Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

Isolasi dan Seleksi Cendawan Rhizosfer dan Endofit asal Tanaman Kelor sebagai Agens Penginduksi Perkecambahan pada Benih Padi Mirsam, Hishar; Masluki, Masluki; Mutmainnah, Mutmainnah
AGROSAINSTEK: Jurnal Ilmu dan Teknologi Pertanian Vol 5 No 1 (2021): AGROSAINSTEK: Jurnal Ilmu dan Teknologi Pertanian
Publisher : Universitas Bangka Belitung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33019/agrosainstek.v5i1.227

Abstract

Rhizosphere and endophytic fungi are functional types of microbes capable of producing secondary metabolites that can affect plant growth directly or indirectly. This study aims to isolate and test the rhizosphere and endophytic fungi' ability from Moringa (Moringa oleifera L.) against rice seeds' viability and vigor. Fungus exploration was carried out on soil samples in the rhizosphere and stem and leaf tissue of healthy Moringa plants. Isolation of fungi from the rhizosphere was carried out using 10-2 and 10-3 dilution techniques, while the isolation of endophytic fungi was carried out on the leaf and stem tissue of Moringa, then cultured on potato dextrose agar (PDA) medium. The pathogenicity test of fungi and its effect on in-vitro rice seed germination using the blotter test method, namely growing 25 rice seeds on seven-day old fungal isolates. Nineteen fungal isolates were isolated and collected from the parts of the Moringa plant. Pathogenicity observations showed that there were five fungal isolates as potential pathogens, namely isolates RF2, RF5, RF6, RF8, and EDF6. A total of four fungal isolates tested consistently showed a positive effect on seed viability and vigor with a value of ≥90%, namely isolates RF4, EDF1, EDF2, and EDFbt3.
Peningkatan Mutu Produksi Tanaman Siong Di Kecamatan Basse Sangtempe Utara Busra Bumbungan; Masluki Masluki; Mutmainnah Mutmainnah
Journal of Innovation and Applied Technology Vol 4, No 1 (2018)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (499.706 KB) | DOI: 10.21776/ub.jiat.004.01.11

Abstract

Siong is one of the economical valuable crops that grown in North Basse Sangtempe, Luwu. This plant grows wildly around the society. However, many farmers do not understand the economic potential of this plant due to low knowledge of farmer on proper cultivation techniques and post harvest handling of siong plant. The products produced of siong plant are black cincau and the siong tea that will be focus of ibm activities program that conducted in the village of Bonglo and Tede. The IbM activities conducted through the input of cultivation technology and post harvest, can improve the quality of siong plant production and certainly increase the farmers income. In addition, this knowledge can be transferred to other farmers so it can help them in developing siong plants into plants that can be cultivated intensively in North Basse Sangtempe not only in the village of Bonglo and Tede. The team provides solutions that implemented in the IbM program including: knowledge on how to seed, how to plant until how to harvest and post harvest of siong plant. High fiber content of siong plant provides a lot of benefits for the health of body adequate intake for dietary fiber to mantain health.
Respon berbagai dosis pupuk nitrogen terhadap pertumbuhan bibit tanaman kakao Masluki masluki
Perbal : Jurnal Pertanian Berkelanjutan Vol 3, No 3 (2015)
Publisher : Universitas Cokroaminoto Palopo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (267.518 KB) | DOI: 10.30605/perbal.v3i3.722

