Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

PENERAPAN SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN TOLERANSI Tri Cahyono; Hendra Pribadi; Suriata Suriata
Jurnal Pengabdian Masyarakat Borneo Vol 2, No 1 (2018)
Publisher : Universitas Borneo Tarakan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35334/jpmb.v2i1.409

Abstract

Keberagaman adalah salah satu ciri yang dimiliki oleh bangsa Indonesia.  Kondisi yang demikian membuat toleransi menjadi satu hal mutlak yang wajib dimiliki setiap warga negara. Isu-isu intoleran sendiri menjadi isu nasional yang memanas akhir-akhir ini. Adanya media online menambah isu intoleran semakin menyebar dan rumit. Isu tersebut seolah menjadi contoh buruk bagi siswa SD ditengah gencarnya pendidikan karakter. Lingkungan yang seharusnya memberikan contoh baik bagi anak justru menjadi model yang buruk bagi anak-anak. Salah satu cara yang paling tepat untuk mengurangi perilaku intoleran adalah terus menerus mengajarkan mengenai perilaku-perilaku toleransi pada siswa melalui pembelajaran karakter di sekolah. Salah satu cara yang tepat adalah menggunakan sosiodrama. Dengan parktik melalui sosiodrama, siswa bisa merasakan pengalaman langsung dari topik yang sedang dibahas sehingga pengalaman-pengalam itu akan lebih menancap pada ingatan siswa. Berdasarkan data selama eksperimen didapatkan kesimpulan bahwa sebagian besar siswa mampu menangkap tujuan utama dari sosiodrama, minat siswa terhadap kegiatan sangat tinggi.
Dampak Negatif Academic Procrastination terhadap Rendahnya Tingkat Kelulusan Mahasiswa Universitas Borneo Tarakan Tri Cahyono
Prophetic : Professional, Empathy, Islamic Counseling Journal Vol 3, No 2 (2020): Desember
Publisher : IAIN Syekh Nurjati Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24235/prophetic.v3i2.7589

Abstract

Academic procrastination merupakan sebuah perilaku negatif yang hampir terjadi pada seluruh peserta didik. Academic procrastination merupakan perilaku penghindaran terhadap tugas-tugas akademik dengan alasan adanya aktifitas lain sehingga membuat tugas-tugas utama terabaikan. Gejala academic procrastination sebagian besar ditunjukkan dari beberapa perilaku seperti sering menunda tugas-tugas pribadi, menghindari tanggung jawab akademik dan mementingkan kegiatan lain yang sebenarnya itu hanyalah sebuah bentuk penghindaran terhadap tanggung jawab yang diembannya. Dalam skala yang lebih luas, AP bisa berdampak keputus-asaan, stress dan paranoid terhadap tanggung jawabnya sendiri. Hal itu bisa terjadi karena beberapa faktor. Beberapa penelitian mengenai faktor penyebab AP pada mahasiswa sangat bervariasi. Hal itu disebabkan berbedanya situasi yang melatarbelakangi keadaan pikologis dan sosial mahasiswa. Artinya, faktor penyebab AP pada satu instansi pendidikan tinggi akan berbeda dengan instansi pendidikan tinggi lainnya. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa indeks kelulusan mahasiswa yang lulus tepat waktu dibawah 50%. Pada faktor primer, AP bisa terjadi karena anxiety, time disorganization, poor task approach, stress and fatigue. Selain itu, faktor sekunder yang juga menjadi penyebab AP seperti low discomfort tolerance and pleasure seeking, self-depreciation, environmental disorganization dan lack of assertion.
Problematika Penerapan Layanan Konseling di Sekolah Menengah Pertama Kota Tarakan Tri Cahyono
Prophetic : Professional, Empathy, Islamic Counseling Journal Vol 4, No 2 (2021): Desember
Publisher : IAIN Syekh Nurjati Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24235/prophetic.v4i2.9661

