Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI DESA KLIENG MEURIA DALAM PEMBUATAN SEDIAAN ANTINYAMUK CAIR EKSTRAK DAUN PEPAYA Meilina, Rulia; Kulla, Periskila Dina Kali; Kesumawati, Kesumawati; Anggraini, Bunge Septiana; Maharani, Septia
Community Development Journal : Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 4 No. 6 (2023): Volume 4 Nomor 6 Tahun 2023
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/cdj.v4i6.19726

Abstract

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah salah satu penyakit tropis yang sangat sering terjadi di Indonesia. DBD adalah penyakit yang dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti lewat gigitan yang terinfeksi virus dengue. Penyakit ini menimbulkan gejala seperti demam tinggi, sakit kepala, nyeri otot, dan ruam kulit. DBD ditandai dengan penurunan jumlah trombosit, perdarahan, dan kemungkinan terjadinya syok. Faktor yang mempengaruhi masih tingginya angka penyakit DBD ini diantaranya yaitu lingkungan dan perilaku manusia, rendahnya kesadaran masyarakat untuk melaksanakan kegiatan pembersihan sehingga membuat tempat perindukan nyamuk semakin banyak. Salah satu tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai obat antinyamuk alami adalah daun Pepaya. Ekstrak daun papaya dipercaya mampu digunakan sebagai antinyamuk alami karena daun pepaya mengandung flavonoid, fenol, alkaloid, dan asam amino yang berfungsi sebagai insektisida alami dan racun serangga. Desa Klieng Meuria adalah salah satu desa di Kabupaten Aceh Besar yang menjadi desa tempat dilaksanakan kegiatan pengabdian masyarakat. Tujuan pengabdian ini adalah pemberdayaan masyarakat dengan memberikan solusi terkait dengan penggunaan daun pepaya sebagai bahan alami ramah lingkungan sebagai obat antinyamuk yang mudah didapat dan digunakan. Hasil pengabdian ini adalah masyarakat desa Klieng Meuria dapat membuat sediaan antinyamuk cair ekstrak daun pepaya yang aman, ramah lingkungan, murah serta mudah didapat.
Efektivitas Antipiretik Ekstrak Etanol Daun Delima (Punica Granatum L.) pada Mencit (Mus Musculus L.) Meilina, Rulia; Izzah, Nuril; Kesumawati, Kesumawati; Safitri, Faradilla; Rezeki, Sahbainur; Kulla, Periskila Dina Kali
JOURNAL OF HEALTHCARE TECHNOLOGY AND MEDICINE Vol 9, No 1 (2023): April 2023
Publisher : Universitas Ubudiyah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33143/jhtm.v9i1.2870

