Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

KOMPARASI PERILAKU LENTUR BALOK T BETON TULANG BERLAPIS AKIBAT BEBAN STATIS MONOTONIK DAN STATIS SIKLIK Sariman, Syahrul; Nurdin, Abd. Rahim
Jurnal Ilmiah Ecosystem Vol. 17 No. 3 (2017): Vol 17 No 3 (2017): September-Desember 2017
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat Universitas Bosowa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Jembatan gelagar beton bertulang type balok-T, merupakan konstruksi jembatan yang paling banyak digunakan di Indonesia. Dari beberapa peraturan pembebanan jembatan yang pernah dibuat, pada prinsipnya menggunakan beban bergerak berupa beban terbagi rata dan beban garis yang dalam aplikasinya dalam desain diasumsikan sebagai beban statik ekivalen. Prinsip perhitungan struktur diatas dua tumpuan sebagaimana halnya girder jembatan beton bertulang akibat momen lentur adalah bahwa bagian tekan dipikul oleh penampang beton sedangkan bagian tarik sepenuhnya dipikul oleh besi tulangan, dengan demikian ada penampang beton pada bagian tarik dibawah garis netral yang tidak diperhitungkan memikul beban, Berkaitan dengan hal itu pada penelitian ini akan dilakukan pengujian perilaku balok-T akibat tegangan lentur dengan rongga botol plastik pada penampang tarik. Ada beberapa pertimbangan yang mendasarinya antara lain pembuatan rongga akan mengurangi berat balok, mereduksi penggunaan beton dan semen, serta memanfaatkan limbah botol plastik. Bila dikaitkan dengan isu lingkungan, pengurangan semen berarti mengurangi potensi pencemaran akibat gas CO2 dan pemanfaatan limbah botol plastik berarati mereduksi pencemaran lingkungan akibat bahan plastik yang sulit terurai.Balok uji dibuat dalam 2 kondisi yakni sebagai balok- T semu dan balok-T murni dengan penampang diambil dari penampang girder jembatan beton bertulang standar dengan skala 1 : 3 yang kemudian masing-masing diuji dengan beban statis yang mewakili beban tetap dan beban statis berulang yang merupakan perwujudan dari beban bergerak pada jembatan. Hasil yang diharapkan dalam penelitian antara lain dapat mengetahui perbandingan kemampuan memikul beban pada balok-T, baik akibat perbedaan lebar efektif, maupun akibat adanya rongga pada pada penampang tarik .Selain itu juga untuk merumuskan perbedaan perilaku lentur, menyangkut (hubungan beban – lendutan, kekakuan dan daktilitas) baik pada beton maupun pada baja tulangan, dalam memikul beban statis monotonik dan beban statis siklik.
Analisis Kapasitas Lentur Balok Beton Tulang Berongga Akibat Perbedaan Kuat Tarik Tulangan Sariman, Syahrul; Irmawaty, Rita
Jurnal Ilmiah Ecosystem Vol. 21 No. 3 (2021): ECOSYSTEM Vol. 21 No 3, September - Desember Tahun 2021
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat Universitas Bosowa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35965/eco.v21i3.1302

Abstract

Penelitian ini bertujuan menetapkan karakteristik lentur balok beton tulang berongga akibat perbedaan kuat tarik tulangan.  Dalam penelitian ini  digunakan balok beton bertulang dengan mutu beton f’c=27Mpa dan dimensi  150x350mm, Panjang 3300mm dengan tulangan pokok 3D16mm  dengan kuat leleh fy=475 Mpa (type WS) dan fy=324MPa (type RM). Setiap balok dengan type tulangan yang berbeda  terdiri dari   3 balok yang dibedakan menurut panjang rongganya dan diberi notasi  BR3A,  BR3B dan BR3C.  dengan tinggi rongga tetap : 180mm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa  variasi rongga  tidak mempengaruhi kapasitas setiap balok  dalam memikul momen. Perbedaan kapasitas momen lentur disebabkan oleh perbedaan kuat tarik baja tulangan. This study aims to determine the flexural characteristics of hollow reinforced concrete beams due to differences in the tensile strength of reinforcement. In this study used reinforced concrete beams  f'c=26.85 MPa and dimensions 150x350mm, length 3300mm.  Bar reinforcement of  3D16mm with fy=475Mpa  (WStype) and fy=324MPa (RMtype). Each beam with a different type of reinforcement consists  of  3  beams that are distinguished by the length of the hollow which is  namely BR3A, BR3B and  BR3C.  with a fixed hollow  height (180mm). The results showed that hollows variations did not affect the carrying capacity of the moment. Different of  capacity  bending moment is caused by the difference in the tensile strength of the reinforcement
PENGARUH SERBUK ARANG BRIKET TERHADAP KUAT TEKAN BETON DENGAN BAHAN TAMBAH LARUTAN GULA PASIR Hijriah Hijriah; Syahrul Sariman; Melkior Lapu Rura
JURNAL SIMETRIK Vol 11, No 2 (2021)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (P3M) Politeknik Negeri Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31959/js.v11i2.882

