Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Aktivitas Antioksidan Sediaan Lip Balm yang Mengandung Ekstrak Etanol Buah Labu Kuning (Curcubita moschata D.) Utami, Sheila Meitania; Fadhilah, Humaira; Aprilivani, Saskia Nur
Sainstech Farma: Jurnal Ilmu Kefarmasian Vol 15 No 2 (2022): Sainstech Farma: Jurnal Ilmu Kefarmasian
Publisher : LPPM, INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37277/sfj.v15i2.1087

Abstract

Antioksidan merupakan senyawa pemberi elektron (electron donor) atau reduktan. Ekstrak etanol buah labu kuning (Curcubita moschata D.) telah diakui memiliki aktivitas antioksidan dengan menggunakan metode DPPH. Pengujian aktivitas antioksidan dengan penentuan nilai IC50 diharapkan dapat menjadi informasi tentang kekuatan aktivitas antioksidan dengan memanfaatkan ekstrak buah labu kuning. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui aktivitas antioksidan pada formulasi sediaan lip balm yang mengandung ekstrak etanol buah labu kuning. Penelitian ini menggunakan metode DPPH dan dibuat dalam sediaan lip balm yang mengandung ekstrak etanol buah labu kuning dengan variasi konsentrasi 2% (FI), 4% (FII) dan 8% (FIII). Hasil penelitian menunjukan bahwa ekstrak etanol buah labu kuning mempunyai nilai IC50 148,32 ppm, sedangkan formulasi sediaan lip balm ekstrak labu kuning pada FI mempunyai nilai IC50 242,54 ppm, dan FII diperoleh IC50 216,78 ppm yang termasuk dalam golongan aktivitas antioksidan yang sangat lemah. Sediaan FIII diperoleh IC50 172,46 ppm dan termasuk dalam golongan aktivitas antioksidan lemah. Dapat disimpulkan bahwa FIII sedian lip balm mempunyai aktivitas antioksidan yang paling baik dibandingkan FI dan FII.
IDENTIFIKASI INTERAKSI OBAT PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN OBAT – OBAT PENYAKIT KOMORBID DI RUMAH SAKIT X DI TANGERANG SELATAN Fadhilah, Humaira; Kasumawati, Frida; Kinanti, Dyah Ayuning Dewi
Edu Masda Journal Vol 7, No 1 (2023): Edu Masda Journal Volume 7 Nomor 1
Publisher : STIKes Kharisma Persada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52118/edumasda.v7i1.186

