Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

Gambar Allah Menurut Kejadian 1 Fangidae, Tony Wiyaret
Theologia in Loco Vol 2 No 1 (2020): Theologia in Loco
Publisher : STFT Jakarta, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Rancang-bangun pemahaman gambar Allah dipengaruhi oleh dua peristiwa penting yang dialami oleh bangsa Israel: penjajahan di Mesir dan pengasingan di Babilonia. Kedua pengaruh ini problematis ketika kita mengabsolutkan keduanya untuk membaca kisah penciptaan manusia di Kejadian 1. Tulisan ini merupakan sebuah usaha untuk mengatasi problematika itu dengan menawarkan perspektif pascapembuangan terhadap gambar Allah di Kejadian 1. Tulisan ini ditutup dengan implikasi gambar Allah yang menolak alienasi dan domestikasi gambar Allah.
Violence in Scripture. Interpretation: Resources for The Use of Scripture in The Church Fangidae, Tony Wiyaret
Theologia in Loco Vol 3 No 1 (2021): Theologia in Loco
Publisher : STFT Jakarta, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (221.695 KB)

Abstract

Dari Teodisi dan Antropodisi Menuju Teo-antropodisi: Mengasihi Allah dan Sesama di Tengah Pandemi COVID-19 Fangidae, Tony Wiyaret
Veritas : Jurnal Teologi dan Pelayanan Vol 19 No 2 (2020)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi SAAT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36421/veritas.v19i2.372

Abstract

From Theodicy and Anthropodicy to Theo-anthropodicy: Loving God and Loving Others Amid the COVID-19 Pandemic. Suffering is an inevitable reality. This time, the world is dealing with a COVID-19 pandemic that causes suffering in several aspects of human life such as health, social, economic, psychological, and religion. This polemic leads us to a discussion around theodicy. Theodicy is a paradigm Leibniz used to defend God's benevolence and omnipotence in front of the reality of suffering, but the theories tend to stop in the realm of theory without practice. Sontag carries the paradigm of anthropodicy in the form of social solidarity that promotes the practice of criticizing the overly abstract theodicy in defense of God regardless of human suffering. Anthropodicy seems to be too socialist and tends to hold on to human abilities, thus excluding the religious aspect in social solidarity. Levinas responded to this anxiety by carrying an ethical theodicy. The ethical theodicy paradigm is used by Levinas to demonstrate God's presence through humans who took responsibility for alleviating the suffering of his neighbor. This article proposes a new name, meaning, and development of ethical theodicy, namely theo-anthropodicy. Theo-anthropodicy is a paradigm that embraces both theodicy as well as anthropodicy. Theo-anthropodicy seeks to prove God's love neither with Leibniz-style defenses that merely theorize nor with Sontag-style social solidarity that merely promotes practices. Theo-anthropodicy correlates these theories and practices in the same way that faith (theodicy), without action (anthropodicy) is dead. Theo-anthropodicy is  based on the principles of "loving God with all your heart, soul and mind" and "loving others as yourself."
Anugerah yang Meresahkan: Menggumuli Teks-Teks Kekerasan di Perjanjian Lama Fangidae, Tony Wiyaret
GEMA TEOLOGIKA: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian Vol 6 No 2 (2021): Gema Teologika: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian
Publisher : Faculty of Theology Duta Wacana Christian University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21460/gema.2021.62.547

Abstract

AbstractOld Testament readers tend to deselect or discredit texts that contain violent connotation. This creates a bad impression of the Old Testament. This article attempts to overcome the polemics about such texts within the Old Testament by offering a new theology of grace. The construction of grace is grounded on texts concerning love, justice, peace, and other words of positive values. As a conclusion, this article suggests violent-connotated texts as an unsettling grace. AbstrakTeks-teks yang berbicara tentang kekerasan dalam Perjanjian Lama cenderung disisihkan atau diabaikan oleh pembaca. Hal itu memberi kesan buruk tentang Perjanjian Lama. Tulisan ini mencoba mencari solusi atas polemik teks-teks kekerasan di dalam Perjanjian Lama dengan menawarkan teologi anugerah yang baru. Konstruksi anugerah dilandasi oleh teks-teks yang berbicara tentang kasih, keadilan, kedamaian, dan kata-kata bernilai positif lainnya. Tulisan ini ditutup dengan mengonstruksi teks-teks kekerasan sebagai anugerah yang meresahkan.
Gambar Allah Menurut Kejadian 1: Sebuah Penolakan terhadap Alienasi Subjek dan Domestikasi Gambar Allah Tony Wiyaret Fangidae
Theologia in Loco Vol 2 No 1 (2020): Theologia in Loco
Publisher : STFT Jakarta, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (383.379 KB) | DOI: 10.55935/thilo.v2i1.132

