Claim Missing Document
Check
Articles

Found 17 Documents
Search

Desain Biofilik pada Gedung Sekretariat dan Laboratorium Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Ngurah Rai Idedhyana, Ida Bagus; Rijasa, Made Mariada; Saidi, Agus Wiryadhi
Arsir Vol 5, No 2 (2021): Arsir
Publisher : Universitas muhammadiyah palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32502/arsir.v5i2.3764

Abstract

Emerging from concerns about the increasing work stress (occupational disease) that has an impact on mental health, nature needs to play a bigger role in the built environment, referred to as "biophilic design." The word 'design' in question is a creative process to create or design architectural works. Biophilia is contained in the third point in the Tri Hita Karana concept which is the basis of the vision and mission of Ngurah Rai University, this concept is used as a basic concept in the development of the Ngurah Rai University Faculty of Saint and Technology building, so it is very interesting to be an object of research. The purpose of this study was to determine the relationship between Tri Hita Karana and biophilia, the application of biophilic design in the development of this building, and to find new contributions in the application of biophilic design. The method used is a qualitative method, by establishing a relationship between empirical phenomena and theory in solving research problems. The results showed three biophilic categories: nature in the space; natural analogues; and the nature of the space, which is described into fourteen biophilic design patterns, has generally been successfully applied. The presence of nature can be felt as a string of images that move from entry to workspaces. The application of biomorphic shapes and patterns with natural materials and a touch of traditional Balinese architecture is a new contribution in the application of biophilic design in this FST building.
Ornamental Variety of Garuda and Wilmana on Padmasana Architecture at Kahyangan Jagat Temple in Bali, Indonesia Ngakan Ketut Acwin Dwijendra; Ida Bagus Idedhyana; Ngakan Putu Sueca; Ida Bagus Wirawibawa
International Journal of Engineering and Emerging Technology Vol 5 No 1 (2020): January - June
Publisher : Doctorate Program of Engineering Science, Faculty of Engineering, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/IJEET.2020.v05.i01.p08

Abstract

Garuda was known in prehistoric India, where his paintings were found in the Harappa (Sindhu River valley), then spread to all corners of the world affected by Indian civilization. Its head, beak and claws are eagles, the light of the gods shining from its body. While Wilmana as a picture of a space vehicle that moves beyond the speed of thought. Wilmana is also a worldwide character, presented in the world of the internet, film and games. Padmasana architecture is a sacred building as a place/position of God, on the back is often carved by the two kinds of decoration. This research about ornamental variety is research in the context of traditional architecture, as an exploration of building concepts that have been developed in the past and are useful to apply to contemporary architecture. This study aims to re-express the meaning of Garuda and Wilmana and how they are placed on Padmasana architecture. The steps taken are to record the Padmasana in the Kahyangan Jagat Temple in Bali, followed by comparing the use of these two types of decoration on each Padmasana. The next step is to interpret the meaning by connecting the object with its past (expanding the horizon of the researcher). The results of the study show that the use of Garuda and Wilmana decoration in the Padmasana architecture is not a necessity. The use of Garuda points to the message that humans must try to free themselves from the bondage of worldly passions. While the use of Wilmana refers to the sky vehicle that carries passengers, both Giant and Dewata to the place they want. Both are symbolic decoration types, have the same position, placed on the body behind the padmasana. The position of the two becomes different if applied together, Garuda is placed in a position above Wilmana, because only a soul that has been freed from worldly slavery can ride Garuda.