Abstract

Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui respon berbagai dosis pupuk nitrogen terhadap pertumbuhan bibit tanaman kakao. Penelitian dilaksanakan dalam bentuk percobaan yang disusun berdasarkan pola rancangan acak kelompok (RAK). Perlakuan yang dilaksanakan terdiri dari 9 taraf perlakuan yang terdiri dari tanpa pemupukan (kontrol), pemupukan nitrogen yang terdiri dari 8 taraf. Setiap perlakuan terdiri dari 5 tanaman sehingga keseluruhan jumlah tanaman yang digunakan sebanyak 135 tanaman. Perlakuan yang dicobakan adalah : n0= Kontrol,n1= 1 g Urea pohon-1 (0,45 g N pohon-1),n= 2 g Urea N pohon-1 (0,90 g N pohon-1), n3 = 3 g Urea pohon-1 (1,39 g N pohon-1),n4= 4 g Urea pohon-1 (1,8 g N pohon-1),n5 = 5 g Urea pohon-1 ( 2,25 g N pohon-1),n6= 6 g Urea pohon-1 (2,7 g N pohon-1),n7= 7 g Urea pohon-1 (3,15 g N pohon-1),n8= 8 g Urea pohon-1 (3,6 g N pohon-1). Pertambahan tinggi tanaman tertinggi terlihat pada perlakuan dosis pupuk 1 gram (n1) yang dimana nilai rata-ratanya 6,60 dan selisih tinggi tanaman terendah terlihat pada perlakuan dosis 8 gram (n8) yaitu 2,13. dosis 3 g N pohon-1 (n3) menghasilkan selisih jumlah daun terbanyak (1,12 cm) dan berbeda nyata dengan 6 g N pohon-1 (n6), dan 8 g N pohon-1 (n8) tetapi tidak berbeda nyata dengan dosis N lainnya. rata-rata daun lebih banyak terlihat pada pemberian dosis pupuk 3 gram (n3) yaitu 9,87 dan yang terendah terlihat pada pemberian dosis pupuk 6 gram (n6) yaitu 1,2. Rata-rata Bobot basah terbaik terlihat pada pemberian dosis pupuk 3 gram (n3) yaitu 28,90 g dan yang terendah terlihat pada pemberian dosis pupuk 8 gram (n8) yaitu 11,67 g. Rata-rata berat kering bibit kakao yang berumur 3 bulan, mengalami penurunan seiring dengan pemberian dosis Nitrogen yang terlalu tinggi ataupun pemberian dosis yang rendah. rata-rata warna daun terbaik terlihat pada perlakuan n3 yaitu 167,50 dan yang terendah terlihat pada perlakuan n0 yaitu 73,33 .Dosis pupuk 3 g nitrogen memberikan hasil terbaik pada warna daun bibit kakao sebesar 167,50. Pemberian pupuk dengan dosis 3 gram menunjukkan hasil terbaik pada parameter Jumlah Daun, Berat Basah, Luas Daun, Indeks Luas daun, Luas Daun Spesifik, dan warna Daun. Pupuk nitrogen 3 g berpengaruh pada parameter bobot segar sedangkan pada berat kering tidak berpengaruh nyata pada setiap perlakuan dikarenakan pada kondisi yang tidak normal seperti kurangnya cahaya yang diterima oleh tanaman akibat naungan akan menyebabkan laju fotosintesis menurun. Kata Kunci : Pupuk Nitrogen, pertumbuhan dan bibit kakao
Pengaruh pemberian jenis pupuk organik dan anorganik terhadap pertumbuhan dan produksi cabe besar katokkon varietas lokal Toraja Mutmainnah Mutmainnah; Masluki masluki
Perbal : Jurnal Pertanian Berkelanjutan Vol 5, No 3 (2017)
Publisher : Universitas Cokroaminoto Palopo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (171.083 KB) | DOI: 10.30605/perbal.v5i3.744