Abstract

A constructive understanding of the image of God is influenced by two important events that is experienced by the Israelites: colonization in Egypt and alienation in Babylon. These two influences are problematic when we absolve them to read the story of human creation in Genesis 1. This article attempts to overcome the problem through a post-exilic perspective on the image of God in Genesis 1. This article concludes that the implication of the image of God rejects the alienation and domestication of God’s image.
Violence in Scripture. Interpretation: Resources for The Use of Scripture in The Church: Resources for the use of scripture in the church Tony Wiyaret Fangidae
Theologia in Loco Vol 3 No 1 (2021): Theologia in Loco
Publisher : STFT Jakarta, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (221.695 KB) | DOI: 10.55935/thilo.v3i1.221

Abstract

Meninjau Ulang Teks Perang dalam Kitab Suci Ibrani : Sumbangan dari Keluaran 14:13-14, 15:3 Tony Wiyaret Fangidae
Societas Dei: Jurnal Agama dan Masyarakat Vol 8 No 2 (2021): Agama dan Keamanan
Publisher : Reformed Center for Religion and Society

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33550/sd.v8i2.244

Abstract

This article carefully discusses the war texts in the Hebrew Bible used to legitimize war in solid form. This concern is discussed specifically regarding the texts that narrate war in the Hebrew Bible (Ex 14: 13-14, 15: 3), which are used for war purposes and in the name of God. The use of scriptural texts and God’s involvement in war shifts the war paradigm from common war to holy war. This article focuses on the discourse of war in the Hebrew Bible and tries to draw several conclusions that can help the reader understand the polemic of the relationship between the Hebrew Bible and war. This article closes with a statement that the war texts in the Hebrew Bible has the capacity to deconstruct the paradigm of war as well as to encourage readers to put forward liberation and freedom.
FILSAFAT HERMENEUTIKA: PERGULATAN ANTARA PERSPEKTIF PENULIS DAN PEMBACA Tony Wiyaret Fangidae; Dina Datu Paonganan
Jurnal Filsafat Indonesia Vol. 3 No. 3 (2020)
Publisher : Undiksha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jfi.v3i3.26007

Abstract

Hermes merupakan seorang dewa Yunani yang bertugas mengantar pesan dari dewa lainnya. Setidaknya ada dua pengertian dari tugasnya, yaitu: Hermes mesti menyampaikan pesan dewa kepada audiens yang mungkin tidak mengerti bahasa dan isyarat dewa, sehingga Hermes berusaha untuk menjelaskan pesan itu dengan kemampuan pengertian audiensnya; dan Hermes mesti menyampaikan maksud dewa secara original. Ketika seorang membaca suatu teks, ketegangan antara dua tugas Hermes itu terjadi, yaitu  antara “maksud penulis teks” atau “penafsiran dari pembaca”. Artikel ini menawarkan metode hermeneutika Rudolf Bultmann dan Martin Heidegger untuk menyatakan bahwa hermeneutika teks dan pembaca senantiasa bersinggungan satu dengan yang lain dalam proses menafsir.
Pedoman Teori Pedagogis untuk Membaca Teks-teks Kekerasan di dalam Perjanjian Lama Agustinus Setiawidi; Tony Wiyaret Fangidae
DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol 5, No 2 (2021): April 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Intheos Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30648/dun.v5i2.355

