Asmaranto, Runi
Universitas Brawijaya

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

PERENCANAAN PVD (PREFABRICATED VERTICAL DRAIN) GUNA MEMPERCEPAT KONSOLIDASI TANAH DI PLTGU MAKASSAR PEAKER SULAWESI SELATAN Setiawan, Ribut; Hendrawan, Andre Primantyo; Asmaranto, Runi
Jurnal Mahasiswa Jurusan Teknik Pengairan Vol 2, No 1 (2018)
Publisher : Jurusan Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (11.585 KB)

Abstract

ABSTRAK: Guna mendukung pengembangan daerah, PT. PLN berencana untuk membuat pembangkit listrik tenaga gas dan uap (PLTGU) di Kab. Maros Sulawesi Selatan. Namun PLTGU tersebut akan dibangun di muara sungai yang dominan tanah lempung lunak dimana penurunan konsolidasi harus diperhitungkan secara seksama. Metode pembebanan awal (preloading) dengan kombinasi prefabricated vertical drain (PVD) umum digunakan untuk mempercepat konsolidasi pada tanah lunak. Studi ini bertujuan untuk mengetahui besar dan lama penurunan akibat pembebanan awal, kombinasi pembebanan awal dan PVD serta menghitung biaya bahan dan pemasangan. Metode tersebut akan dihitung  menggunakan software Plaxis 8.2 2D dan akan dibandingkan dengan perhitungan analitis. Dapat diketahui besar dan lama waktu penurunan paling  besar akibat pembebanan awal yaitu pada bore hole (BH) 3 yaitu 0,320 m dalam 43,024 tahun pada area vital dan 0,283 m dalam 41,095 tahun. Besar dan lama penurunan akibat pembebanan awal dengan kombinasi PVD didapat sebesar 1,3 m dalam 5,687 bulan untuk pola segitiga dan 1,2 m dalam 5,597 bulan untuk pola segi empat. Biaya bahan dan pemasangan pembebanan awal dengan PVD baik jarak 1,3 m pola segitiga dan 1,2 m pola segi empat sebesar 129 milliar rupiah.   Kata Kunci: Konsolidasi, metode pembebanan awal, PVD, Plaxis 8.2 2D
ANALISIS BANJIR AKIBAT KERUNTUHAN BENDUNGAN BANYUKUWUNG DENGAN MENGGUNAKAN HEC-RAS Torimtubun, Angelina; Asmaranto, Runi
Jurnal Mahasiswa Jurusan Teknik Pengairan Vol 2, No 1 (2018)
Publisher : Jurusan Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (109.898 KB)

Abstract

ABSTRAK: Bendungan Banyukuwung merupakan bendungan urugan homogen yang dibangun tahun 1996. Batas hilir Bendungan Banyukuwung berada di Teluk Rembang (Laut Jawa). Keruntuhan Bendungan Banyukuwung dapat terjadi akibat overtopping dan piping. Dari simulasi yang dilakukan dengan program HEC-RAS 5.0.3, keruntuhan akibat overtopping merupakan peyebab keruntuhan Bendungan Banyukuwung yang menimbulkan dampak paling besar dengan banjir desain 0,5PMF dengan puncak debit QInflow 239,9 m³/det dan luas genangan 1907,475 ha dengan tinggi genangan maksimum 7,95 m. Akibat dari keruntuhan Bendungan Banyukuwung, terdapat 23 desa di bagian hilir Bendungan Banyukuwung yang terkena genangan dengan jumlah penduduk terkena risiko sebesar 17015 jiwa. Jarak Bendungan Banyukuwung sampai hilir hanya sejauh 9 km, maka Bendungan Banyukuwung termasuk dalam klasifikasi bendungan dengan bahaya tingkat 4 yaitu bahaya sangat tinggi.   Kata Kunci: keruntuhan bendungan, Bendungan Banyukuwung, overtopping, piping, HEC-RAS
ANALISA KERUNTUHAN BENDUNGAN BINTANG BANO PROV. NUSA TENGGARA BARAT DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM BOSS DAMBRK Ramadhan, Yudhistira Akbar Zulfikar; Asmaranto, Runi; Juwono, Pitojo Tri
Jurnal Mahasiswa Jurusan Teknik Pengairan Vol 2, No 1 (2018)
Publisher : Jurusan Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (13.857 KB)