Abstract

Konseling individual merupakan proses interaktif yang dicirikan oleh hubungan yang unik antara guru bimbingan dan konseling atau konselor dan peserta didik/konseli yang mengarah pada perubahan perilaku, konstruksi pribadi, kemampuan mengatasi situasi hidup dan keterampilan membuat keputusan. Pelaksanaan konseling di jenjang sekolah menengah mencakup berbagai aspek perserta didik seperti aspek poribadi, sosial, belajar, karir. Keberhasilan proses konseling terhadap pemecahan masalah peserta didik/konseli dievaluasi oleh guru bimbingan dan konseling atau konselor melalui pengungkapan kepuasan konseli terhadap proses konseling. Pelaksanaan layanan konseling tentunya tidak serta merta berjalan lurus tanpa ada problematika yang mengikuti. Dalam perjalanannya, terdapat berbagai macam persoalan yang mengikuti perkembangan layanan konseling di kota Tarakan. Dalam penelitian ini, penulis akan memaparkan berbagai problematika pelaksanaan layanan konseling di sekolah menegah di Kota Tarakan. Hasil temuan terhadap problematika layanan konseling jenjang SMP di Kota Tarakan diakibatkan faktor internal maupun eksternal. Data problematika layanan konseling yang paling tinggi dari faktor internal adalah konselor yang tidak memahami tahapan konseling dengan baik, sedangkan data problematika layanan konseling dari faktor eksternal yang paling tinggi adalah buruknya perspektif siswa terhadap fungsi konseling yang menyebabkan siswa enggan berpartisipasi aktif mengikuti layanan konseling.
PELATIHAN KEMANDIRIAN BELAJAR DENGAN STRATEGI INDIVIDUAL LEARNING PLAN UNTUK SISWA SMP Tri Cahyono
Jurnal Borneo Humaniora Vol 1, No 1 (2018)
Publisher : LPPM Universitas Borneo Tarakan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35334/borneo_humaniora.v1i1.863

Abstract

Kemandirian belajar (self-directed learning) adalah salah satu faktor yang paling mempengaruhi prestasi belajar siswa. Kemandirian belajar (self-directed learning) merupakan kemampuan untuk mengatur dan mengelola belajarnya sendiri. Pengelolaan belajar yang didasarkan pada inisiatif sendiri memungkinkan siswa untuk belajar sesuai minat dan kemampuannya tanpa adanya paksaan dari pihak lain. Pengelolaan belajar yang baik akan berdampak signifikan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Penelitian eksperimen ini bertujuan untuk menguji strategi individual learning plans sebagai media untuk meningkatkan kemandirian belajar siswa SMP. Individual learning plans dipilih karena metode perencanaan belajar ini memiliki keunggulan-keunggulan, seperti self instructional, stand alone, self contained, adaptive dan use friendly. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa strategi individual learning plans mampu meningkatkan kemandirian belajar siswa SMP secara signifikan. Penelitian lanjutan perlu dilakukan untuk mengetahui tingkat keefektifan strategi ini terutama pada subjek dengan karakteristik yang berbeda.
Management of Guidance and Counseling Services in The Merdeka Belajar Curriculum Tri Cahyono
Bisma The Journal of Counseling Vol. 6 No. 2 (2022): Bisma The Journal of Counseling
Publisher : Department of Guidance and Counseling, FIP, Undiksha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/bisma.v6i2.51934

Abstract

Merdeka Belajar curriculum requires school counselors to innovate services to suit the characteristics of the curriculum. Merdeka Belajar curriculum places a lot of emphasis on strengthening students' character. The character strengthening is carried out through intracurricular activities that are included in learning in each subject, and through the Pancasila Student Profile Strengthening Project (P5) which takes place outside the learning session. The program implementer involves all members of the learning committee including school counselors. Guidance and counseling have an important role in the success of the independent learning curriculum. School counselors can take part in the implementation of the Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (Pancasila Student Profile Strengthening Project/P5), especially in developing student character. School counselors should be able to develop a P5 which is innovative and fun in strengthening students' character. In addition, school counselors can also arrange guidance and counseling programs that are able to develop the character of students in accordance with the ideals of an independent curriculum. This includes compiling an assessment to measure how far the level of achievement of student character in the school is. This article describes the role of school counselors in implementing the independent learning curriculum. This article is based on a study of the role and function of guidance and counseling in the independent learning curriculum implemented by the Ministry of Education, Culture, Research and Technology.  
Implementasi Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Penguatan Profil Pelajar Pancasila Tri Cahyono
Prophetic : Professional, Empathy, Islamic Counseling Journal Vol 5, No 2 (2022): Desember
Publisher : IAIN Syekh Nurjati Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24235/prophetic.v5i2.12782