PERANCANGAN RESOR WISATA DAN OLAHRAGA AIR DI PANTAI LOVINA KEBUPATEN BULELENG Ida Bagus Idedhyana; Ketut Witarka Yudiata; I Ketut Pariasa
Jurnal Teknik Gradien Vol 10 No 2 (2018): Gradien
Publisher : Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Ngurah Rai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Salah satu objek wisata yang menarik di Bali adalah Pantai Lovina yang berlokasi di Kabupaten Buleleng. Dari data badan statistik Propinsi Bali, Kabupaten Buleleng memiliki kunjungan wisatawan cukup tinggi dan terus meningkat setiap tahunnya. Resor wisata dan olah raga air yang berskala besar sangat diperlukan untuk mendukung peningkatan kunjungan pariwisata di daerah Buleleng, terutama di Pantai Lovina. Rumusan konsep dasar dalam perancangan Resor wisata dan olahraga air di Pantai Lovina ini adalah edukatif, rekreatif, dan menyatu dengan alam, dengan tema perancangan yang diterapkan adalah arsitektur neo vernacular. Tema ini mengacu pada konsep arsitektur tradisional Bali, yang memiliki konsep dalam menyusun tata ruangnya, seperti orientasi kosmologi atau dikenal dengan Sanga Mandala, hirarki ruang yang terdiri dari Tri Loka dan Tri Angga dan dimensi tradisional bali yang berdasarkan proporsi skala manusia. Konsep perancangan dipilih pola masa compound, yang terdiri dari beberapa masa bangunan yang terpisah namun memiliki satu kesatuan fungsional dari sebuah resor wisata dan olahraga air di Pantai Lovina. Pola sirkulasi yang digunakan adalah pola campuran, dengan menggabungkan sirkulasi linier dan sirkulasi radial, sehingga tercipta kesan dinamis. Untuk mendapatkan tampilan bangunan yang sesuai dengan tema, maka diterapkan bentuk arsitektur tradisional Bali dengan konsep tri angga yang diperkuat dengan ragam hias, konsep struktur, dan bahan yang di gunakan.
PERAN IDENTITAS LOKAL DALAM PENYELENGARAAN BANGUNAN GEDUNG PEMAHAMAN IKONOGRAFI HINDU DALAM UPAYA MEMPERKUAT IDENTITAS LOKAL PADA PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN DI BALI Ida Bagus Idedhyana
Jurnal Teknik Gradien Vol 10 No 1 (2018): Gradien
Publisher : Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Ngurah Rai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Ikonografi adalah gambar atau simbol tradisional atau konvensional yang terkait dengan subjek, terutama subjek religius atau legendaris (Merriam, 2017). Ikonografi Hindu dijiwai dengan makna spiritual berdasarkan tulisan suci atau tradisi budaya, telah ada lebih dari ribuan tahun silam dan asal-usulnya hilang di masa lalu. Simbol tidak berbicara dengan pikiran rasional dan tidak bisa sepenuhnya dipahami oleh logika, mereka adalah subjek kontemplasi, asimilasi, pengalaman batin dan akhir realisasi spiritual. Pemahaman dicirikan oleh tingkat analisis deskriptif dan interpretatif, ini adalah ekspresi dari titik-titik tertentu di mana dua alam bertemu, alam transendental (niṣkala) dengan alam materi (sekala). Memahami ikonografi Hindu adalah salah satu dasar desainer dan arsitek dalam upaya memasukkan identitas lokal ke dalam desain masa kini. Kemampuan dalam melakukan stilasi[1] sangat diperlukan agar tercipta bentuk baru sesuai dengan kekinian namun tetap memiliki identitas atau jatidirinya. [1] Stilasi adalah merubah bentuk asli dari sumber menjadi bentuk yang baru yangbersifat dekoratif, dengan tidak menghilangkan sepenuhnya ciri khas dari bentuk asli (Ilmuseni, 2017). Stilasi adalah bentuk atau motif yang digayakan (Sulastianto, 2008).
DESAIN PARAMETRIK PADA PERANCANGAN ARSITEKTUR Ida Bagus Idedhyana
Jurnal Teknik Gradien Vol 9 No 1 (2017): Gradien
Publisher : Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Ngurah Rai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Komputer tidaklah cukup menjadi extended hands, tapi harus menjadi extended brains, bagian dari berpikir, mengevaluasi dan mengambil keputusan. Digital arsitektur bukan sekedar kegiatan menggambar, melainkan memanfaatkan komputer sebagai proses desain secara total (Satwiko, 2010). Teknik komputasi sebagai sumber konsepsual desain arsitektur, merupakan suatu wacana bahwa model parametrik, sistem, dan ide-ide yang digunakan tidak hanya untuk merasionalisasi desain arsitektur, tapi untuk membangun dan mengembangkan cipta mereka. Era tahun 1960-an digital dalam arsitektur telah diramalkan akan memiliki efek dramatis pada desain bangunan, kedirgantaraan, dan industri yang menggunakan komputer untuk menghitung permukaan melengkung yang kompleks, kemampuan animasi dan simulasinya mampu membuat arsitek terpesona. Tahun 2006-an terobosan dalam desain parametrik menjadi berguna untuk arsitek. Kemajuan dalam bidang virtual-ilmiah, morfologi dari tumbuhan dan hewan, didukung inovasi yang bisa diterapkan dengan kecerdikan pada perancangan arsitektur.
