Pramusinto, Edipeni
Unknown Affiliation

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

KETERKAITAN ANTARA UPACARA ADAT TRADISIONAL SEKATEN DENGAN PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN DI KODYA SURAKARTA Pramusinto, Edipeni; Wahono, Sri Mulyani
Gemawisata: Jurnal Ilmiah Pariwisata Vol 15, No 1 (2019): GEMAWISATA JANUARI 2019
Publisher : Gemawisata: Jurnal Ilmiah Pariwisata

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Upacara adat tradisional Sekaten merupakan salah satu bentuk peninggalan kebudayaan Jawa yang dapat dijadikan atraksi wisata budaya yang potensial dan diharapkan memberikan pengaruh yang besar bagi pengembangan & pembangunan Kepariwisataan Daerah bahkan Nasional. Implikasi tersebut dapat kita lihat pada penelitian ini yang mempunyai tujuan untuk mengetahui keterkaitan antara upacara adat tradisional Sekaten dengan pengembangan di Kodya Surakarta di samping itu juga untuk mengetahui unsur-unsur yang terkandung dalam upacara adat tradisional Sekaten serta letak nilai-nilai budaya yang harus dilestarikan. Keterkaitan antara upacara adat tradisional Sekaten dengan perkembangan kepariwisataan di Kodya Surakarta terlihat pada kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan lebih mengarah pada bentuk-bentuk atraksi pariwisata yang ternyata mampu mengundang banyak wisatawan untuk datang, tidak hanya wisatawan nusantara/domestik, melainkan juga wisatawan mancanegara. Realita ini apabila dilestarikan dan dikembangkan secara kontinu akan berdampak positif terhadap pengembangan dan pembangunan kepariwisataan daerah bahkan nasional, karena dari penyelenggaraan upacara adat tradisional Sekatenakan muncul komponen-komponen kebutuhan wisatawan yang lain, seperti: akomodasi, makan, minum, transportasi dan jasa penunjang lainnya. Dalam kaitan ini suksesnya kegiatan Sekaten tergantung pada unsur yang terlibat, yakni :pemerintah, swasta dan masyarakat dan keterlibatan tersebut harus bersifat saling mendukung dan menguntungkan. Bermuara dari uraian tersebut di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa upacara-upacara adat tradisional yang hidup pada masyarakat kita, seperti halnya: Sekaten, dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan dan pembangunan kepariwisataan di tanah air.
PERANAN KESENIAN JATHILAN TERHADAP PENGEMBANGAN PARIWISATA DI KABUPATEN KENDAL Mulyani, Sri; Pramusinto, Edipeni
Gemawisata: Jurnal Ilmiah Pariwisata Vol 13, No 1 (2017): GEMAWISATA JANUARI 2017
Publisher : Gemawisata: Jurnal Ilmiah Pariwisata

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kabupaten Kendal tempat  berkembangnya berbagai  kesenian yang merupakan budaya Jawa. Salah satu dari kesenian tersebut adalah Jathilan (kuda Kepang). Seni pertujukan ini semula lebih bersifat sakral dan digunakan untuk menunjang upacara ritual. Sejalan dengan perkembangan masyarakat yang rasional dan globalisasi, maka seni telah berubah sesuai dengan kebutuhan, seni untuk seni, seni untuk hiburan, seni untuk pariwisata. Pemerintah, pemerintah Daerah menggalakkan industri pariwisata dengan mengenalkan budaya daerah, salah satunya menampilkan kesenian Jathilan (kuda kepang). Kesenian Jathilan adalah seni tari yang berupa gerakan maju mundur dan berlari sebagaimana gerakan kuda yang sedang “njathil” yaitu menari-nari dan berlari. Hal ini sangat relevan karena penari menggunakan salah satu peralatan kuda yang dibuat dari bambu yang dianyam (kepang). Pengembangan pariwisata dengan jalan mengembangkan kesenian tradisional Jathilan dikemas dengan baik agar dapat menarik wisatawan untuk datang ke Kendal dan masyarakat tetap melestarikan dan menyayangi kesenian Jathilan.Kata kunci : Jathilan, kesenian daerah, pariwisata.
KESADARAN MASYARAKAT DALAM MEMELIHARA KOMPLEKS PERCANDIAN DIENG UNTUK MENINGKATKAN KUNJUNGAN WISATA DI WILAYAH WONOSOBO Pramusinto, Edipeni; Wahono, Sri Mulyani; Hutomo, Rubyah
Gemawisata: Jurnal Ilmiah Pariwisata Vol 12, No 1 (2015): GEMAWISATA MEI 2015
Publisher : Gemawisata: Jurnal Ilmiah Pariwisata