Abstract

ABSTRAK: Bendungan Bintang Bano terletak di Desa Bangkatmonte, Kecamatan Brang Rea, Kabupaten Sumbawa Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Keruntuhan Bendungan Bintang Bano dapat terjadi dikarenakan overtopping dan piping. Dari analisis hidrologi nilai debit inflow kala ulang PMF sebesar 2625,887 m3/det. Dari simulasi yang dilakukan dengan program BOSS Dambrk, keruntuhan akibat overtopping pada Bendungan Bintang Bano memiliki luas genangan keruntuhan Bendungan Bintang Bano sebesar 5714,14 Ha dengan desa terdampak sejumlah 23 desa. Sementara, keruntuhan akibat piping pada Bendungan Bintang Bano memiliki luas genangan keruntuhan Bendungan Bintang Bano sebesar 5113,94 Ha dengan desa terdampak sejumlah 21 desa. Bintang Bano termasuk dalam klasifikasi bendungan dengan bahaya tingkat 4 yaitu bahaya sangat tinggi.ABSTRACT: Bintang Bano Dam is located in Bangkatmonte Village, Brang Rea District, West Sumbawa Regency, West Nusa Tenggara Province. Bintang Bano dambreak can occur due to overtopping and piping. From the hydrological analysis the PMF inflow discharge value was 2625,887 m3 / sec. The simulations carried out by the BOSS Dambrk program, the dambreak due to overtopping of the Bintang Bano Dam has an inundation area of Bintang Bano Dam in the amount of 5714.14 Ha with an affected 23 villages. Meanwhile, the dambreak due to piping in the Bintang Bano Dam has an inundation area of Bintang Bano Dam in the amount of 5113.94 Ha with the affected 21 villages. Bintang Bano is included in the classification of dams with level 4 hazards namely very high hazards.   
Studi Erosi Menggunakan Model Agricultural Non-Point Source Pollution (AGNPS) pada DAS Kali Lamong Provinsi Jawa Timur Majid, Haidar Naufal; Sholichin, Moh.; Asmaranto, Runi
Jurnal Mahasiswa Jurusan Teknik Pengairan Vol 3, No 2 (2020)
Publisher : Jurusan Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Perubahan tata guna lahan dari yang semula hutan menjadi lahan pertanian, perkebunan, maupun ladang berdampak pada tingginya laju erosi pada DAS Kali Lamong, Kabupaten Gresik, Provinsi Jawa Timur. Studi ini bertujuan untuk memetakan kondisi existing persebaran laju erosi beserta tingkat bahaya erosi pada DAS Kali Lamong, sehingga kemudian dapat diberikan saran penanggulangan berupa skenario lahan baru. Perhitungan menggunakan model Agricultural Non-Point Source Pollution (AGNPS) diperoleh laju erosi rata-rata DAS sebesar 31,771 ton/ha/tahun. Hasil analisis tingkat bahaya erosi berdasarkan Indeks Bahaya Erosi oleh Hammer (1981) diperoleh indeks dengan tingkat rendah (indeks <1) seluas 460,8 km2, tingkat sedang (indeks 1-4) seluas 200,88 km2, tingkat tinggi (indeks 4-10) seluas 42,93 km2, dan tingkat sangat tinggi (indeks >10) seluas 63,27 km2. Berdasarkan perhitungan sediment delivery ratio (SDR), didapatkan hasil perkiraan sedimen sebesar 34.228,031 ton/tahun atau 28.532,231 m3/tahun. Skenario lahan baru disusun berdasarkan RLKT - Departemen Kehutanan. Dari hasil simulasi skenario lahan baru, tidak didapati indeks bahaya erosi pada tingkat tinggi maupun sangat tinggi. Hasil tersebut menunjukkan skenario lahan yang baru dapat mengurangi laju erosi dan tingkat bahaya erosi pada DAS Kali Lamong. The transformation of land-use from forestry into agricultures, plantations, and fields have an impact on the high-rate of erosion at Kali Lamong Watershed, Gresik Regency, East Java Province. This study is purposed to map the existing condition of the erosion rate and the erosion hazard level at Kali Lamong Watershed, so that it can be resolved in the form of a new land-use scenario recommendation. Based on the calculation by using the Agricultural Non-Point Source Pollution (AGNPS) model, it is obtained the watershed’s average erosion rate of 31,771 ton/ha/year. The analysis result of the  erosion hazard level using the Erosion Hazard Index by Hammer (1981), shows that the index at low level (index <1) in an area of 460,8 km2, medium level (index 1-4) in an area of 200,88 km2, high level (index 4-10) in an area of 42,93 km2, and very high level (index >10) in an area of 63,27 km2. Based on the calculation of the sediment delivery ratio (SDR), it is obtained the sediment value of 34.228,031 ton/year or 28.532,231 m3/year. The new land-use scenario is arranged based on RLKT from the Indonesian Department of Forestry. From the simulation of the new land-use scenario result, it is not obtained the erosion hazard index at either high or very high level. The result shows that the new land-use scenario can reduce the erosion rate and the erosion hazard level at Kali Lamong Watershed.