Warta iman tentang Yesus, Sabda Allah yang menjelma, seperti yang diwahyukan dalam prolog Injil Yohanes harus ditafsirkan, dimengerti dan dihayati oleh umat dalam konteks kebudayaannya. Selama ini tafsiran terhadap prolog Injil Yohanes lebih banyak menggunakan pemikiran filosofis Yunani. Penjelasan spekulatif-abstrak tentang "logos" atau "Sabdd" tidak cocok dengan alam pemikiran orang Flores. Para ahli Kitab Suci juga berpendapat bahwa prolog Yohanes memiliki motif dan nuansa kebijaksanaan, karena itu harus ditafsirkan dalam terang kitab-kitab Kebijaksanaan. Dari perspektif ini Yesus disebut Sophia atau Kebijaksanaan. Dalam Kitab Suci Perjanjian Lama, Sophia selalu ditampilkan dalam image seorang perempuan. Sering kali Sophia digambarkan dengan simbol-simbol dari alam, karena tradisi kebijaksanaan terbentuk dalam kebudayaan agraris. Image Yesus sebagai Sophia lebih cocok dengan kebudayaan agraris dan pemikiran religius-kosmis orang Flores. Dalam konsep soteriologi-kosmis orang Flores, Ina Pade dipandang sebagai liberatrix. Ada paralelisme antara Yesus Sophia dan Ina Pade sebagai personifikasi kebijaksanaan. Dari proses dialog antara kebenaran Injil dan nilai kultural setempat diharapkan bisa dihasilkan sebuah Wisdom Christology yang kontekstual. Selain itu Kristologi Kebijaksanaan yang kontekstual dapat membantu mendewasakan iman, harapan dan kasih umat kepada Yesus, Sang Sophia Ilahi.
Copyrights © 2013