Abstract

Seiring dengan kemajuan zaman, teknologi di bidang konstruksi bangunan juga mengalami perkembangan pesat, termasuk teknologi beton, hampir pada setiap aspek kehidupan manusia selalu terkait dengan beton. Pemakaian bahan tambah sudah banyak dilakukan dalam proses campuran beton. Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kuat tekan optimal beton dengan bahan tambah serbuk arang briket dan larutan gula pasir pada umur 28 hari. Pada penelitian ini menggunakan persentase variasi serbuk arang briket 12,%, 15%, 17,%, 20%, 22,% dan bahan tambah larutan gula pasir 0,20% dari berat semen. Tinjauan analisis penelitian ini adalah kuat tekan, dengan benda uji silinder beton berdiameter 15 cm dan tinggi 30 cm. Metode perencanaan campuran beton menggunakan metode SNI. Kuat tekan optimal beton terdapat pada variasi serbuk arang briket 17% dan larutan gula pasir 0,20%, yaitu sebesar 31,84 MPa atau meningkat 50,84% dari beton normal. Adapun Penambahan gula pasir pada campuran beton dengan dilarutkan pada air yang digunakan sebagai bahan tambahan sehingga larutnya lebih merata dibandingkan dengan mencampur langsung pada semen ataupun kerikil. Berdasarkan penelitian didapatkan kesimpulan hasil pengujian Vicat aparatus waktu ikatan awal semen adalah penambahan larutan gula pasir 0,20% memundurkan ikatan awal hingga 24 jam.
Parameters of Compressive Strength of PCC Consequence Concrete the Difference in Curing Time and Specimen Shape Syahrul Sariman; Arman Setiawan; Ridwan Ridwan
Jurnal Penelitian Pendidikan IPA Vol. 9 No. 2 (2023): February
Publisher : Postgraduate, University of Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jppipa.v9i2.2751

Abstract

The strength of concrete is determined by its compressive strength. SNI 2847-2013 has determined that the compressive strength of concrete is obtained by using a cylindrical specimen with a diameter of 15 and a height of 30 cm (C.15) or a diameter of 10 cm and a height of 20 cm (C.10) at 28 days of age. The problem commonly encountered in the field is how to estimate the acceptable compressive strength of concrete if it has not reached the age of 28 days and with specimens that do not meet the standards set out in SNI. This study aims to obtain a correction factor for the age and shape of the test object when using a cube measuring 15x15x15 cm (K.15) and not yet reaching the age of 28 days using Portland Composite Cement (PCC). Concrete is cast using 4 forms of mold namely K15, K20, C10, and C15. Then cured until the age of 7, 14, and 28 days. At each immersion age, the compressive strength of the concrete was tested for each of the 3 specimens. The results showed that the average age factor was 0.59, 0.81, and 1 at 7, 14, and 28 days of age. While the form factor of the test object against the standard K15 form shows a value of 0.950 for K20, 1.028 for C10, and 0.813 for the C15 test object
Analisis Waktu Curing dan Bentuk Specimen Terhadap Kuat Tekan Beton PCC Sariman, Syahrul; Setiawan, Arman; Ridwan, Ridwan
Jurnal Ilmiah Ecosystem Vol. 23 No. 1 (2023): ECOSYSTEM Vol. 23 No 1, Januari - April Tahun 2023
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35965/eco.v23i1.2505