Abstract

Patients with diabetes mellitus are generally treated with pharmacological therapy. In blood glucose control, concomitant treatment for other diseases leads to polypharmacy and can cause drug-related problems. Drug interactions are one of the major drug-related problems. The higher the number of drugs used by the patient, the higher the potential for drug interactions. The aim of this study was to determine drug interactions in type 2 diabetes mellitus patients with comorbid drugs at X Hospital in South Tangerang. This research is a non-experimental research with a descriptive research design. The research sample used medical record data of type 2 diabetes mellitus patients aged from adults to the elderly who had comorbid diseases which were taken by purposive sampling method. The results showed that there were 92 female patients (60.2%), while 61 male patients (39.8%). The largest age group was late elderly patients with an age range of 56-65 years with 79 patients (51.6%). Potential drug interactions were found in 85 cases (55.5%) with major severity in 2 cases (1.3%), moderate in 60 cases (39.2%), and minor in 23 cases (15%). The most common interaction mechanism found was pharmacodynamic interactions in 45 cases (29.4%). The potential for drug interactions in patients with type 2 diabetes mellitus with comorbid drugs is found quite often, so it is necessary to increase awareness of this potential drug interaction.ABSTRAKPasien diabetes melitus umumnya banyak diobati dengan terapi farmakologis. Pada pengendalian glukosa darah, pengobatan bersamaan untuk penyakit lainnya mengarah kepada polifarmasi dan dapat menyebabkan masalah terkait obat. Interaksi obat adalah salah satu masalah utama terkait obat. Jika jumlah obat-obatan yang digunakan pasien semakin tinggi, maka potensi interaksi obat semakin tinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui interaksi obat pada pasien diabetes melitus tipe 2 dengan obat-obat penyakit komorbid di Rumah Sakit X di Tangerang Selatan. Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental dengan rancangan penelitian deskriptif. Sampel penelitian menggunakan data rekam medis pasien diabetes melitus tipe 2 usia dewasa sampai lansia yang memiliki penyakit komorbid yang diambil dengan metode purposive sampling. Hasil menunjukan pasien perempuan berjumlah 92 orang (60,2 %), sedangkan laki – laki berjumlah 61 orang (39,8 %). Kelompok usia terbanyak adalah pasien lansia akhir dengan rentang usia 56 – 65 tahun sebanyak 79 pasien (51,6 %). Potensi interaksi obat didapatkan sebanyak 85 kasus (55,5 %) dengan tingkat keparahan mayor sebanyak 2 kasus (1,3 %), moderate 60 kasus (39,2 %), dan minor 23 kasus (15 %). Mekanisme interaksi yang paling banyak ditemukan adalah interaksi farmakodinamik sebanyak 45 kasus (29,4 %). Potensi interaksi obat pada pasien diabetes melitus tipe 2 dengan obat-obat penyakit komorbid cukup sering ditemukan sehingga perlu meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi interaksi obat ini.
TINGKAT KEPATUHAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU PADA PENGGUNAAN OBAT ANTI TUBERKULOSIS DI BEBERAPA PUSKESMAS KECAMATAN SAWANGAN Rahajeng, Suny Koswara; Fadhilah, Humaira; Kristyowati, Anis Dwi; Afriani, Dwi
Edu Masda Journal Vol 8, No 1 (2024): Edu Masda Journal Volume 8 Nomor 1
Publisher : STIKes Kharisma Persada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52118/edumasda.v8i1.194

Abstract

The incidence of Tuberculosis in Indonesia is still relatively high. The high incidence of Tuberculosis can be influenced by several factors, namely the level of knowledge and behavior of patients regarding non-compliance with taking Anti-Tuberculosis Medication. The purpose of this study was to determine the level of adherence of pulmonary TB patients to the use of anti-tuberculosis drugs in several Puskesmas Sawangan District, to determine the characteristics of pulmonary TB patients based on gender, age, education and employment status, and identify who is the supervisor of taking anti-tuberculosis drugs for pulmonary TB patients. This study used a non- experimental (observational) design with a cross-sectional research design. This study uses the total sampling method, where the number of samples is the same as the population and obtained 35 respondents who meet the inclusion criteria. The data obtained were analyzed in a simple descriptive manner by displaying the frequency and percentage. Based on the results of the study, it is known that the characteristics of pulmonary TB patients studied were 35 respondents with the distribution of characteristics mostly male as many as 22 respondents (63%), the largest age group category was in the range of 36-49 years (late adulthood) as many as 17 respondents. (48%), the highest education level was at the senior high school level as many as 24 respondents (69%), and the highest employment status was private employees with 18 respondents (51.5%). The results of measuring the level of adherence to taking anti-tuberculosis drugs using the MMAS-8 method from 35 respondents obtained that 30 respondents (86%) had high adherence, 4 (11%) had moderate adherence, and 1 person (3%) had adherence. low. The results of the study can be concluded that pulmonary TB patients in several Sawangan sub-districts can be said to be obedient, with high and moderate levels of compliance.Abstrak Angka kejadian Tuberkulosis di Indonesia masih tergolong tinggi. Tingginya angka kejadian Tuberkulosis tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu tingkat pengetahuan dan perilaku pasien terhadap ketidakpatuhan minum Obat Anti Tuberkulosis. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kepatuhan pasien TB paru pada penggunaan obat anti tuberkulosis di beberapa puskesmas Kecamatan Sawangan, mengetahui karakteristik pasien TB paru berdasarkan jenis kelamin, usia, pendidikan dan status pekerjaan, dan mengidentifikasi siapakah pengawas minum obat anti tuberkulosis pasien TB paru. Penelitian ini menggunakan desain non ekperimental (observasional) dengan rancangan penelitian cross-sectional. Penelitian ini menggunakan metode Total sampling yaitu dimana jumlah sampel sama dengan populasi dan diperoleh 35 responden yang memenuhi kriteria inklusi. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif sederhana dengan menampilkan frekuensi dan persentase. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa karakteristik pasien TB paru yang diteliti didapatkan sebanyak 35 responden dengan distribusi karakteristik sebagian besar berjenis kelamin laki-laki sebanyak 22 responden (63%), kategori kelompok usia terbanyak pada rentang 36-49 tahun (dewasa akhir) sebanyak 17 responden (48%), tingkat pendidikan terbanyak pada jenjang SMA sebanyak 24 responden (69%), dan status pekerjaan terbanyak adalah Karyawan swasta sebanyak 18 responden (51,5%). Hasil pengukuran tingkat kepatuhan minum obat anti tuberkulosis paru dengan metode MMAS-8 dari 35 responden diperoleh sebanyak 30 responden (86%) memiliki kepatuhan Tinggi, sebanyak 4 orang (11%) memiliki kepatuhan sedang, dan sebanyak 1 orang (3%) memiliki kepatuhan rendah. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pasien TB Paru di beberapa Kecamatan Sawangan dapat dikatakan patuh, dengan tingkat kepatuhan tinggi dan sedang.
ANALISIS TINGKAT KEPATUHAN PENGGUNAAN OBAT ANTIDIABETES ORAL PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE II Fadhilah, Humaira; Kasumawati, Frida; Yuningsih, Dini
Edu Masda Journal Vol 7, No 2 (2023): Edu Masda Journal Volume 7 Nomor 2
Publisher : STIKes Kharisma Persada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52118/edumasda.v7i2.190

