Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

EFEKTIVITAS MEDIASI DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA MAKASSAR REZKY LAILANY; MUH. SUDIRMAN
SUPREMASI: Jurnal Pemikiran, Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, Hukum dan Pengajarannya Vol 14, No 2 (2019)
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (485.041 KB) | DOI: 10.26858/supremasi.v14i2.13142

Abstract

Efektivitas Mediasi dalam Kasus Perceraian di Pengadilan AgamaMakassar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, prosedur pelaksanaan mediasidalam kasus perceraian di Pengadilan Agama Makassar, faktor-faktor yangmempengaruhi proses mediasi dalam kasus perceraian di Pengadilan AgamaMakassar, upaya-upaya mediator pada proses mediasi kasus perceraian di PengadilanAgama Makassar. Untuk mencapai tujuan tersebut maka peneliti menggunakanpendekatan kualitatif, jenis penelitian deskriptif, sumber data primer dan datasekunder yaitu dokumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Prosedurpelaksanaan mediasi pada kasus perceraian di Pengadilan Agama Makassar antaralain: a) Pertemuan mediator hakim dan para pihak. b) Menjelaskan pentingnyamediasi dan tugas mediator. c) Mencari akar permasalahan d) Mengidentifikasimasalah dan mencari solusi. e) Merumuskan kesepakatan. f) Membuat laporan hasilmediasi dari pelaksanaan mediasi tersebut hanya sedikit yang berhasil dibandingkandari jumlah perkara cerai yang diajukan ke Pengadilan Agama Makassar. (2) Faktorfaktoryang mempengaruhi proses mediasi pada kasus perceraian di PengadilanAgama Makassar yaitu faktor penghambat antara lain: a) keseriusan para pihak untukmengikuti mediasi, b) sikap para penggugat, c) Para pihak telah sangat lamaberpisah, d) sikap emosional para pihak dan e) keterlibatan orang tua dalam urusanrumah tangga anaknya. Sedangkan faktor pendukung keberhasilan mediasi antaralain: a) kemampuan mediator, b) aturan yang ketat, c) keseriusan mediator dan d)kesadaran diri para pihak. (3) Upaya-upaya yang dilakukan mediator dalam prosesmediasi kasus perceraian antara lain: a) Memberikan pemahaman tentang perceraiandan akibat dari perceraian, b) Memberikan pemahaman tentang kedudukan suamidan istri dalam rumah tangga serta cara membina rumah tangga yang baik, c)melakukan pertemuan terpisah (kaukus) d) sigap dalam menangani perkara mediasie) Mempelajari psikologi para pihak. Jadi dari ketiga indikator yang dikaji peneliti,dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan mediasi di Pengadilan Agama Makassarbelum efektif.
Cadar Bagi Wanita Muslimah (Suatu Kajian Perspektif Sejarah) Muh. Sudirman
DIKTUM: Jurnal Syariah dan Hukum Vol 17 No 1 (2019): DIKTUM: JURNAL SYARIAH DAN HUKUM
Publisher : Fakultas Syariah dan Hukum Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Parepare

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (824.659 KB) | DOI: 10.35905/diktum.v17i1.651

Abstract

Niqab merupakan bagian dari salah satu jenis pakaian yang digunakan oleh sebagian perempuan di masa Jahiliyyah. Kemudian model pakaian ini berlangsung hingga masa Islam. Nabi Muhammad saw. tidak mempermasalahkan model pakaian tersebut, tetapi tidak sampai mewajibkan, menghimbau ataupun menyunahkan niqab kepada perempuan. Andaikan niqab dipersepsikan sebagai pakaian yang dapat menjaga marwah perempuan dan “wasilah” untuk menjaga keberlangsungan hidup mereka sebagaimana klaim sejumlah pihak niscaya Nabi Muhammad saw. akan mewajibkannya kepada isteri-isterinya yang dimana mereka (isteri-isteri Nabi) adalah keluarga yang paling berhak untuk dijaga oleh Nabi. Namun justru Nabi tidak melalukannya. Juga tidak berlaku bagi sahabat-sahabat perempuan Nabi. Niqab atau cadar hanyalah bagian dari pakaian yang dikenakan oleh sebagian perempuan Arab dari baik Pra Islam (sebagaimana penjelasan di atas) maupun setelahnya. Tidak ada perintah khusus mengenai pakaian ini, baik kewajiban maupun kesunahannya.
Penyerahan Penne Anreang dalam Tradisi Perkawinan Adat Bugis Parepare : Kajian Gender dan Hukum Islam Muh. Sudirman; Mustaring Mustaring
DIKTUM: Jurnal Syariah dan Hukum Vol 20 No 2 (2022): DIKTUM: Jurnal Syariah dan Hukum
Publisher : Fakultas Syariah dan Hukum Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Parepare

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (475.804 KB)

Abstract

The purpose of this research is to examine the philosophical meaning of the In Penne Anreang tradition in Bugis Parepare traditional marriages in relation to gender and Islamic law. To reveal the deep meaning of the object being studied, this research is included in the type of ethnographic research with a descriptive qualitative approach. Data obtained through interviews and documentation. The results of the understanding obtained that the meaning of the message contained in several symbols used in the tradition of surrendering penne anreang in Bugis Parepare traditional marriages contains hopes and messages, therefore it needs to be preserved. The philosophy contained in the symbols of surrender of penne anreang in Bugis Parepare traditional marriages is in line with basic principles in Islamic teachings and includes al-'urf al-sah, namely habits that are carried out in society and do not conflict with the principles of Islamic teachings, do not eliminate benefit and does not bring harm to the perpetrators. Judging from the benefit of being at the tahsniyat level, namely knowing the level of needs which if not met, it does not threaten the existence of one of the maqāshid al syariyyah (objectives of Islamic law) and does not cause difficulties.