Abstract

Abstract. This article proposes a guideline of pedagogical theory for reading, understanding, and dealing with violent texts in the Old Testament. This guideline is a collaborative construction of readers being able to place themselves as friends of violent texts in the Old Testament. This study was conducted by elaborating Eric Seibert, Jerome Creach, Leo Perdue, and Matthew Schlimm thoughts in Deuteronomy 7:1-11 reading. The result was this guideline encouraged the readers to critically interpret the text with a sense of responsibility, interpret it constructively and ethically, and to reject the violent justification of the text that has the potential to inspire and motivate violence as well.Abstrak. Artikel ini menawarkan suatu pedoman teori pedagogis untuk membaca, memahami, dan menghadapi teks-teks kekerasan di dalam Perjanjian Lama. Pedoman ini merupakan sebuah rancang bangun kolaboratif dari para pembaca Alkitab yang mampu memposisikan diri mereka sebagai sahabat bagi teks-teks kekerasan di dalam Perjanjian Lama. Metode yang digunakan dalam kajian ini adalah dengan mengelaborasikan pemikiran-pemikiran Eric Seibert, Jerome Creach, Leo Perdue, dan Matthew Schlimm untuk membaca teks Ulangan 7:1-11. Hasilnya, pedoman ini memampukan pembaca untuk menginterpretasi teks secara kritis dan bertanggung jawab, secara konstruktif dan etis, sekaligus menolak pembenaran kekerasan dari teks-teks yang berpotensi untuk menginspirasi dan memotivasi kekerasan.
Gambar Allah yang Problematis: Meninjau Ulang Gambar Allah pada Kitab Suci Ibrani Tony Wiyaret Fangidae
BIA': Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Kontekstual Vol 5, No 1 (2022): Juni 2022
Publisher : Institut Agama Kristen Negeri Toraja

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34307/b.v5i1.308

Abstract

Abstract: This article is written with the understanding that the Hebrew Bible records, in general, the testimony of God’s image in both senses, good and bad ways (cruel, violent). This article aims to identify several texts in the Hebrew Bible that depict God in a violent manner. Because it has the potential to legitimate and encourage violence, God’s image is viewed as problematic and troubling. Three attempts, at least, have been constructed to deal with the problematic image of God. Firstly, defending the image of God by stating that everything God does is for a good thing. Secondly, utilizing the method of interpretation claiming that God does not really enforce violence. Thirdly, acknowledging the problematic image of God as part of God, protesting the image, and arguing that humans do not imitate the violent God. By employing the critical analysis method on a number of texts, this article revisits the three attempts to interpret the problematic image of God. In conclusion, this study proposes a reading principle for dealing with the problematic image of God: befriend the problematic image of God while protesting against it. In this way, readers avoid justifying and imitating the violent image of God. Keywords: imitating God, Interpretations, Problematic Image of God, Hebrew Bible, testimony. Abstrak: Naskah ini datang dengan kesadaran bahwa Kitab Suci Ibrani mencatat, dalam pengertian yang umum, kesaksian tentang gambar Allah yang baik dan tidak (kejam, penuh kekerasan). Naskah ini bertujuan untuk mengindentifikasi sejumlah teks dalam Kitab Suci Ibrani yang menarasikan mengenai gambar Allah yang berkonotasi kekerasan. Gambar Allah itu dipandang problematis dan meresahkan karena berpotensi untuk melegitimasi dan mendukung kekerasan. Setidaknya, ada tiga usaha yang telah dikonstruksi untuk berurusan dengan gambar Allah yang problematis. Pertama, membela gambar Allah dengan menyatakan bahwa semua yang Allah lakukan demi kebaikan. Kedua, menggunakan metode tafsir yang mengeklaim bahwa Allah tidak sungguh memberlakukan kekerasan. Ketiga, mengakui gambar Allah yang problematis sebagai bagian dari Allah dan memprotes gambar Allah itu sembari menyatakan bahwa manusia tidak mengimitasi gambar Allah yang berkonotasi kekerasan. Dengan metode analisis kritis pada sejumlah teks, naskah ini meninjau ulang ketiga usaha menginterpretasi gambar Allah yang problematis tersebut. Sebagai kesimpulan, naskah ini menawarkan sebuah prinsip membaca untuk berurusan dengan gambar Allah yang problematis: bersahabat dengan gambar Allah yang problematis sembari memprotesnya. Dengan demikian, para pembaca terhindar dari menjustifikasi dan mengimitasi gambar Allah yang berkonotasi kekerasan. Kata Kunci: Allah yang problematis, imitasi Allah, kesaksian, Kitab Suci Ibrani, tafsir.