TIPOLOGI BANGUNAN SUCI PADMA DI PURA LUHUR ANDAKASA IDA BAGUS IDEDHYANA
Jurnal Teknik Gradien Vol 8 No 1 (2016): Gradien
Publisher : Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Ngurah Rai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pura Luhur Andakasa memiliki status sebagai kahyangan jagat, terangkum secara filosofis sebagai padmabhuana, berkedudukan di selatan, warnanya merah, aksaranya “Bang”, sebagai stana Tuhan dalam perwujudan Beliau sebagai Dewa Brahma. Pura ini memiliki banyak tipologi padma, kaya dengan ragam hiasnya, semua padma dihiasi dengan Bedawang Nala (kura-kura raksasa berapi) pada bagian bawah padma. Bangunan suci padma satu dengan padma yang lain sangat mirip dalam penggunaan ragam hiasnya, sehingga sulit memaknai fungsinya. Secara umum ada tiga tipologi padma, yaitu padma capah, padmasari dan padmasana. Padma capah memakai 2 tingkat (palih) tanpa Bedawang Nala. Padmasari memakai 3 tingkat (palih) dan 1 rong (ruang kosong pada puncak padma) tanpa Bedawang Nala. Padmasana memakai 5, 7, sampai 9 tingkat (palih), dengan menggunakan 1, 2, dan 3 rong, serta dilengkapi dengan Bedawang Nala. Dengan memakai Bedawang Nala pada seluruh padma pada pura ini, membuat setiap padma terlihat memiliki fungsi yang sama, oleh karena itu perlu dilihat jumlah tingkatnya, kelengkapan ragam hiasnya serta pedagingannya (upacara yadnya untuk memfungsikan bangunan). Pada Pura Luhur Andakasa terdapat tiga tipologi padma, yaitu padma capah sebagai stana Hyang Anantabhoga, naga tertua yang berada di sapta petala (7 lapis di bawah bhurloka). Selanjutnya padma sari sebagai stana Hyang Tugu/Dewa Brahma. Terakhir adalah padmasana dengan 5 palih dan satu rong, sebagai stana Siwa Aditya. Terletak di sisi timur laut menghadap ke barat daya. Apabila dilhat tipologi berdasarkan lokasinya maka padmasana ini adalah padmasana saji.
PERANCANGAN TAPAK PADA MALL KUTA BEACHWALK, MEMADUKAN ALAM LINGKUNGAN DAN KEARIFAN LOKAL MENUJU ARSITEKTUR BERKELANJUTAN IDA BAGUS IDEDHYANA
Jurnal Teknik Gradien Vol 8 No 2 (2016): Gradien
Publisher : Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Ngurah Rai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Bergerak di ranah arsitektur, etika lingkungan sangat mempertimbangkan hubungan moral antara manusia dan alam lingkungan. Mengingat dampak berat akibat aktivitas manusia di planet bumi ini, lingkungan keberlanjutan telah menjadi isu sangat penting yang mendorong desainer untuk merancang bangunan sesuai dengan prinsip-prinsip berkelanjutan, agar tercipta ruang yang nyaman dan ramah lingkungan. Penelitian ini mempelajari desain keberlanjutan, memadukan alam dan arsitektur tradisional Bali dengan arsitektur kontemporer, dalam upaya menuju arsitektur berkelanjutan. Tulisan ini mengeksplorasi bagaimana prinsip-prinsip alam lingkungan, matahari, angin, serta kearifan lokal yang digunakan pada perancangan tapak bangunan sehingga selaras antara buatan manusia dengan alam lingkungan, terjadi efisiensi energi dan tercapai optimasi rancangan.
