarnya energi yang diserap dibagi dengan luasan patahannya ( Kerja persatuan Luas) yang diserap dibagidengan luasan patahannya. Pada umumnya suatu bahan bersifat getas dan bersifat ulet. Pada pengujian impak yangideal, dikatakan bahwa energi yang berasal dari bahan pembentuk tetap (tidak ada yang hilang) tetapi padakenyataannya, energi ini akan berubah sebagian digunakan untuk; gesekan pada sistem mekanis mesin; getaranpada waktu tumbukan; gesekan dengan udara dan melemparkan specimen yang patah.Rumus-rumus yang digunakan adalah sebagai berikut 1. Kerugian energi akibat gesekan Ef = m.g.R (Cos β–Cos α) joule. 2. Energi yang digunakan secara ideal Eid =m.g.R(Cos β –Cos α) joule. 3. Energi yang digunakansecara actual Eakt=(Eid-Ef) joule. 4. Harga impak (Impact Strenght) HI=h LEakt.Hubungan antara jumlah lapis serat dengan ketahanan Impak yaitu semakin banyak jumlah lapisan seratdalam resin maka akan didapatkan ketahanan Impak yang semakin tinggi, pada lapisan 5 dan harga impek 0,100J/mm2 sedangkan Pada lapis serat 1 ketahanannya yang terendah yaitu 0.0121 J/mm2sehingga semakin sedikit seratnya, maka energi yang diserap semakin kecil dan begitu Sebaliknya.