Abstract

Daun delima (Punica granatum L.) secara tradisional telah banyak digunakan untuk berbagai penyakit salah satunya untuk demam. Berbagai senyawa terdapat dalam daun delima yaitu flavonoid, tanin dan saponin, dimana senyawa flavonoid berfungsi sebagai antipiretik. Metode penelitian ini Eksperimental Laboratorium. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas antipiretik dan dosis efektif ekstrak etanol daun delima pada penurunan suhu mencit. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium. Sebanyak 25 ekor dengan berat badan 20- 30 gram dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan yang terdiri dari kelompok perlakuan kontrol negatif diberikan na-CMC 0,5%, perlakuan positif diberikan paracetamol dan 3 kelompok perlakuan dengan pemberian ekstrak daun delima dosis bertingkat yaitu 100 mg/g BB, 150 mg/g BB, 200 mg/g BB. Untuk menaikkan suhu rektal, mencit diberikan suspensi pepton 5% secara oral kemudian diukur dengan menggunakan termometer digital setiap 30 menit hingga menit ke 120. Data hasil penelitian dianalisis dengan program SPSS yang dianalisis menggunakan uji ANOVA (Analysis Of Varian) dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa daun delima memiliki efektivitas antipiretik. Data yang dihasilkan berdistribusi normal (p>0,05). ekstrak etanol daun delima yang paling efektif sebagai antipiretik yaitu pada dosis 150 mg dan 200 mg/g BB. Kesimpulan penelitian daun delima memiliki aktivitas antipiretik.Kata kunci : Daun Delima, Antipiretik, PeptonPunica granatum L. have traditionally been used for various diseases, one of which is fever. Various compounds are found in pomegranate leaves, namely flavonoids, tannins and saponins, where flavonoid compounds function as antipyretics. This research method is Experimental Laboratory. This study aims to determine the effectiveness of antipyretics and effective doses of ethanol extract of pomegranate leaves in reducing the temperature of mice. The research method used is laboratory experimental. This study aims to determine the effectiveness of antipyretics and effective doses of ethanol extract of pomegranate leaves in reducing the temperature of mice. The research method used is laboratory experimental. Twenty five individuals weighing 20-30 grams were divided into 5 treatment groups consisting of a negative control group given 0.5% na-CMC, positive treatment given paracetamol and 3 treatment groups with graded doses of pomegranate leaf extract, namely 100 mg/day. g BW, 150 mg/g BW, 200 mg/g BW. To raise the rectal temperature, the mice were given orally 5% peptone suspension and then measured using a digital thermometer every 30 minutes until the 120th minute. Pomegranate has antipyretic effectiveness. The resulting data is normally distributed (p>0.05). The most effective ethanol extract of pomegranate leaves as an antipyretic is at doses of 150 mg and 200 mg/g BW. The conclusion of this study is that pomegranate leaves have antipyretic activity.Keywords : Punica granatum, Antipyretic, Pepton
FORMULASI SEDIAAN GEL EKSTRAK RIMPANG TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) SEBAGAI PEWARNA RAMBUT ALAMI Ananda, Zulia; Rahmi, Cut; Kesumawati, Kesumawati
JOURNAL OF HEALTHCARE TECHNOLOGY AND MEDICINE Vol 10, No 1 (2024): April 2024
Publisher : Universitas Ubudiyah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33143/jhtm.v10i1.4186

Abstract

Latar Belakang : Era zaman modern banyak produk yang digunakan untuk pewarna rambut. Sediaan pewarna rambut digunakan dalam tata rias untuk mewarnai rambut agar terlihat menarik. Tumbuhan yang memiliki zat warna salah satunya rimpang temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) zat warna yang terkandung adalah kurkumoid.Tujuan Penelitian : untuk mengetahui zat warna pada temulawak dapat diformulasikan sebagai gel pewarna rambut dan zat warna pada temulawak dapat menghasilkan warna terbaik pada konsentrasi tertentu.Metode Penelitian : adalah maserasi, pembuatan formulasi dengan penambahan ekstrak temulawak sebagai zat pewarna dengan 4 variasi konsentrasi 0%, 5%, 15% dan 25%, pirogalol sebagai pembangkit warna, xanthan gum sebagai pengental dan aquades sebagai pelarut. Evaluasi sediaan pewarna rambut meliputi pengujian : organoleptik, pH, iritasi, stabilitas warna yang dihasilkan, stabilitas terhadap pencucian, stabilitas terhadap matahari dan kesukaan.Hasil Penelitian : Hasil penelitian evaluasi sediaan untuk uji organoleptik menunjukan bahwa semakin besar konsentrasi yang ditambahkan maka semakin pekat warna yang dihasilkan. pH terbaik yaitu menunjukan pada F3. Uji iritasi sediaan pewarna rambut menyatakan bahwa tidak ada reaksi pada semua formula yang telah diuji. uji stabilitas warna yang dihasilkan semakin besar konsentrasi ekstrak, maka semakin gelap warna yang dihasilkan. uji stabilitas warna terhadap pencucian menunjukan formula terbaik pada F4. Uji stabilitas terhadap matahari warna rambut tidak mengalami perubahan. Uji kesukaan yang terbaik adalah F4. Zat warna pada rimpang temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) dapat diformulasikan sebagai gel pewarna rambut.Kesimpulan : Formulasi yang menghasilkan warna terbaik yaitu pada konsentrasi ekstrak rimpang temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) 25% menghasilkan warna kuning perang kecoklatan. Kata Kunci : Rimpang Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.), Rambut, Gel Pewarna Rambut.
Uji Ketahanan Formulasi Sel Ekstrak Daun Pacar Kuku (Lawsonia inermis L.) terhadap Pewarnaan Rambut Kesumawati, Kesumawati; Maghfirah, Maghfirah; Meilina, Rulia; Fitriliana, Fitriliana
JOURNAL OF HEALTHCARE TECHNOLOGY AND MEDICINE Vol 9, No 1 (2023): April 2023
Publisher : Universitas Ubudiyah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33143/jhtm.v9i1.2956

