Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Kesenian Ching Pho Ling Di Daerah Purworejo Jawa Tengah Cerminan Budaya Pisowanan Nanik Sri Prihatini
Mudra Jurnal Seni Budaya Vol 22 No 1 (2008): Januari
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (213.212 KB) | DOI: 10.31091/mudra.v22i1.1539

Abstract

pisowanan in the perfomance of Ching Pho Ling, is a phenomenon sosio-kultural that is a demang report duty in its power region. To do the pisowanan, demang followed by the guard to show the spirit of pregnant patriotism assess the struggle, faithfulness, independence, togetherness, and others. In pisowanan of is in form of pageant carry arms to keep safety. Besides also simple music to eliminate tired during of journey. From the pageant form become the artistic idea source of performance in the functioning Ching Pho Ling as look oning/ entertainment amusement society. Creativity of there are at development move the, accompaniment and its cloth. This artistry is very concerning because omiting the single exist in Regency Purworejo, but still eksis. So that require to get the serious attention from local government.
AIR DALAM KEHIDUPAN : PEMANFAATAN, PENGELOLAAN, DAN PELESTARIAN Nanik Sri Prihatini
Widya Aksara Vol 25 No 2 (2020)
Publisher : Lembaga Penerbit Sekolah Tinggi Hindu Dharma Klaten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Air sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup, air juga bermanfaat untuk penyembuhan dan dalam upacara keagamaan air digunakan untuk penyucian atau membuang segala kotoran pada bumi dan segala isinya. Fenomena saat ini telah berbeda, nampaknya telah terjadi kemunduran penghargaan terhadap air. Pencemaran terhadap air, dengan membuang limbah yang beracun ke air yang mengalir atau sungai. Air disedot sebagai air produksi untuk mencari keuntungan semata atau dijual. Sumber air yang ada di lereng pegunungan ditutup untuk bangunan vila yang megah. Sungguh menyedihkan kalau tidak ada kontrol secara baik. Untuk itulah mari kita merenung untuk memaknai air secara mendalam, sifat-sifat air kita gunakan sebagai acuan dalam hidup kita. Dalam budaya tentang melihat air, berbagai pemikiran, pemahaman masyarakat tentang air merupakan proses budaya dan melahirkan perilaku terhadap air yang berbeda-beda. Memandang air dari perspektif Hindu dan seni, sebagai hiburan atau santapan rohani. Dengan memaknai air dari perspektif Hindu, air sebagai sarana penyucian atau pembersihan selalu akan dibutuhkan, dengan demikian sumber air harus selalu dirawat dan dijaga kesuciannya. Tindakan budaya yang dilakukan menurut kedua sudut pandang tersebut setidaknya merupakan upaya secara tradisi untuk ikut melestarikan, memanfaatkan dan mengelola air.
KONSEPSIONAL ALI MARKASA DALAM PENCIPTAAN TARI NGREMO JOMBANGAN Pance Mariati; Nanik Sri Prihatini
Gelar : Jurnal Seni Budaya Vol 13, No 1 (2015)
Publisher : Institut Seni Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (899.242 KB) | DOI: 10.33153/glr.v13i1.1541

Abstract

Dance Ngremo Jombangan is one of the dances Ngremo in East Java that has a special characteristiccompared to other dance Ngremo. The dance is created by Ali Markasa, a pengreman (Ngremo dancer) fromJombang. Ali treats the movements in such a way that they are able to bring a technique of an attractive anddynamic movement in dance Ngremo Jombangan. The research aims to convey Ali Markasa’s concept increating dance Ngremo Jombangan. It uses the method of qualitative analysis descriptive with etnokoreologiapproach. The result shows that Ali Markasa wants to create dance Ngremo because of his experience as apengreman in Ludruk performance. He learns that the movement of dance Ngremo is common and spiritless.For the reason, he wants to create a dance Ngremo that is more attractive and dynamic called Dance NgremoJombangan. His creativity in dance ngremo is able to give a special characteristic. It can be seen in themovements of sadukan sampur, tanjak, and ayam alas. His technique of movements is dynamic and attractive.It is often known as njangkrik upo because of his agility in dancing. Keywords: concept, Ali Markasa, dance Ngremo Jombangan
TARI KERAWUHAN DI BALI : SANGHYANG DEDARI SEBUAH KAJIAN SOSIAL Nanik Sri Prihatini
Greget Vol 2, No 2 (2000)
Publisher : Institut Seni Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3394.849 KB) | DOI: 10.33153/grt.v2i2.271

Abstract

Dance kerawuhan (trance dance) is one of permorming art for the ritual event who stile a life in Bali. Sanghyang Dedari dance for its example, and used by Balinese society to ritual dance. Now that ritual art changed to be performance for tourisme.Key word: trance, wali, Sanghyang Dedari.
Menjilid Sitaralak: Konsep Garap Penciptaan Tari dari Memori Silek Pak Guru Ali Sukri; Nanik Sri Prihatini; Eko Supriyanto; Silvister Pamardi
PANGGUNG Vol 32, No 2 (2022): Ragam Fenomena Budaya dan Konsep Seni
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (475.441 KB) | DOI: 10.26742/panggung.v32i2.2053

Abstract

Aktifitas silat, selain sebagai praktik untuk meningkatkan ketahanan fisik, juga menjadi bekal ketika menghadapi betapa kerasnya dunia terutama ketika berada di rantau. Hal ini bisa dilihat pada masyarakat Minangkabau zaman dahulu yang menganggap bahwa silat ibarat sebuah pakaian atau identitas diri yang wajib dibawa ke manapun pergi. Penciptaan karya ini mengarah pada pendekatan istilah tradisional Minangkabau, yaitu Kiek Kieh. Istilah Kiek Kieh terdiri atas dua kata yaitu kiek dan kieh. Kiek adalah ‘cara’ atau ‘metode’, atau bisa juga disebut ‘kiat’, sedangkan Kieh bisa diartikan ‘kias’ atau ‘umpama’. Pengertian bahasa kias (figure of speech) adalah pilihan kata tertentu sesuai dengan maksud penulis atau pembicara dalam rangka memperoleh aspek keindahan. Karya menjilid sitaralak ini lahir dalam rangka melihat perkembangan pembelajaran silat di Minangkabau yang pada saat ini sudah mulai ditinggalkan oleh generasi muda. Untuk itu, perlu ada karya seni yang memperlihatkan bahwa silat masih menjadi wilayah yang perlu dikembangkan dan dilestarikan.Kata kunci: Silek, tari, kiek-kieh, menjilid sitaralak