ASHRAM MEDITASI KUNDALINI DI BADUNG I Ketut Suita; Ngakan Putu Ngurah Nityasa; Ida Bagus Idedhyana
Jurnal Teknik Gradien Vol 8 No 1 (2016): Gradien
Publisher : Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Ngurah Rai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Perkembangan dunia spiritual di Bali khususnya meditasi kundalini membawa perubahan dalam aspek–aspek kehidupan masyarakat, metode baru dalam pembangkitan kundalini secara singkat yang dikenal dengan metode inisiasi berdampak pada tingginya minat masyarakat untuk mempelajari dan mendalami kundalini melalui meditasi.Sampai saat ini, di Kabupaten Badung belum terdapat tempat atau wadah yang menampung minat masyarakat untuk mempelajari dan mendalami meditasi kundalini secara intensif yang bersifat pendidikan non formal berbasis spiritual.Dalam perancangan Ashram Meditasi Kundalini di Badung ini menggunakan metode pengumpulan data yaitu observasi, studi literatur, wawancara maupun melalui media internet. Data-data yang telah diperoleh akan diproses melalui kompilasi, análisis, dan sintesis, dari proses tersebut dihasilkan spesifikasi umum dan spesifikasi khusus. Ashram Meditasi Kundalini di Badung merupakan tempat tinggal para guru dan murid yang mendalami kegiatan spiritual. Untuk belajar kegiatan spiritual diperlukan tempat yang layak dan memenuhi syarat ketenangan. Dalam perancangan ashram ini data yang dikumpulkan di lapangan kemudian dibandingkan dengan teori yang memiliki relevansi dengan studi pengadaan ashram. Hasil dari perbandingan ini kemudian memunculkan masalah yaitu kurangnya tempat yang representatif untuk proses pembelajaran meditasi dan pemberian informasi yang benar mengenai meditasi kundalini. Berdasarkan lokasi yang potensial mendekati atau memenuhi kriteria yang telah ditentukan maka lokasi terpilih berada di Jl. Rajawali, Desa Ayunan, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung mengingat keberadaannya pada poros Bali, dekat dengan perkotaan dan mempertimbangkan aksesibilitas dan memiliki jarak capai merata dari tiap–tiap kabupaten di Bali Konsep dasar dalam perancangan ashram ini adalah edukatif spiritual, komunikatif, dan interaktif.Dari pendekatan konsep dasar maka ditentukan tema rancangan untuk pengadaan Ashram Meditasi Kundalini di Badung ini adalah arsitektur Neo Vernakular. Dalam hal ini mengacu terhadap konsep arsitektur tradisional Bali yang memiliki konsep dasar dalam menyusun tata ruangnya seperti orientasi kosmologi atau dikenal dengan Sanga Mandala, keseimbangan/kesesuaian kosmologi dengan istilah manik ring cecupu, hirarki ruang yang terdiri dari tri loka dan tri angga dan dimensi tradisional Bali yang didasarkan pada proporsi dan skala manusia. Konsep Perancangan dipilih pola massa jamak dengan komposisi cluster yang menyebar namun tetap mempertimbangkan kesatuan (unity) dan keseimbangan (balance). Pola sirkulasi linier diterapkan untuk memperkuat kegiatan yang terjadi secara berkelanjutan di dalam fasilitas tersebut dan sesuai dengan konsep dasar dan tema. Untuk mendapatkan tampilan bangunan yang sesuai dengan konsep dasar dan tema maka diterapkan bentuk arsitektur tradisional Bali dengan konsep tri angga yang diperkuat denga ragam hias dan menggunakan bahan-bahan lokal dari alam. Konsep struktur, dan konsep utilitas juga dibahas secara menyeluruh. Rangkaian dari seluruh proses inilah sebagai dasar dalam perancangan “Ashram Meditasi Kundalini di Badung”
PERANCANGAN RESOR AGROWISATA DI DESA PUPUAN TABANAN Ni Made Ari Dwijayanti; Ida Bagus Idedhyana; Made Mariada Rijasa
Jurnal Teknik Gradien Vol 9 No 2 (2017): Gradien
Publisher : Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Ngurah Rai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting dalam pembangunan nasional. Salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki potensi kepariwisataan yang besar adalah pulau Bali. Bali memiliki kekayaan alam, seni, budaya dan adat istiadat yang sampai saat ini pariwisata masih menjadi andalan bagi provinsi Bali. Salah satu bentuk pariwisata alternatif telah banyak dikembangkan di Bali adalah mencakup kegiatan agrowisata. Salah satu daerah di Bali yang memiliki peran sertra dalam pertanian yang dapat dikembangkan sebagai kawasan agrowisata yaitu Kabupaten Tabanan. Tabanan merupakan