Abstract

Sediaan pewarna rambut adalah sediaan kosmetika yang digunakan dalam tata rias rambut untuk mewarnai rambut, salah satunya yaitu daun pacar kuku (lawsonia inemis L.) yang sudah digunakan masyarakat secara tradisional. Berbagai senyawa yang terkandung di dalamnya yaitu terpenoid, flavonoid dan saponin. Flavonoid merupakan senyawa aktif yang paling banyak ditemukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berapa lama ketahanan formulasi gel ekstrak daun pacar kuku terhadap pewarnaan rambut. Penelitian ini membuat 4 formulasi sediaan gel dengan bahan aktif ekstrak daun pacar kuku dengan komposisi F0 (tanpa ekstrak), FI (3%), FII (6%) dan FIII (9%) menggunakan metode ekstraksi secara dingin yaitu maserasi. Pewarnaan rambut dilakukan dengan cara rambut uban yang telah dicuci bersih dibagi menjadi 4 bagian selanjutnya dicat dan dibiarkan selama 4 jam lalu dibersihkan dan dikeringkan. dari penelitian ini yaitu (F0) coklat pudar, (FI) coklat gelap, (FII) coklat keorangean dan (FIII) coklat kemerahan. Formulasi gel ekstrak daun pacar kuku (Lawsonia inermis L.) dapat bertahan selama 6 minggu yaitu sebagai pewarna rambut semi permanen. Formulasi gel ekstrak daun pacar kuku (Lawsonia inermis L.) ini aman digunakan untuk pewarnaan rambut tanpa ada iritasi yang terjadi pada kulit. Saran dari peneliti yaitu perlu dilakukan penelitian dengan selanjutnya mengenai ekstrak daun pacar kuku (Lawsonia inermis L.) tersebut dengan formulasi dalam bentuk sediaan salep.Kata kunci : Uban, Daun Pacar Kuku (lawsonia inemis L.), Pewarna Rambut GelHair dye preparation is a cosmetic preparation used in hair make up to color hair, one of which is henna leaves (Lawsonia inemis L.) that has been traditionally used among community. Various compounds were contained in it, such as terpenoid, flavonoid and saponin. Flavonoid is the most found active compound. This research aims to determine the endurance time of henna gel formulation on hair dyeing. This research used 4 gel preparation formulations with henna leaves extract i.e. F0 (no extract), FI (3%), FII (6%) and FIII (9%) using a cooling method namely maceration. The hair dye was done by dividing the grizzle that has been washed properly into 4 parts, after cleaned and dried. The results of this study were (F0) faded brown, (FI) dark brown, (FII) orange brown and (FIII) reddish brown. The gel formulation of nail henna leaf extract (Lawsonia inermis L.) can last for 6 weeks, namely as a semi-permanent hair dye. The gel formulation of nail henna leaf extract (Lawsonia inermis L.) is safe to use for hair coloring without irritation when using hair dye preparations. The suggestion from the researcher is that further research needs to be carried out regarding the leaf extract of nail henna (Lawsonia inermis L.) with a formulation in the form of an ointment.Keywords : Grizzle, Henna Leaves (lawsonia inemis L.), Gel Hair Dye
Penetapan Kadar Lemak Dalam Daging Buah Pala (Myristica fragrans Houtt) Dengan Metode Gas Kromatografi dan Spektroskopi Massa Pardi, Pardi; Firjatullah, Teuku; Kesumawati, Kesumawati
JOURNAL OF HEALTHCARE TECHNOLOGY AND MEDICINE Vol 9, No 2 (2023): Oktober 2023
Publisher : Universitas Ubudiyah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33143/jhtm.v9i2.4210