Abstract

Diabetes mellitus (DM) is a disease caused by impaired insulin work, impaired insulin secretion, or both, resulting in hyperglycemia. Sufferers of chronic diseases that require long-term treatment, such as DM, are often non-compliant. Non-adherence to treatment is a serious problem because it affects the effectiveness of treatment. Research objective: To determine the level of compliance with the use of oral antidiabetic drugs in patients with type II diabetes mellitus. Research method: This research uses a descriptive observational method. The research sample used was 102 patients with a total sampling technique. Data collection uses a questionnaire. Data analysis was carried out statistically, displayed in percentage form. Research Results: Based on the number of patients in the age criteria of 56-65 years there were 35 patients (34.3%), female gender was 72 patients (70.58%), high school education level was 42 patients (41.17). Based on the level of compliance with the use of oral antidiabetic drugs, 0% is classified as low compliance, 50.98% is classified as moderate compliance and 49.02% is classified as high compliance. From this data, it is recommended that hospital pharmacy installation staff and patients collaborate to achieve the expected level of compliance.AbstrakDiabetes melitus (DM) merupakan penyakit yang disebabkan oleh gangguan kerja insulin, gangguan sekresi insulin, atau kedua-duanya sehingga mengakibatkan hiperglikemia. Penderita penyakit kronis yang memerlukan pengobatan jangka panjang, seperti DM, seringkali tidak patuh. Ketidakpatuhan terhadap pengobatan merupakan masalah serius karena mempengaruhi efektivitas pengobatan. Tujuan penelitian: Untuk mengetahui tingkat kepatuhan penggunaan obat antidiabetes oral pada pasien diabetes mellitus tipe II. Metode penelitian: Penelitian ini menggunakan metode deskriptif observasional. Sampel penelitian yang digunakan 102 pasien dengan teknik total sampling. Pengambilan  data  menggunakan kuesioner. Analisis  data  dilakukan  secara  statistik,ditampilkan  dalam  bentuk persentase. Hasil Penelitian: berdasarkan banyaknya jumlah pasien pada kriteria usia 56-65 tahun sebanyak 35 pasien (34,3%), jenis kelamin perempuan sebanyak 72 pasien (70,58%), tingkat pendidikan SMA  sebanyak 42 pasien (41,17). Berdasarkan tingkat kepatuhan penggunaan obat antidiabetes oral adalah sebanyak 0% tergolong kepatuhan rendah, sebanyak 50,98% tergolong kepatuhan sedang dan sebanyak 49,02% tergolong kepatuhan tinggi. Dari data tersebut disarankan kerjasama petugas Instalasi Farmasi Rumah Sakit dan pasien agar tercapai tingkat kepatuhan yang diharapkan.
Gambaran Pelayanan Informasi Obat (PIO) pada Pasien di Klinik Bahar Medika 2 Periode Maret - Juni 2023 Rahajeng, Suny Koswara; Rizki Imansari, Aulia Nadya; Fadhilah, Humaira; Sayyidah, Sayyidah; Maharani, Anis Dwi
PHRASE (Pharmaceutical Science) Journal Vol 4, No 1 (2024): Pharmaceutical Science Journal Vol 4 No 1, 2024
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Widya Dharma Husada Tangerang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52031/phrase.v4i1.735

