This Author published in this journals
All Journal Perspektif
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

The Kingdom of God and Human Liberation in Edward Schillebeeckx Bala, Kristoforus
Perspektif Vol. 8 N.º 2 (2013): Desember 2013
Publisher : Aditya Wacana Pusat Pengkajian Agama Dan Kebudayaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.69621/jpf.v8i2.37

Abstract

Penulis mempresentasikan pemikiran Edward Schillebeeckx tentang kerajaan Allah dan keselamatan atau pembebasan umat manusia. Kerajaan Allah adalah pemerintahan, kekuasaan Allah dalam dunia dan hidup manusia. Allah memimpin dan menyelenggarakan hidup manusia dan dunia dengan kasih, kebaikan, kebenaran, dan keadilan. Yesus Kristus diutus ke dunia untuk mewartakan kerajaan Allah. Hidup, karya, pengajaran, wafat, dan kebangkitan Yesus merupakan tanda nyata kehadiran kerajaan Allah. Manusia dan dunia diselamatkan oleh Yesus Kristus dari dosa, kejahatan, ketidakadilan, dan penderitaan. Keselamatan adalah karunia Allah dan tanggungjawab manusia. Keselamatan merangkul dimensi sekarang dan masa depan (eschaton), dimensi jasmani dan rohani. Lebih lagi, Allah menyelamatkan tidak hanya manusia tetapi juga seluruh kosmos, atau seluruh alam ciptaan. Gereja diutus Allah untuk menghadirkan kerajaan-Nya dalam dunia. Gereja harus aktif memajukan keadilan, membela hak-hak orang kecil, miskin dan menderita, memelihara bumi dan seluruh alam ciptaan. Gereja bisa berhasil dalam karya menyelamatkan manusia dan dunia, jika ia selalu meneladani dan bersatu dengan Yesus. Gereja harus menghayati tiga kebajikan teologal: cinta kasih, iman, dan harapan, serta menjadikan liturgi/doa (dimensi mistik) sebagai sumber kekuatan pelayananannya. Pemikiran Schillebeeckx menjadi inspirasi dan sekaligus kritik terhadap karya pelayanan dan misi Gereja lokal.
Peranan Doa Syafaat Bagi Karya Misi dan Evangelisasi Gereja Bala, Kristoforus
Perspektif Vol. 11 N.º 2 (2016): Desember 2016
Publisher : Aditya Wacana Pusat Pengkajian Agama Dan Kebudayaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.69621/jpf.v11i2.80

Abstract

The Church, by its very nature, is missionary. The Church is called and sent out by the Most Holy Triune God to proclaim the Good News to all peoples. Evangelization and missionary activities of the early Church were deeply rootedand supported by fervent and constant intercessory prayers of the entire Church. Intercessory prayer was also an integral part of missionary and evangelical activities of Jesus and all his apostles. However, in the modern era, the zeal for evangelization and the spirit of mission of the Church and its missionaries, for some reasons, have been increasingly diminished.The main cause of the problems in mission and evangelization is that there is no committedprayer life.The absence of payer life, in its turn, has caused spiritual dryness, fruitless missionary activities and lack of missionary zeal. Therefore, it is an urgent call for the whole Church and its missionaries to go back to spiritual source, i.e., to take prayer life seriously. All Christians are called to actively and constantly offer intercessory prayers forChurch’s missionary activities and evangelical endeavors. This article describes the meaning of intercessory prayer, characteristics or virtues of a good intercessor, theological foundations of intercessory prayer, intercessors and intercessory prayersboth in the OT and the NT. It will also describe the significance of intercessory prayer in the life of St. Arnold Janssen, the founder of three missionary congregations and some contributions of Catholic Charismatic movement to the life of the Church, especially concerning the increasing awareness of the importance of intercessory prayer and spirit of evangelismin the life of the faithful. And in the last part, it will describe the importance and the urgency of intercessory prayer for mission and evangelization in the eyes of some great Popes.
Tinjauan Buku: Hasrat Allah akan Jiwa Manusia Belajar dari Teologi St. Bonaventura Bala, Kristoforus
Perspektif Vol. 16 N.º 2 (2021): Desember 2021
Publisher : Aditya Wacana Pusat Pengkajian Agama Dan Kebudayaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.69621/jpf.v16i2.137

Abstract

.
Jesus Sophia-Ina Pade in the Light of the Prologue of John 1:1-18: Constructing Wisdom Christology from the Florenese Perspektive Bala, Kristoforus
Perspektif Vol. 8 N.º 1 (2013): June 2013
Publisher : Aditya Wacana Pusat Pengkajian Agama Dan Kebudayaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.69621/jpf.v8i1.222

Abstract

Warta iman tentang Yesus, Sabda Allah yang menjelma, seperti yang diwahyukan dalam prolog Injil Yohanes harus ditafsirkan, dimengerti dan dihayati oleh umat dalam konteks kebudayaannya. Selama ini tafsiran terhadap prolog Injil Yohanes lebih banyak menggunakan pemikiran filosofis Yunani. Penjelasan spekulatif-abstrak tentang "logos" atau "Sabdd" tidak cocok dengan alam pemikiran orang Flores. Para ahli Kitab Suci juga berpendapat bahwa prolog Yohanes memiliki motif dan nuansa kebijaksanaan, karena itu harus ditafsirkan dalam terang kitab-kitab Kebijaksanaan. Dari perspektif ini Yesus disebut Sophia atau Kebijaksanaan. Dalam Kitab Suci Perjanjian Lama, Sophia selalu ditampilkan dalam image seorang perempuan. Sering kali Sophia digambarkan dengan simbol-simbol dari alam, karena tradisi kebijaksanaan terbentuk dalam kebudayaan agraris. Image Yesus sebagai Sophia lebih cocok dengan kebudayaan agraris dan pemikiran religius-kosmis orang Flores. Dalam konsep soteriologi-kosmis orang Flores, Ina Pade dipandang sebagai liberatrix. Ada paralelisme antara Yesus Sophia dan Ina Pade sebagai personifikasi kebijaksanaan. Dari proses dialog antara kebenaran Injil dan nilai kultural setempat diharapkan bisa dihasilkan sebuah Wisdom Christology yang kontekstual. Selain itu Kristologi Kebijaksanaan yang kontekstual dapat membantu mendewasakan iman, harapan dan kasih umat kepada Yesus, Sang Sophia Ilahi.