Abstract

Latar Belakang Masalah: Tanaman pala (Myristica fragrans Houtt) merupakan tanaman daerah tropis. Salah satu manfaat tanaman pala adalah daging buah pala yang memiliki persentase sebesar 77,8%. Daging buah pala dapat dimanfaatkan sebagai pengolahan minyak. Minyak pala memiliki kandungan kadar air, protein dan lemak. Untuk menentukan kadar lemak tersebut dapat menggunakan metode Gas Kromatografi dan Massa Spektroskopi (GC-MS). Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui penetapan kadar lemak dalam daging buah pala dengan metode gas kromatografi dan spektroskopi massa. Metode Penelitian: Jenis penelitian ini yaitu penelitian kuantitatif dengan melakukan kegiatan atau perlakuan tertentu pada suatu sediaan di laboratorium. Penelitian ini dilakukan di laboratorium Farmasetika Universitas Ubudiyah Indonesia, laboratorium Mikrobiologi jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Syiah Kuala dan laboratorium Teknik Pengujian Kualitas Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 21 Februari tahun 2022. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh buah pala yang terdapat di hutan Kabupaten Aceh Selatan. Adapun sampel dalam penelitian ini diambil secara purposive sampling yaitu sebagian daging buah pala yang terdapat di Desa Simpang Tiga Kecamatan Sawang Kabupaten Aceh Selatan. Prosedur kerja awalnya dilakukan pengumpulan, herbarium, preparasi dan penentuan kadar lemak dalam daging buah pala. Hasil Penelitian: Hasil penelitian ini didapatkan 2 ml ekstrak kental daging buah pala. Kemudian hasil penelitian menggunakan metode GC-MS ditemukan kadar lemak myristin dalam minyak simplisia daging buah pala sebesar 1,05% dengan kenaikan suhu oven sebesar 2°C. Kesimpulan dan Saran: Adanya kadar lemak myristin dalam daging buah pala. Dengan demikian maka diharapkan minyak daging buah pala menjadi suatu produk usaha bagi masyarakat.Kata Kunci : Kadar Lemak, Daging Buah Pala & Metode GC-MSBackground: Nutmeg (Myristica fragrans Houtt) is a tropical plant. One of the benefits of the nutmeg plant is the flesh of the nutmeg which has a percent of 77,8%. Nutmeg flesh can be used as oil processing. Nutmeg oil contains water, protein and fat content. To determine the fat content can use the method of Gas Chromatography and Mass Spectroscopy (GC-MS). Research Purposes: The purpose of this study was to determine of fat content in nutmeg flesh using gas chromatography and mass spectroscopy methods. Research Methodolog: This type of research is quantitative research by carrying out certain activities or treatments on a preparation in the laboratory. This research was conducted at the Pharmacy Laboratory, Ubudiyah University Indonesia, the Microbiology Laboratory Department of Biology Faculty of Mathematics and Natural Sciences Syiah Kuala University and the Environmental Quality Testing Engineering Laboratory Faculty of Engineering Syiah Kuala University. The research was conducted on 21 February 2022. The population in this study were all nutmeg found in the forests of South Aceh Selatan. The sample in this study was taken by purposive sampling, namely some of the nutmeg flesh found in Village Simpang Tiga, Sawang District, South Aceh Selatan. The initial working procedure was collection, herbarium, preparation and determination of fat content in nutmeg flesh. The Research Results: The results of this study obtained 2 ml of thick extract of nutmeg flesh. Then the results of the study using the GC-MS method found that the myristin fat content in nutmeg flesh was 1,05% with in temperature an oven variation of 2°C. Conclusion and Recommendations: The fat content of myristin in the flesh of a nutmeg. Thus, it is hoped that nutmeg flesh oil will become a business product for the community.Keywords : Fat Content, Nutmeg Flesh & GC-MS Method
FORMULASI SEDIAAN GEL EKSTRAK RIMPANG TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) SEBAGAI PEWARNA RAMBUT ALAMI Astryna, Syarifah Yanti; Kesumawati, Kesumawati; Rahmi, Cut
JOURNAL OF HEALTHCARE TECHNOLOGY AND MEDICINE Vol 10, No 1 (2024): April 2024
Publisher : Universitas Ubudiyah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33143/jhtm.v10i1.4201