Abstract

Pelayanan Informasi Obat (PIO) merupakan kegiatan penyediaan dan pemberian informasi yang dilakukan oleh Apoteker kepada dokter, Apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya. Hal yang perlu disampaikan mengenai PIO kepada pasien antara lain nama obat, sediaan obat, dosis obat, cara pakai obat, penyimpanan obat, indikasi obat, kontra indikasi obat, efek samping obat, dan interaksi obat. Penelitian ini merupakan jenis penelitian non eksperimental yang bersifat deskriptif. Pelayanan informasi obat yang diterima olehh pasien mengenai pemberian informasi obat melalui leaflet atau brosur sebanyak 21,38% selalu dilakukan, informasi terkait nama obat sebanyak 54,14% selalu dilakukan, bentuk sediaan obat sebanyak 58,28% selalu dilakukan, dosis obat sebanyak 76,55% selalu dilakukan, cara pemakaian obat sebanyak 87,24% selalu dilakukan, cara penyimpanan obat sebanyak 51,38% selalu dilakukan, indikasi obat sebanyak 92,41% selalu dilakukan, interaksi obat sebanyak 52,41% selalu dilakukan, pencegahan terhadap interaksi obat sebanyak 56,21% selalu dilakukan, efek samping obat sebanyak 50,69% selalu dilakukan, cara pemusnahan obat sebanyak 15,52% selalu dilakukan. Hanya saja pada pelayanan informasi mengenai pemberian leaflet atau brosur hasilnya 21,38% dan cara pemusnahan obat hasilnya 15,52% yang artinya masih jarang dilakukan pemberian informasi dan edukasi oleh Apoteker kepada pasien di Klinik tersebut tentang pemberian leaflet atau brosur dan cara pemusnahan obat
Formulation and Evaluation of Gummy Candy from the Extract of Jathropa Leaf (Jatropha curcas L.) Aulia, Gina; Sayyidah, Sayyidah; Fadhilah, Humaira; Ismaya, Nurwulan Adi; Indah, Fenita Purnama Sari
Jurnal Kefarmasian Indonesia VOLUME 13, NUMBER 2, AUGUST 2023
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/jki.v13i2.6429

Abstract

People are becoming more interested in nutraceutical preparations to maintain health as the world's health problems worsen. Jatropha curcas leaves (Jatropha curcas L.) have anthelmintic properties due to tannin compounds that act as anti-worms. This study aims to produce jelly candy preparations from Jatropha curcas leaves and evaluate these preparations. There are two stages of research: raw material preparation and verification, and jelly candy formulation. This study showed that the best concentration of Jatropha leaf extract was Formula 2. Based on the phytochemical test, there were alkaloids in the Jatropha leaf extract.  The pH value of gummy candies preparations of castor leaf extract, weight uniformity test, passed the moisture content test because they met the requirements for a wide range of dosage values. Meanwhile, the Hedonic Test results show that Formula 2 is the most preferred by children. So, based on the evaluation and hedonic test results, Formula 2 is the best preparation for jelly candy from jatropha leaves.