Emelda, Emelda
Farmasi S1, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan, Universitas Alma Ata Yogyakarta

Published : 12 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

TOKSISITAS KUMIS KUCING (Orthosiphon stamineus) SEBAGAI ANTI HIPERTENSI Emelda
Jurnal Kefarmasian Akfarindo Vol 2 No 1 (2017)
Publisher : Akademi Farmasi Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37089/jofar.v0i0.16

Abstract

Latar belakang: Orthosiphon stamineus merupakan salah satu obat bahan alam yang dapat digunakan untuk pengobatan pada hipertensi melalui aktivitas vasodilatasi, diuretik dan menurunkan kecepatan jantung. Beberapa obat tradisional dapat menyebabkan toksisitas setelah penggunaannya. Seperti telah dilaporkan pada penggunaan kumis kucing (Orthosiphon stamineus Benth). Meskipun begitu, informasi mengenai toksikologi dan keamanan dalam penggunaan herba ini masih terbatas. Oleh karena itu perlu adanya data yang menjelaskan mengenai toksisitas dari kumis kucing (Orthosiphon stamineus Benth) untuk keamanan penggunaan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan toksisitas dan dosis yang aman pada kumis kucing (Orthosiphon stamineus Benth) sebagai Obat tradisional.Metode: Data diperoleh dengan menggunakan metode PICO. Adapun kriteria inklusi dari penelitian ini adalah studi yang dilakukan oleh desain eksperimental dan desain observasional yang dipublikasi antara tahun 2008-2013 dengan berbahasa Inggris dan Indonesia. Sedangkan kriteria eksklusi dari penelitian ini adalah jurnal yang menggambarkan tentang Orthosiphon stamineus sebagai antihipertensi yang tidak ada uji toksisitas serta jurnal yang dipublikasi di luar dari rentang tahun pada kriteri inklusi. Hasil: Dari hasil beberapa literatur, toksisitas akut dan subkronik pada Orthosiphon stamineus menunjukkan bahwa 5000 mg/kgbb tidak menyebabkan tanda-tanda toksisitas dan kematian. Pada pemberian sub-kronik, dari sistem reproduksi menunjukkan adanya penurunan jumlah sperma dan tidak menyebabkan mutagenik.Kesimpulan: Kesimpulan dari penelitian ini adalah kumis kucing (Orthosiphon Stamineus Benth) aman digunakan pada penggunaan jangka pendek dan dosis kurang dari 5000 mg/kg/hari tidak menyebabkan munculnya tanda-tanda toksisitas. Kumis Kucing tidak menyebabkan mutagenik dan kerusakan pada hati dan jantung, tetapi mempengaruhi kesuburan jika diberikan dalam jangka panjang dan dosis tinggi (250 mg/kg/hari). Namun, penelitian ini terbatas pada uji praklinik, penelitian lebih lanjut tentang toksisitas Orthosiphon stamineus masih perlu dilakukan.
AKTIVITAS ANTIBAKTER EKSTRAK ETANOLIK BIJI PEPAYA (Carica papaya L.): Narative Review emelda Emelda
JCPS (Journal of Current Pharmaceutical Sciences) Vol 4 No 2 (2021): March 2021
Publisher : LPPM - Universitas Muhammadiyah Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Bagian dari tanaman papaya yang juga tenyata memiliki kemampuan sebagai obat adalah bagian biji. Papaya memiliki banyak manfaat yang besar antara lain untuk melancarkan pencernaan, sebagai sumber antioksidan, bahkan mampu berfungsi sebagai antijamur dan bakteri. Tujuan dari review ini adalah memberikan ringkasan informasi mengenai ekstrak etanolik biji papaya terhadap aktivitas antibakteri. Informasi diperoleh dari systematic data base (Google schoolar, Pubmed, NCBI, Chimical database, dan proquest) yang terbit dalam 5 tahun terakhir. Berdasarkan pencarian diperoleh 13 artikel yang relevan. Hasil artikel yang didapatkan ekstrak etanolik biji papaya terbukti memiliki aktivitas antibakteri diantaranya terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus, Bacillus cereus, Pasteurella multocida, Klebsiella pneumonia, Escherichia coli, Shigella dysentriae, dan Propionibacterium acnes dengan senyawa kimia serta derivatnya yang berperan yaitu Alkaloid (karpain), flavonoid, triterpenoid, fenol, dan steroid.
POTENSI TONGKAT ALI (Eurycoma longifolia Jack.) SEBAGAI ANTI INFLAMASI Emelda Emelda
JCPS (Journal of Current Pharmaceutical Sciences) Vol 1 No 1 (2017)
Publisher : LPPM - Universitas Muhammadiyah Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (555.51 KB)