Abstract

Kekuatan beton ditentukan oleh kuat tekannya. SNI 2847-2013 telah menetapkan bahwa kuat tekan beton diperoleh dengan menggunakan benda uji silinder diameter 15 dan  tinggi 30 cm  (C.15) atau diameter 10 cm tinggi 20 cm  (C.10) pada umur 28 hari. Permasalahan yang biasa ditemui di lapangan adalah bagaimana memperkirakan kuat tekan beton yang dapat diterima jika belum mencapai umur 28 hari dan dengan benda uji yang tidak memenuhi standar yang ditetapkan dalam SNI. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan faktor koreksi umur dan bentuk benda uji jika menggunakan kubus berukuran 15x15x15 cm (K.15) dan belum mencapai umur 28 hari dengan menggunakan Portland Composite Cement (PCC). Beton di cor dengan menggunakan  4 bentuk cetakan yaitu K15, K20, C10 dan C15.  kemudian dilakukan curing sampai umur 7, 14 dan 28 hari. Pada setiap umur perendaman, kekuatan tekan beton diuji untuk masing-masing 3 benda uji. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata faktor umur adalah 0,59, 0,81 dan 1 pada umur 7, 14 dan 28 hari. Sedangkan faktor bentuk benda uji terhadap bentuk standar K15 menunjukkan nilai 0,950 untuk K20, 1,028 untuk C10 dan dan 0,813 untuk benda uji C15. The strength of concrete is determined by its compressive strength. SNI 2847-2013 has determined that strong compressed concrete is obtained using cylindrical specimens with a diameter of 15 and a height of 30 cm (C.15) or a diameter of 10 cm and a height of 20 cm (C.10) at 28 days of age. The demands that are commonly encountered in the field are the acceptable compressive strength of concrete if it has not reached the age of 28 days and with specimens that do not meet the standards set out in SNI. This study aims to obtain a correction factor for the age and shape of the test object when using a cube measuring 15x15x15 cm (K.15) and not yet reaching the age of 28 days using Portland Composite Cement (PCC). Concrete is cast using 4 forms of mold namely K15, K20, C10 and C15. then cured until the age of 7, 14 and 28 days. At each immersion age, the compressive strength of the concrete was tested for each of the 3 specimens. The results showed that the average age factor was 0.59, 0.81 and 1 at 7, 14 and 28 days of age. While the form factor of the test object against the standard K15 form shows a value of 0.950 for K20, 1.028 for C10 and and 0.813 for the C15 test object.
Desain Prototipe Filter Air Bersih Berbasis Tenaga Surya Sariman, Syahrul; Swandi, Ahmad; Ratnawati, Ratnawati; Buraerah, Muh. Fikruddin; Dipalaya, Tismi
Jurnal Ilmiah Ecosystem Vol. 23 No. 2 (2023): Ecosystem Vol. 23 No 2, Mei - Agustus Tahun 2023
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35965/eco.v23i2.2877

Abstract

Keterbatasan air bersih yang layak digunakan oleh masyarakat masih menjadi masalah dibeberapa tempat khususunya di daerah terpencil yang belum memiliki akses air dari PDAM dan menggunakan air baku dari sumur dan sungai. Tidak semua air dari mata air dapat langsung digunakan, perlu adanya proses penjernihan terlebih dahulu sebelum air tersebut disimpan didalam penampungan. Penelitian ini bertujuan untuk mendesain prototipe penjernihan air baku menggunakan sistem filterasi berbasis tenaga surya. Penelitian menggunakan metode eksperimen dengan jenis pendekatan R&D. Dari hasil pengujian, prototipe ini mampu menjernihkan air dengan debit 1.368 liter/per jam. adapun data parameter air berupa suhu, TDS dan pH sebelum melalui proses filtraisi adalah masing-masing 28,3 0C, 263 ppm, 8,98. Dan setelah melalui filtrasi adalah masing-masing 27,0 0C, 109 ppm, 8,30. Sedangkan secara visual dan penciuman terjadi perubahan warna dan bau air setelah dan sebelum melewati sistem filterisasi. Tentu saja perlu pengukuran di laboratorium untuk memasikan kembali kandungan mineral atau zat-zat lainnya didalam air. Selain itu, dengan menggunakan panel surya 50 Wp, aki 12 volt 18 Ah dan pompa DC 50 watt, sistem ini dapat bekerja selama 2,8 jam dibawah sinar matahari. Tegangan, arus, daya listrik dan Efisiensi panel surya yang dihasilkan dipengaruhi oleh besar kecilnya intensitas cahaya matahari, jika intensitas matahari tinggi maka efisiensi yang dihasilkan tinggi begitu juga sebaliknya Limited clean water that is suitable for use by the community is still a problem in several places, especially in remote areas that do not have access to water from the PDAM and use raw water from wells and rivers. Not all water from springs can be used directly, there needs to be a purification process before the water is stored in the reservoir. This study aims to design a raw water purification prototype using a solar-powered filteration system. The research used an experimental method with a type of R&D approach. From the test results, this prototype is capable of purifying water with a debit of 1,368 liters/per hour. the water parameter data in the form of temperature, TDS and pH before going through the filtration process were respectively 28.3 0C, 263 ppm, 8.98. And after going through filtration are respectively 27.0 0C, 109 ppm, 8.30. Meanwhile, visually and smelling, there is a change in the color and smell of the water after and before it passes through the filtering system. Of course it needs measurements in the laboratory to reconfirm the content of minerals or other substances in the water. In addition, using a 50 Wp solar panel, 12 volt 18 Ah battery and a 50 watt DC pump, this system can work for 2.8 hours under the sun. Voltage, current, electric power and the efficiency of the resulting solar panels are affected by the size of the intensity of sunlight, if the intensity of the sun is high, the resulting efficiency will be high and vice versa