Abstract

Latar Belakang : Era zaman modern banyak produk yang digunakan untuk pewarna rambut. Sediaan pewarna rambut digunakan dalam tata rias untuk mewarnai rambut agar terlihat menarik. Tumbuhan yang memiliki zat warna salah satunya rimpang temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) zat warna yang terkandung adalah kurkumoid. Tujuan Penelitian : untuk mengetahui zat warna pada temulawak dapat diformulasikan sebagai gel pewarna rambut dan zat warna pada temulawak dapat menghasilkan warna terbaik pada konsentrasi tertentu. Metode Penelitian : adalah maserasi, pembuatan formulasi dengan penambahan ekstrak temulawak sebagai zat pewarna dengan 4 variasi konsentrasi 0%, 5%, 15% dan 25%, pirogalol sebagai pembangkit warna, xanthan gum sebagai pengental dan aquades sebagai pelarut. Evaluasi sediaan pewarna rambut meliputi pengujian : organoleptik, pH, iritasi, stabilitas warna yang dihasilkan, stabilitas terhadap pencucian, stabilitas terhadap matahari dan kesukaan. Hasil Penelitian : Hasil penelitian evaluasi sediaan untuk uji organoleptik menunjukan bahwa semakin besar konsentrasi yang ditambahkan maka semakin pekat warna yang dihasilkan. pH terbaik yaitu menunjukan pada F3. Uji iritasi sediaan pewarna rambut menyatakan bahwa tidak ada reaksi pada semua formula yang telah diuji. uji stabilitas warna yang dihasilkan semakin besar konsentrasi ekstrak, maka semakin gelap warna yang dihasilkan. uji stabilitas warna terhadap pencucian menunjukan formula terbaik pada F4. Uji stabilitas terhadap matahari warna rambut tidak mengalami perubahan. Uji kesukaan yang terbaik adalah F4. Zat warna pada rimpang temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) dapat diformulasikan sebagai gel pewarna rambut. Kesimpulan : Formulasi yang menghasilkan warna terbaik yaitu pada konsentrasi ekstrak rimpang temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) 25% menghasilkan warna kuning perang kecoklatan.Kata Kunci : Rimpang Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.), Rambut, Gel Pewarna Rambut.Background : In modern era, there are many products used as hair dye. Hair dye preparation is used in hair make up to color it so that it looks appealing. One of the plants with pigments is temulawak rhizome (Curcuma xanthorrhiza Roxb.), the pigment contained is called curcumoid. The objectives : The objectives of this study is to determine if the pigment in temulawak can be formulated into hair dye and if the pigment can produce the best color at a spesific concentration. Research method : The research method is maceration, the formulation making was done by adding temulawak extract as a dye with 4 variant concentration at 0%, 5%, 15% and 25%. Pirogalol as color stimulator, xanthan gum as thickener and aquades as solvent. The ovaluation of hair dye preparations are included testing: organoleptic, pH, irritation, stability of the resulting color, stability to washing, stability to the sun and preference. Results : The study results to the evaluation of organolepctic test shows that the higher the concentration added, the stronger the color produced, the best pH was found in F3. Irritation test on hair dye showed no reaction to all the formulations tested, the color stability produced stated that the higher the extract concentration, the darker the color produced at the end. The best formulation is F4 due to the color stability test to washing. Stability test to the sun shows no changes. The most preferred formulation is F4. The pigment found in temulawak rhizome (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) can be formulated into hair dye gel. Conclusion : The formulation that produces the best color is at 25% concentration of temulawak rhizome extract (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) that gives brownish yellow color.Keywords : Temulawak Rhizome (Curcuma xanthorrhiza Roxb.), Hair, Hai dye gel.
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL DAUN KEDONDONG HUTAN (Spondias pinnata (L.f) Kurz) TERHADAP PENURUNAN SUHU TUBUH MENCIT PUTIH JANTAN (Mus Musculus) YANG DIINDUKSI PEPTON Kesumawati, Kesumawati; Balqis, Cut Deresya
JOURNAL OF HEALTHCARE TECHNOLOGY AND MEDICINE Vol 9, No 2 (2023): Oktober 2023
Publisher : Universitas Ubudiyah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33143/jhtm.v9i2.4214