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian jenis pupuk organik dan anorganik terhadap pertumbuhan dan produksi cabe besar (Capsicum annuum L.) varietas lokal Toraja. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Salujambe Kecamatan Lamasi Kabupaten Luwu yang berlangsung dari bulan September sampai November 2010. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK), yang terdiri dari 6 perlakuan. Perlakuan tersebut adalah : K = Tanpa pemupukan organik dan an-organik (Kontrol), C= Kompos, A= Pupuk kandang ayam, S= Pupuk kandang sapi, P1= Pupuk Anorganik (2,5 g Urea tan-1 + 5 g SP-36 tan-1 + 2,5 g KCl tan-1) dan P2 = Pupuk Anorganik (5 g Urea tan-1 + 10 g SP-36 tan-1 + 5 g KCl tan-1). Tiap perlakuan terdiri dari 3 tanaman dengan 4 ulangan, sehingga seluruhnya terdapat 72 tanaman. Hasil yang diperoleh yaitu perlakuan pupuk kompos memberikan hasil terbaik pada umur berbunga (49,92 hari), jumlah buah per tanaman (25,92 buah), bobot buah segar (193,4 g) sedangkan pupuk kandang ayam memberikan hasil terbaik pada tinggi tanaman yaitu 30,16 cm dan bobot individu buah yaitu 30,07 g. Kata kunci: Cabe katokkon, pupuk organik, pupuk anorganik
Penggunaan Pupuk Cair Daun Gamal (Gliricidia sepium) untuk Pertumbuhan Bibit Tanaman Kakao (Theobroma cacao. L) Masluki Masluki
Perbal : Jurnal Pertanian Berkelanjutan Vol 4, No 1 (2015): 2015
Publisher : Universitas Cokroaminoto Palopo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (398 KB) | DOI: 10.30605/perbal.v4i1.72

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pegaruh penggunaan pupuk cair daun gamal (Glirisidia sepium) untuk pertumbuhan bibit tanaman kakao (Theobroma cacao. L) yang dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Cokroaminoto di Kelurahan Tobulong Kecamatan Bara Kota Palopo. Penelitian ini berlangsung dari bulan Desember 2014 samapi Februari 2015. Metode yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 5 perlakukan yang diulang sebayak 5 ulangan sehingga terbentuk 25 unit ulangan. Hasil penelitian menunjukan bahwa berbagai dosis pupuk cair daun gamal tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan bibit tanaman kakao, namun pemberian pupuk cair daun gamal dengan dosis 200 ml/polybag (P4) menujukan pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
Respon Tanaman Bayam Merah (alternanthera amoena) Terhadap Pemberian Pupuk Organik Cair (POC) Urin Sapi Masluki Masluki
Perbal : Jurnal Pertanian Berkelanjutan Vol 3, No 1 (2014): .
Publisher : Universitas Cokroaminoto Palopo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (468.207 KB) | DOI: 10.30605/perbal.v3i1.62

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menentukan dosis yang baik dari pemberikan pupuk organik cair urin sapi terhadap tanaman bayam merah. Penelitian dilaksanakan di Kelurahan Tompotikka, Kecamatan Wara, Kota Palopo, Provinsi Sulawesi Selatan, pada bulan Mei sampai dengan bulan Juni 2013. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 4 perlakuan dan 4 ulangan. Faktor perlakuan yang diberikan adalah sebagai berikut: P0 (kontrol), P1 (dosis 5 ml POC : 100 ml air), P2 (dosis 10 ml POC : 100 ml air) dan P3 (dosis 15 ml POC : 100 ml air). Hasil penelitian yang dilakukan menujukkan bahwa adanya pengaruh baik pada pemberian 15 ml POC : 100 ml terhadap tinggi serta berat basah dan 10 ml POC : 100 ml air terhadap jumlah daun serta panjang akar
Isolasi dan Seleksi Cendawan Rhizosfer dan Endofit asal Tanaman Kelor sebagai Agens Penginduksi Perkecambahan pada Benih Padi: Isolasi dan Seleksi Cendawan Rhizosfer dan Endofit asal Tanaman Kelor sebagai Agens Penginduksi Perkecambahan pada Benih Padi Hishar Mirsam; Masluki Masluki; Mutmainnah Mutmainnah
AGROSAINSTEK: Jurnal Ilmu dan Teknologi Pertanian Vol 5 No 1 (2021): AGROSAINSTEK: Jurnal Ilmu dan Teknologi Pertanian
Publisher : Universitas Bangka Belitung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33019/agrosainstek.v5i1.227