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Wilayah Wonosobo merupakan daerah wisata yang menarik untuk dikunjungi oleh wisatawan sejak zaman penjajahan Belanda hingga sekarang. Salah satu penyebab wisatawan tertarik berwisata ke wilayah ini adalah karena faktor ketersediaan destinasi wisata yang menarik bagi wisatawan, di antaranya adalah adanya kompleks percandian Dieng yang termasuk dalam destinasi wisata sejarah.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana masyarakat memelihara dan menjadikan kompleks percandian menarik, sehingga banyak dikunjungi wisatawan, yang kemudian dapat meningkatkan taraf hidup mereka.            Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif interaktif. Sasaran penelitian adalah dokumen tentang destinasi-destinasi wisata; selain itu juga para praktisi pariwisata di wilayah Wonosobo. Data dikumpulkan melalui survey, pengamatan dan wawancara mendalam. Data yang telah dikumpulkan diinterpretasi untuk ditarik kesimpulan.            Hasil penelitian menunjukkan bahwa jika tahun 2014 yang lalu tren wisata Dieng lebih cenderung ke Sunrise, di tahun 2015 candi Arjuna Dieng menjadi lebih popular. Faktor utama yang menyebabkan banyaknya wisatawan yang datang mengunjungi destinasi ini adalah karena letak candi Arjuna Dieng yang strategis dan mudah dijangkau. Faktor lain, karena lokasi ini sering dijadikan tempat untuk menyelenggarakan pertunjukan mengenaievent-event budaya dan seni terutama festival budaya Dieng
POTENSI KESENIAN TAYUB DI GROBOGAN SEBAGAI DAYA TARIK WISATA Wahono, Sri Mulyani; Pramusinto, Edipeni
Gemawisata: Jurnal Ilmiah Pariwisata Vol 14, No 2 (2018): GEMAWISATA JULI 2018
Publisher : Gemawisata: Jurnal Ilmiah Pariwisata

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Seni tari Tayub adalah salah satu kesenian rakyat yang berkembang di daerah Jawa Tengah, yang pada mulanya berfungsi sebagai kesenian ritual, terutama sebagai pelengkap dalam upacara pasca panen dan perkawinan. Karena tuntutan zaman yang semakin bersifat profan dan komersial, seni tari Tayub kemudian mengalami perubahan fungsi, yaitu : tidak hanya sebagai tarian ritual tetapi juga sebagai hiburan. Perubahan fungsi tersebut, Tayub kemudian diidentifikasikan dengan pornografi. Citra negatif itu antara lain diakibatkan karena dalam acara Tayub disajikan minuman keras, demikian pula halnya dengan para penarinya; mereka umumnya berpakaian dan berperilaku yang merangsang birahi. Untuk menjaga agar citra seni tari Tayub kembali baik dan juga tetap eksis, maka diperlukan keterlibatan Pemerintah c.q. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan termasuk Dinas Pariwisata untuk menangani masalah tersebut di atas dalam bentuk antara lain : pembinaan, baik kepada para penari dan pemain yang terlibat dalam seni tari Tayub maupun kepada masyarakat pencinta kesenian Tayub. Dengan demikian, diharapkan kesenian Tayub tidak lagi diidentifikasikan sebagai pertunjukan yang bersifat pornografis dan juga diharapkan kesenian Tayub tetap eksis sebagai aset daya tarik pariwisata Jawa Tengah yang mampu menarik minat wisatawan, baik dari nusantara maupun mancanegara untuk berkunjung ke Jawa Tengah.