Abstract

Latar Belakang : Ekstrak daun tanaman kedondong hutan memiliki kandungan senyawa saponin, fenol, alkaloid, steroid dan flavonoid. Flavonoid merupakan suatu senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada tanaman dan senyawa inilah yang digunakan sebagai antipireti.Tujuan penelitian : untuk mengetahui dosis yang efektif untuk mencapai efek antipiretik pada mencit (Mus musculus L.) yang diinduksi pepton.Metode penelitian : penelitian eksperimental laboratorium yaitu sebanyak 25 ekor dengan berat badan mencit 18-20 gram. Mencit selanjutnya dibagi kedalam 5 kelompok perlakuan yang terlebih dahulu diinduksi demam menggunakan pepton. Perlakuan tererdiri dari kelompok 1 diberikan Na-CMC 1% (kontrol negatif), kelompok 2 diberikan parasetamol (kontrol positif), kelompok 3 diberikan ekstrak dengan dosis 100 mg/g BB mencit, kelompok 4 diberikan ekstrak dengan dosis 200 mg/g BB mencit, dan kelompok 5 diberikan ekstrak dengan dosis 300 mg/g BB mencit. Setelah diberi perlakuan suhu rektal mencit diukur kembali sampai percobaan pada menit ke 150 dengan interval waktu 30 menit.Hasil penelitian : hasil penelitian dianalisis dengan program SPSS yang di analisis menggunakan uji ANOVA (Analysis Of Varian) dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak memiliki aktivitas antipiretik.Kesimpulan dan Saran : daun kedondong hutan memiliki aktivitas antipiretik pada mencit dengan dosis yang efektif untuk mencapai efek antipiretik pada mencit yang diinduksi pepton 5% ialah dosis 100 mg/KgBB dan 300 mg/KgBB. Saran kepada peneliti selanjutnya untuk dapat menjadikan penelitian ini sebagai referensi dalam melakukan penelitian tentang antipiretik Kata kunci: Daun kedondong hutan, antipiretik, pepton
Formulasi dan Efektivitas Sediaan Spray Ekstrak Etanol Daun Mint (Mentha Piperita L.) Sebagai Anti Nyamuk Meilina, Rulia; Dewi, Revina; Kesumawati, Kesumawati; Husna, Asmaul; Willis, Ratna
JOURNAL OF HEALTHCARE TECHNOLOGY AND MEDICINE Vol 10, No 1 (2024): April 2024
Publisher : Universitas Ubudiyah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33143/jhtm.v10i1.3783