Abstract

Rhizosphere and endophytic fungi are functional types of microbes capable of producing secondary metabolites that can affect plant growth directly or indirectly. This study aims to isolate and test the rhizosphere and endophytic fungi' ability from Moringa (Moringa oleifera L.) against rice seeds' viability and vigor. Fungus exploration was carried out on soil samples in the rhizosphere and stem and leaf tissue of healthy Moringa plants. Isolation of fungi from the rhizosphere was carried out using 10-2 and 10-3 dilution techniques, while the isolation of endophytic fungi was carried out on the leaf and stem tissue of Moringa, then cultured on potato dextrose agar (PDA) medium. The pathogenicity test of fungi and its effect on in-vitro rice seed germination using the blotter test method, namely growing 25 rice seeds on seven-day old fungal isolates. Nineteen fungal isolates were isolated and collected from the parts of the Moringa plant. Pathogenicity observations showed that there were five fungal isolates as potential pathogens, namely isolates RF2, RF5, RF6, RF8, and EDF6. A total of four fungal isolates tested consistently showed a positive effect on seed viability and vigor with a value of ≥90%, namely isolates RF4, EDF1, EDF2, and EDFbt3.
Pemanfaatan Kawasan Perhutanan Sosial melalui Good Agricultural Pratices (Gap) Petani Kopi di Kecamatan Latimojong dan Suli Barat Kabupaten Luwu Masluki; Mutmainnah Mutmainnah
Abdimas Langkanae Vol. 3 No. 1 (2023)
Publisher : Pustaka Digital Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54065/jpm.v3i1.158

Abstract

Kecamatan Latimojong dan Kecamatan Suli Barat merupakan sentra pengembangan kopi di Kabupaten Luwu yang memiliki potensi pasar nasional dan ekspor yang cukup besar. Pada sisi lain, produktivitas lahan masih tergolong rendah dengan rata-rata produksi tertinggi 200 kg/ha. Pelaksanaan program pemberdayaan Masyarakat petani kopi pada Kawasan perhutanan sosial memerlukan bertujuan untuk meningkatkan produksi kopi dalam rangka menunjang kesejahteraan petani. Kegiatan dilaksanakan memlalui beberapa tahap yang dimulai dengan obesrvasi lapang, focus group discussons (FGD) sebanyak 23 peserta, pendampingan pemanfaatan lahan perhutanan sosial, penyuluhan teknik budidaya kopi secara terpadu dengan peserta sebanyak 57 orang. Jumlah petani pengelola hutan pada 5 desa mutra kerja sebanyak 960 orang. sebanyak Pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan pemanfaatan lahan pada Kawasan perhutanan sosial membutuhkan inovasi teknologi budidaya kopi secara terpadu untuk meningkatkan produktivias kebun kopi petani. Peningkatan kapasitas pengetahuan dan kelembagaan petani merupakan modal dasar dalam mengelola kawasan perhutanan sosial. Penyusunan RKU yang baik, peningkatan jiwa kewirusahaan sehingga pengusahaan komoditas izin usaha menjadi optimal, peningkatan penggunaan teknologi informasi pada semua proses kegiatan usaha, dan pengembangan industri berbasis sumber daya hutan di bagian hilir. Penyusunan Good Agricultural Practices (GAP) secara partisipatif dan teknologi ramah lingkungan menjadi perhatian khusus dalam merumuskan pengembangan komoditi kopi. Penggunaan lahan di Kecamatan Latimojong lebih dominan untuk tanaman Kopi dengan jenis Arabika, sementara di Kecamatan Suli Barat tanaman Cengkeh yang mendominasi penguasaan lahan. Produktivitas kopi di Kecamatan Latimojong dan Kecamatan Suli Barat cenderung mengalami perubahan drastis. Pemanfaatan lahan yang makin tidak sesuai dengan komoditi kopi, umur kopi yang telah lewat masa produktif, serangan hama dan penyakit serta harga kopi yang relatif murah.
Karakteristik Habitat dan Produksi Berbagai Aksesi Sagu di Tana Luwu Provinsi Sulawesi Selatan: Habitat Characteristics and Production of Various Sago Accessions in Tana Luwu South Sulawesi Province Masluki Masluki; Mochamad Hasjim Bintoro; Sudarsono Sudarsono; Herdhata Agusta
Perbal: Jurnal Pertanian Berkelanjutan Vol. 11 No. 2 (2023): Perbal: Jurnal Pertanian Berkelanjutan
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Cokroaminoto Palopo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30605/perbal.v11i2.2754