Abstract

Kurikulum merdeka belajar banyak menambahkan porsi dalam penguatan karakter. Penguatan karakter tersebut dilakukan melalui kegiatan intrakulikuler yang dimasukkan dalam pembelajaran ditiap mata pelajaran, dan melalui Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) Layanan bimbingan dan konseling memiliki peran penting dalam penguatah profil pelajar pancasila. Konselor sekolah bisa ambil bagian dalam penyusunan pelaksanaan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) karena memang sejatinya pengembangan karakter murid merupakan bagian dari tugasn dan fungsi layanan bimbingan dan konseling. Selain itu, konselor sekolah juga bisa menyusun program bimbingan dan konseling yang mampu mengambangkan karakter siswa sesuai dengan cita-cita kurikulum merdeka. Termasuk juga menyusun asesmen dalam mengukur seberapa jauh tingkat capaian karakter siswa di sekolah tersebut. Artikel ini mendiskripsikan peran konselor sekolah penerapan kurikulum merdeka belajar. Artikel ini didasarkan pada kajian tentang peran dan fungsi bimbingan dan konseling pada kurikulum merdeka belajar yang dilaksanakan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi.
LAYANAN PEMINATAN PADA KURIKULUM MERDEKA Tri Cahyono
Jurnal Bimbingan dan Konseling Borneo Vol 4, No 2 (2022): Volume 4 Nomor 2 Tahun 2022
Publisher : Universitas Borneo Tarakan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35334/jbkb.v4i2.3520

Abstract

Abstract Student specialization is a process of making choices and decisions by students in areas of expertise based on understanding their own potential and existing opportunities. Service specialization of students is the responsibility of the principal by involving all components in the school. Specialization in cross-subject options and the choice of deepening subject matter is an effort to assist students in choosing and determining the subjects to be followed in high school education units in order to understand and choose the direction of career development, and prepare themselves and choose further education up to university. according to general basic abilities, talents, interests and preferences of each student. This research is library research that examines the process of specialization services at the senior high school (SMA) level in the independent curriculum. The results of this study concluded that specialization services at the SM School level were carried out through 4 stages, including: 1) providing information on specializations; 2) data collection; 3) identification and determination of specialization; 3) adjustment and assistance; 4) monitoring and follow-up. Keywords: merdeka’s curriculum, specialization services AbstrakPeminatan peserta didik merupakan suatu proses pengambilan pilihan dan keputusan oleh peserta didik dalam bidang keahlian yang didasarkan atas pemahaman potensi diri dan peluang yang ada. Pelayanan peminatan peserta didik menjadi tanggung jawab kepala sekolah dengan melibatkan semua komponen yang ada di sekolah. Peminatan pilihan lintas mata pelajaran dan pilihan pendalaman materi mata pelajaran merupakan upaya untuk membantu peserta didik dalam memilih dan menetapkan mata pelajaran yang diikuti pada satuan pendidikan di SMA dalam rangka memahami dan memilih arah pengembangan karir, dan menyiapkan diri serta memilih pendidikan lanjutan sampai ke perguruan tinggi sesuai dengan kemampuan dasar umum, bakat, minat dan kecenderungan pilihan masing-masing peserta didik. Penelitian ini adalah penelitian Pustaka yang mengkaji proses layanan peminatan pada jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) di kurikulum merdeka. Hasil kajian ini menyimpulkan bahwa layanan peminatan pada jenjang Sekolah SM)dilakukan melalui 4 tahapan, diantaranya: 1) pemberian informasi peminatan; 2) pengumpulan data; 3) identifikasi dan penetapan peminatan; 3) penyesuaian dan pendampingan; 4) monitoring dan tindak lanjut.  Kata Kunci : Kurikulum merdeka, layanan peminatan
PELAKSANAAN LAYANAN KONSELING INDIVIDU DITINJAU DARI MODEL MODEL CONTEXT INPUT PROCESS PRODUCT (CIPP) Tri Cahyono
Jurnal Bimbingan dan Konseling Borneo Vol 4, No 1 (2022): Volume 4, Nomer 1, Tahun 2022
Publisher : Universitas Borneo Tarakan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35334/jbkb.v4i1.4083