Abstract

ABSTRACTDampak dari gigitan nyamuk sangat merugikan bagi manusia, yang paling ringan diantaranya dapat menyebabkan gatal-gatal dan segala dampak yang ditimbulkannya juga sangat mengganggu aktifitas. Tujuan penelitian Mengetahui efektivitas sediaan spray ekstrak etanol daun mint (Mentha piperita L.) sebagai anti nyamuk alami serta mengetahui evaluasi sediaan spray ekstrak etanol daun mint (Mentha piperita L.). Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboraturium. Spray diformulasikan dengan F0 tidak ada penambahan ekstrak, sedangkan pada F1 (5%), F2 (10%), F3 (15%) ada penambahan ekstrak etanol daun mint, kemudian tahap evaluasi formulasi spray dan data uji efektivitas formulasi spray anti nyamuk dianalisis menggunakan metode statistik berupa uji One Way Anova. Hasil penelitian dari uji pH (5,5 – 4,5), daya sebar baik, tidak menimbulkan iritasi kulit, nilai uji hedonic (uji kesukaan) keterangan rata-rata suka dan efektifitas formulasi spray anti nyamuk untuk F0 terdapat 11 nyamuk yang hinggap dikarenakan tanpa kandungan ekstrak sedangkan F1, F2, F3 tidak terdapat nyamuk yang hinggap dikarenakan penambahan ekstrak etanol daun mint pada masing-masing formula. Kesimpulan penelitian adalah spray ekstrak etanol daun mint (Mentha piperita L.) sangat efektif untuk digunakan sebagai anti nyamuk alami dan hasil evaluasi formulasi spray meliputi uji pH, uji daya sebar, uji iritasi dan uji hedonic (uji kesukaan) dari Ekstrak daun mint (Mentha piperita L.) dapat digunakan sebagai anti nyamuk alami.Kata Kunci: Daun mint, spray, ekstrak, anti nyamukThe impact of mosquito bites is very detrimental to humans, the mildest of which can cause itching and all the effects it causes are also very disturbing to activities. To determine the effectiveness of ethanol extract of mint leaves (Mentha piperita L.) spray preparation as a natural mosquito repellent and to determine the evaluation of ethanol extract of mint leaves (Mentha piperita L.) spray preparation. The research method used is laboratory experimental. The spray is formulated with F0 without the addition of extract, while in F1 (5%), F2 (10%), F3 (15%) there is the addition of ethanol extract of mint leaves, then the stage of evaluating the spray formulation and mosquito repellent spray formulation test data are analyzed using statistical methods in the form of One Way Anova test. The results of the pH test (5.5 - 4.5), good spreadability, no skin irritation, hedonic test value (preference test) average description of likes and mosquito repellent spray formulation effectiveness for F0 there are 11 mosquitoes that perch because it does not contain extract while F1, F2, F3 there are no mosquitoes that perch due to the addition of ethanol extract of mint leaves in each formula. Conclusion of the spray formulation of ethanol extract from mint leaves (Mentha piperita L.) has shown high effectiveness as a natural mosquito repellent. The evaluation of the formulation includes pH testing, spreadability testing, irritation testing, and a hedonic test (preference test) to determine the suitability of mint leaf extract (Mentha piperita L.) as a natural mosquito repellent.Keyword: Mint leaf, spray, extract, mosquito repellent
Perbandingan Aktivitas Anti Bakteri Ekstrak Etanol Kulit Buah Dan Daun Jeruk Purut (Citrus hystrix DC) Terhadap Bakteri Gram Negatif Escherichia coli Azkia, Hanin; Kulla, Periskila Dina Kali; Zulwanis, Zulwanis; Kesumawati, Kesumawati; Astryna, Syarifah Yanti
JOURNAL OF HEALTHCARE TECHNOLOGY AND MEDICINE Vol 9, No 2 (2023): Oktober 2023
Publisher : Universitas Ubudiyah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33143/jhtm.v9i2.3362