Abstract

Sagu merupakan salah satu tanaman penghasil pangan yang potensial dimasa yang akan datang jika dikelola dengan baik. Pada kondisi alami sagu tumbuh menyebar pada berbagai ekosistem yang luas. Sagu memiliki daya adaptasi yang kuat dikarenakan dapat tumbuh pada lahan bercekaman tinggi bagi tumbuhan lain. Tanaman sagu menyebar luas mulai dari Kawasan pesisir, rawa mineral, Daerah Aliran Sungai, dataran menengah hingga dataran tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik habitat berbagai aksesi sagu dan korelasinya terhadap produksi. Penelitian menggunakan metode observasi lapang dan pengujian dilaboratorium dengan analisis data kadar lengas dengan metode gravimetri, volume dengan metode ring sampel, berat jenis dengan prinsip hukum Archimedes, tekstur tanah dengan metode pipet serta analisis kimia tanah dengan pengujian di laboratorium. Koefisien korelasi menggunakan analisis korelasi Pearson untuk melihat hubungan antara kualitas tanah dengan dengan produksi sagu dengan taraf kepercayaan 95% dengan menggunakan perangkat lunak SPSS 26. Metode pengamatan hidrologi dengan mengukur tinggi muka air tanah dengan penggalian minipit dan tinggi genangan air pada daerah yang tergenang. Tipe habitat tumbuhan sagu di Tana Luwu sangat beragam ditemukan pada kondisi lahan pesisir, rawa mineral, daerah aliran sungai, dataran menengah hingga 1000 mpdl. Rata-rata produksi terendah yaitu 181.52 kg pati kering pohon-1 terdapat pada lokasi sampel rawa pesisir dengan lama genangan 3-6 bulan dengan ketinggian 10-80 cm diatas permukaan tanah saat musim hujan dan 0-40 cm dibawah permukaan tanah saat musim kemarau. Rawa pesisir tersebut dapat dikategorikan memiliki kelas hidrologi agak baik. Aksesi sagu menyebar tidak merata pada berbagai lingkungan tumbuhnya. Sago is one of the potential food-producing plants in the future if managed properly. Under natural conditions sago grows spread over a wide range of ecosystems. Sago has strong adaptability because it can grow in high stress areas for other plants. Sago plants spread widely from coastal areas, mineral swamps, watersheds, medium to highland areas. This study aims to determine the characteristics of the habitat of various sago accessions and their correlation to production. The study used field observation methods and laboratory testing with analysis of moisture content data using the gravimetric method, volume using the sample ring method, specific gravity using the principle of Archimedes' principle, soil texture using the pipette method and soil chemical analysis using laboratory testing. The correlation coefficient used Pearson's correlation analysis to see the relationship between soil quality and sago production with a 95% level of confidence using SPSS 26 software. The hydrological observation method was by measuring the height of the groundwater by digging a minipit and the height of the puddles in the inundated areas. Habitat types for sago plants in Tana Luwu are very diverse, found in coastal land conditions, mineral swamps, watersheds, medium plains up to 1000 meters above sea level. The lowest average production, namely 181.52 kg of tree-1 dry starch, was found in coastal swamp sample locations with an inundation period of 3-6 months with a height of 10-80 cm above ground level during the rainy season and 0-40 cm below ground level during the dry season. The coastal swamp can be categorized as having a rather good hydrological class. Sago accession is spread unevenly in various growing environments.