Abstract

AbstractGuidance and counseling is held to facilitate the development of students/counselees so that they are able to actualize their potential or achieve optimal development. Guidance and counseling is a component in the entire education system, especially in schools, with guidance and counseling at school a student feels that the teacher is paying attention to the behavior he is doing. Individual counseling is the most influential part of the process of providing service assistance to counselees who need help. This service can be used if the problems faced by the individual are more personal and require several processes which can be carried out by the teacher or psychologist or the parents concerned who will do it. The implementation of individual counseling services in schools is in fact not in accordance with theory, such as counselees who do not have the courage to tell their problems directly, are not in accordance with existing counseling approaches and there is no communicative and healing relationship.Keywords: Individual Counseling, CIPPAbstractBimbingan dan konseling diselenggarakan untuk memfasilitasi perkembangan peserta didik/konseli agar mampu mengaktualisasikan potensi dirinya atau mencapai perkembangan secara optimal. Bimbingan dan konseling menjadi satu komponen dalam keseluruhan sistem pendidikan khususnya di sekolah, dengan adanya bimbingan dan konseling di sekolah seorang siswa merasa bahwa dirinya diperhatikan oleh guru atas tingkah laku yang diperbuatnya. Konseling individual menjadi bagian yang paling berpengaruh terhadap proses pemberian bantuan layanan kepada konseli yang membutuhkan bantuin. Layanan ini dapat digunakan jika permasalahan yang dihadapi individu itu lebih bersifat pribadi dan memerlukan beberapa proses yang mana dapat dilakukan oleh guru atau ahli psikolog atau orang tua yang bersangkutan yang akan melakukannya. Pelaksanaan layanan konseling individu disekolah pada kenyataannya tidak sesuai dengan teori seperti konseli yang belum berani menceritakan permasalahanya secara langsung, tidak sesuai denan pendekatan konseling yang ada dan tidak terjadi hubungan yang komunikatof dan menyembuhkan.Kata Kunci : Konseling Individu, CIPP
PELATIHAN MEDIA BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI: GURU BIMBINGAN DAN KONSELING KREATIF BERINOVASI Ni Made Diah Padmi; Tri Cahyono
Jurnal Bimbingan dan Konseling Borneo Vol 5, No 1 (2023): Vol 5 No 1, Juni 2023
Publisher : Universitas Borneo Tarakan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35334/jbkb.v5i1.4065