Abstract

Jeruk purut (Citrus hystrix DC) merupakan tanaman herbal yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Kulit buah dan daun Jeruk purut mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, tannin, serta saponin yang terkenal sebagai senyawa yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan aktivitas ekstrak etanol kulit buah dan daun jeruk purut dalam menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium, dengan besar konsentrasi untuk masing-masing ekstrak yaitu 15%, 20%, 25% dan 25%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol kulit buah jeruk purut menghasilkan rata-rata diameter zona hambat dari konsentrasi rendah ke tinggi sebesar 15.6 mm, 18.3 mm, 18.6 mm dan 19.3 mm. Sementara itu, ekstrak etanol daun menunjukkan rata-rata diameter zona hambat yang terbentuk sebesar 13.6 mm, 14 mm, 15.3 mm dan 16.3 mm. Diameter zona hambat yang terbentuk dari kedua ekstrak masuk dalam kategori kuat. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol kulit buah dan daun jeruk purut mampu menghambat pertumbuhan bakteri. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak yang digunakan maka semakin besar diameter zona hambat yang terbentuk. Konsentrasi ekstrak etanol kulit buah dan daun jeruk purut sebesar 30% merupakan dosis terbaik dalam menghambat pertumbuhan bakteri. Ekstrak etanol kulit buah jeruk purut memiliki sifat anti bakteri lebih kuat dibandingkan dengan ekstrak etanol daun (berdasarkan luas diameter zona hambat yang terbentuk)Kata kunci : Jeruk purut (Citrus hystrix DC), Aktivitas anti bakteri, Escherichia coliKaffir lime (Citrus hystrix DC) is an herbal plant that is widely used by people in daily needs. Kaffir lime peel and leaves contain alkaloids, flavonoids, tannins, and saponins which are known that compounds potentially to inhibit bacterial growth. This study aims to compare the activity of the ethanol extract of kaffir lime peels and leaves in inhibiting the growth of Escherichia coli. The research method used was laboratory experimental, with various doses of concentration is 15%, 20%, 25% and 25%. The results showed that the ethanol extract of kaffir lime peel with average diameter of the inhibition zone from low to high concentrations is 15.6 mm, 18.3 mm, 18.6 mm and 19.3 mm. Meanwhile, the ethanol extract of the leaves showed an average diameter of the inhibition zone formed of 13.6 mm, 14 mm, 15.3 mm and 16.3 mm. The diameter of the inhibition zone from the two extracts included in the strong category of antibacterial activity. Based on the results of the study it can be concluded that the ethanol extract of kaffir lime peels and leaves is able to inhibit bacterial growth. The higher the concentration of the extract used, the larger the diameter of the inhibition zone formed. Concentration of 30% ethanol extract of kaffir lime peel and leaves are the optimum dose for inhibiting bacterial growth. The ethanol extract of kaffir lime peel has stronger anti-bacterial activities than the ethanol extract of the leaves (based on the diameter of the inhibition zone)Keyword : Kaffir lime (Citrus hystrix DC), Anti bacterial activity, Escherichia coli
Formulasi Sediaan Tabir Surya Ekstrak Daun Seledri (Apium graveolens L.) Meilina, Rulia; Dewi, Rahma; Kesumawati, Kesumawati; Kulla, Periskila Dina Kali; Rezeki, Sahbainur
JOURNAL OF HEALTHCARE TECHNOLOGY AND MEDICINE Vol 9, No 1 (2023): April 2023
Publisher : Universitas Ubudiyah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33143/jhtm.v9i1.2864

Abstract

Tabir surya merupakan kosmetik pelindung yang memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga kesehatan kulit, dari pengaruh buruk paparan sinar matahari. Penelitian ini bertujuan untuk memformulasikan dan mengetahui aktivitas tabir surya dari ekstrak daun seledri. Metode penelitian secara eksperimental laboratorium. Sediaan tabir surya diformulasikan dengan menambahkan ekstrak seledri dengan komposisi 2% (F1), 4% (F2), 6% (F3) dan kontrol negatif. setiap sediaan tabir surya diukur nilai aktivitas tabir surya. Uji aktivitas formulasi menunjukkan bahwa ekstrak daun seledri memiliki aktivitas sebagai tabir surya. Pada F1 sebesar 4,5553 SPF, F2 sebesar 7,3183 SPF, F3 sebesar 8,1573 SPF, sedangkan kontrol negatif tidak menghasilkan daya proteksi. Kesimpulan Formulasi sediaan tabir surya ekstrak daun seledri memiliki aktivitas tabir surya.Kata kunci: Tabir surya, daun seledri,  antioksidan, SPFSunscreen is a protective cosmetic that has a very important role in maintaining healthy skin, from the bad effects of sun exposure. This study aims to formulate and determine the activity of sunscreen from celery leaf extract. Laboratory experimental research methods. Sunscreen preparations are formulated by adding celery extract with a composition of 2% (F1), 4% (F2), 6% (F3) and negative control. For each sunscreen preparation, the value of sunscreen activity was measured. Formulation activity test showed that celery leaf extract has activity as a sunscreen. In F1 it was 4.5553 SPF, F2 was 7.3183 SPF, F3 was 8.1573 SPF, while the negative control did not produce any protection. Conclusion The formulation of celery leaf extract sunscreen has sunscreen activity.Keywords: Sunscreen; celery; antioxidants; SPF