sebuah Kabupaten di Provinsi Bali yang dikenal sebagai daerah yang memiliki kekayaan budaya dan pemandangan lahan pertanian dan perkebunan dengan lahan sawah terluas di Provinsi Bali. Salah satu desa di Kabupaten Tabanan yang berpontesi dalam perencanaan agrowisata adalah Desa Pupuan. Desa Pupuan berada di Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan yang terletak di sekitar hutan tepatnya disebelah utara kaki gunung Batukaru. Dilain pihak, Kabupaten Tabanan membutuhkan tambahan sarana akomodasi penginapan untuk menunjang pariwisata di Kabupaten Tabanan. Hal tersebut mendasari perancangan Resor Agrowisata di Desa Pupuan yang mengangkat potensi alam dan budaya Desa Pupuan, Kabupaten Tabanan. Terkait dengan kekayaan budaya dalam hal pertanian dan segala kearifan lokal yang terkandung didalamnya, Resor agrowisata yang dirancang mengarah pada konsep-konsep green architecture, dalam hal ini tidak hanya memperhatikan keserasian bangunan terhadap alam namun juga menjaga keberlangsungan budaya sebagai potensi unik yang telah melekat lama di masyarakat untuk tidak serta merta hilang ditelan perubahan jaman. Green architecture yang diterapkan pada rancangan diantaranya terkait pencahayaan alami, penghawaan, material bangunan, pengolahan air limbah bekas pakai serta pemberdayaan energi alternatif. Hal tersebut merupakan dasar dalam penyusunan program antara lain; program fungsional, program performansi, program ruang dan program tapak. Setelah proses penyusunan program hasil akhir dari proses berupa konsep perencanaan dan perancangan Resor Agrowisata di Desa Pupuan. Fasilitas utama yang terdapat pada Resor Agrowisata ini berupa area agrowisata, area unit villa dan hotel. Fasilitas lainnya adalah fasilitas penunjang seperti retail shop, restaurant, area outbond, playground dan area camping serta terdapat fasilitas servis seperti ruang pengelola, ruang MEP dan toilet umum.
PERANCANGAN RUMAH SAKIT KANKER DI DENPASAR I Wayan Putu Yoga Wismawan; Ida Bagus Idedhyana; Ayu Putu Utari Parthami Lestari
Jurnal Teknik Gradien Vol 11 No 2 (2019): Gradien
Publisher : Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Ngurah Rai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47329/teknikgradien.v11i2.286

Abstract

Kanker menjadi permasalahan yang cukup serius di Indonesia, prevalensi yang meningkat dan minimnya fasilitas pengobatan seperti rumah sakit dan alat radioterapi menunjukan betapa dibutuhkannya rumah sakit kanker di Indonesia. Bali dan khususnya Denpasar menjadi daerah yang cukup strategis untuk dibangunnya rumah sakit kanker. Posisi Denpasar yang termasuk dalam wilayah Indonesia Tengah memudahkan pasien dari seluruh Indonesia untuk menjangkaunya. Selain itu rencana pembangunan rumah sakit kanker di Denpasar pun sempat didengungkan pemerintah Provinsi Bali pada tahun 2018. Dengan kondisi tersebut infrastruktur rumah sakit kanker sangatlah diperlukan.. Permasalahan teknis dalam perancangan Rumah Sakit Kanker di Denpasar ini adalah menentukan Konsep Dasar dan Tema Perancangan, Program Ruang dan Tapak, serta Konsep Perancangan Rumah Sakit Kanker di Denpasar dengan klasifikasi A dan berstandar nasional. Rumah sakit ini dirancang dengan konsep dasar “Healing Environment”. Prinsipnya menciptakan suasana lingkungan interior dan eksterior rumah sakit yang hijau, bersih, ramah, nyaman, asri dan hangat sehingga membantu mengurangi tekanan psikologis yang dialami pasien dan secara tidak langsung membantu proses penyembuhan. Dengan dilandasi tema Green Architecture dalam usaha untuk meminimalkan dampak negatif lingkungan bangunan dengan efesiensi dan moderasi dalam penggunaan bahan, energi dan ruang pengembangan serta ekosistem secara luas. Terdapat 4 kelompok ruang pada rumah sakit ini yaitu Area Pelayanan Medik dan Keperawatan, Penunjang dan Operasional, Administrasi Manajemen dan Pendidikan, dan Service. Site rumah sakit terletak di Jalan Waribang, Kesiman, Denpasar dengan luas 20.151 m2. Karakteristik site secara umum memiliki tingkat kebisingan sedang, beriklim tropis, berkontur relatif datar dengan Build Up Area sebesar 17.065 m2. Melalui program ruang dan program tapak kemudian ditentukan konsep perancangan. Konsep Perancangan terdiri dari Konsep Site, Konsep Bangunan, Konsep Struktur dan Konsep Utilitas.