Abstract

AbstractThe results of the initial data in the previous study obtained an overview of the 3 problems found, namely teachers and students had not optimally utilized Information Technology facilities, had not been proficient enough in utilizing Information Technology applications that were useful in supporting Guidance and Counseling services, had never conducted development training Information Technology-based media for Guidance and Counseling teachers in Tarakan City. Based on the potential problems obtained, collaboration is carried out in providing training in the development of information technology-based media as a movement to increase teacher skills in utilizing Information Technology. This program is expected to improve the quality of Guidance and Counseling services. The goal is to maximize the use of Information Technology which is growing as a support for Guidance and Counseling services in schools. This activity carries mentoring material in optimizing Microsoft Powerpoint as a teaching medium and compiling an online assessment through Google Forms which was held for two days in the Meeting Room of SMP Negeri 1 Tarakan on Wednesday-Thursday, 28-29 July 2022.Keywords: Information Technology, Guidance CounselingAbstrakHasil data awal dalam penelitian sebelumnya, memperoleh gambaran adanya 3 permasalahan yang ditemukan yaitu guru dan Mahasiswa belum secara optimal memanfaatkan sarana Teknologi Informasi, belum cukup cakap dalam memanfaatkan aplikasi-aplikasi Teknologi Informasi yang bermanfaat dalam menunjang layanan Bimbingan dan Konseling, belum pernah dilakukan pelatihan pengembangan media berbasis Teknologi Informasi terhadap guru Bimbingan dan Konseling di Kota Tarakan. Berdasarkan potensi masalah yang diperoleh, maka dilakukan kolaborasi dalam memberikan pelatihan pengembangan media-media berbasis teknologi informasi sebagai gerakan meningkatkan kecakapan guru dalam memanfaatkan Teknologi Informasi. Program ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas layanan Bimbingan dan Konseling. Muaranya adalah memaksimalkan pemanfaatan Teknologi Informasi yang semakin berkembang sebagai penunjang layanan Bimbingan dan Konseling di sekolah. Kegiatan ini mengusung materi pendampingan dalam optimalisasi Microsoft Powerpoint sebagai media ajar dan Penyusunan Assesment Online melalui Google Formulir yang dilaksanakan selama dua hari di Ruang Pertemuan SMP Negeri 1 Tarakan pada Hari Rabu-Kamis, 28-29 Juli 2022.Kata Kunci : Teknologi Informasi, Bimbingan Konseling
KONSEP LAYANAN PEMINATAN PADA KURIKULUM MERDEKA Tri Cahyono; Ni Made Diah Padmi
Jurnal Bimbingan dan Konseling Borneo Vol 5, No 1 (2023): Vol 5 No 1, Juni 2023
Publisher : Universitas Borneo Tarakan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35334/jbkb.v5i1.4081

Abstract

AbstractDetermining the choice of cross-subject specialization, and the choice of subject depth is a process that will involve a series of choices and decisions made by students based on an understanding of their own potential and opportunities that exist in their environment. Problems will occur if students are unable to determine the choice of specialization across subjects, and specialization deepens subject matter, so that it will hinder the learning process.The merdeka curriculum provides opportunities for students to develop their abilities, talents and interests more broadly and openly in accordance with the principle of individual differences. This allows students to develop over achievement, namely students who have a level of mastery above predetermined standards both in knowledge, attitudes, and skills. For this reason, the merdeka curriculum structure provides (1) compulsory subjects to be followed by all students in one educational unit at each educational unit and level, and (2) elective subjects which are followed by students according to their choice. Compulsory subject groups are basic subject groups that must be followed by all students contained in the merdeka curriculum structure. Keywords: Merdeka curriculum, specialization services AbstrakPenetapan pilihan peminatan lintas mata pelajaran, dan pilihan pendalaman mata pelajaran adalah sebuah proses yang akan melibatkan serangkaian pengambilan pilihan dan keputusan oleh peserta didik yang didasarkan atas pemahaman potensi diri dan peluang yang ada di lingkungannya. Permasalahan akan terjadi jika peserta didik tidak mampu untuk menetukan pilihan peminatan lintas mata pelajaran, dan peminatan pendalaman materi mata pelajaran, sehingga akan menghambat proses pembelajaran.  Kurikulum merdeka memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan kemampuan, bakat dan minat secara lebih luas dan terbuka sesuai dengan prinsip perbedaan individu. Ini memungkinkan peserta didik berkembang over achievement, yakni peserta didik yang memiliki tingkat penguasaan di atas standar yang telah ditentukan baik dalam pengetahuan, sikap, maupun keterampilan. Untuk itu struktur Kurikulum merdeka menyediakan (1) mata pelajaran wajib diikuti oleh seluruh peserta didik di satu satuan pendidikan pada setiap satuan dan jenjang pendidikan, dan (2) mata pelajaran pilihan yang diikuti oleh peserta didik sesuai dengan pilihan mereka. Kelompok mata pelajaran wajib merupakan kelompok mata pelajaran dasar yang harus diikuti seluruh peserta didik yang termuat dalam struktur kurikulum merdeka.  Kata Kunci : Kurikulum merdeka, layanan peminatan