Abstract

Inflamasi merupakan perubahan yang terjadi dalam jaringan hidup ketika mengalami cedera yang menyebabkan terjadinya kerusakan pada struktur dan vitalitas dari jaringan tersebut. Pada jaringan yang mengalami inflamasi akan terjadi peningkatan ekspresi dari enzim COX-2. Doksorubisin merupakan obat yang biasa digunakan untuk berbagai jenis terapi kanker. Pengobatan dengan obat tersebut ternyata juga dapat menginduksi terjadinya inflamasi. Doksorubisin dapat memediasi peningkatan dari COX-2. Berdasarkan hal tersebut, diperlukan adanya kombinasi doksorubisin dengan jenis terapi lain untuk meminimalisir meningkatnya keterjadian inflamasi oleh obat tersebut. Salah satu bahan alam tersebut adalah tongkat ali atau pasak bumi (Euycoma longifolia jack.). Secara in vitro pada sel makrofag menunjukkan pasak bumi(APB) menginaktivasi jalur NF-kB dan menurunkan ekspresi dari COX-2, menginduksi sintesis nitrat oksidase.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah akar pasak bumi memiliki aktivitas sebagai anti inflamasi pada sel yang diberikan doksorubisin. Metode yang digunakan adalah eksperimental laboratorium secara in vitro dan uji imunositokimia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi etil asetat ekstrak etanol akar pasak bumi pada konsentrasi II yaitu 22 µg/ml (APB) dan 0,5547 µg/ml (Doksorubisin) signifikan menurunkan ekspresi COX-2 dibandingkan Kelompok kontrol. Kesimpulan dari penelitian ini adalah akar pasak bumi memiliki potensi sebagai anti inflamasi.
Pengaruh Kolaborasi Gizi Dan Farmasi terhadap Tingkat Pengetahuan Diabetes Mellitus Lansia Ratna Wijayatri; Yulinda Kurniasari; Lulu Fathnatul Ulya; Emelda Emelda
INPHARNMED Journal (Indonesian Pharmacy and Natural Medicine Journal) Vol 5, No 2 (2021)
Publisher : Alma Ata University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (299.938 KB) | DOI: 10.21927/inpharnmed.v5i2.1924

Abstract

Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit menahun dan kronis yang pengobatannya memerlukan waktu yang lama. Penyakit DM memberikan dampak yang buruk untuk kesehatan karena adanya komplikasi yang serius baik mikrovaskuler maupun makrovaskuler.  Hampir 50% kasus DM dialami oleh pasien dengan usia 65 tahun keatas. DM pada usia lanjut berbeda secara metabolik dengan DM pada usia lainnya sehingga dibutuhkan pendekatan terapi yang berbeda pada kelompok ini. Hal ini dikarenakan pada usia lanjut telah mengalami kemunduran fisik dan mental yang berakibat pada penurunan kualitas hidup dan penurunan pemahaman dalam memahami perintah menggunakan obat. Metode CBIA (Community Based Intensive Aproach) yang bersinergi antara Gizi dan Farmasi diterapkan dalam peningkatan pengetahuan terhadap kadar gula darah dan pengontrolannya pada pasien usia lanjut yang menderita DM. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif pre post test design, dengan kontrol design. Responden diambil dari 2 puskesmas di Bantul dengan metode purposive sampling, dan diperoleh 60 responden lansia yang masuk ke dalam kriteria inklusi.Hasil pengukuran tingkat pengetahuan setelah dilakukan intervensi berupa asuhan farmasi dan gizi yang bersama-sama dengan metode CBIA mengalami peningkatan dibandingkan kelompok kontrol. Tingkat pengetahuan responden sebelum diberikan intervensi terdapat 4 responden dengan pengetahuan rendah, 26 responden dengan pengetahuan sedang, 30 responden dengan pengetahuan tinggi. Mengalami peningkatan pengetahuan menjadi terdapat 58 dengan pengetahuan tinggi, dan 2 rendah. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh pemberian intervensi CBIA yang bersinergi antara gizi dan farmasi dalam meningkatkan pengetahuan pasien lansia terhadap DM.
UJI MUTU FISIK DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN FORMULA KRIM KOMBINASI EKSTRAK ETANOL GANGGANG HIJAU (Ulva latuca L.) DAN LIDAH BUAYA (Aloe vera) SEBAGAI PERAWATAN KULIT WAJAH Wening Hanifah; Emelda Emelda; Annisa Fatmawati; Veriani Aprilia
INPHARNMED Journal (Indonesian Pharmacy and Natural Medicine Journal) Vol 5, No 1 (2021)
Publisher : Alma Ata University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (979.707 KB) | DOI: 10.21927/inpharnmed.v5i1.1670

Abstract

Antioksidan merupakan molekul yang dapat memperlambat atau mencegah proses terjadinya oksidasi. Oksidasi merupakan reaksi kimia yang dapat menghasilkan radikal bebas. Paparan radikal bebas seperti sinar matahari, polusi udara, obat-obatan, asap rokok secara terus menerus akan menyebabkan kulit tampak kering, kusam, lesi kulit, dan juga penuaan dini. Ganggang hijau (Ulva Lactuca L.) dan lidah buaya (Aloe Vera) telah diteliti memiliki aktivitas antioksidan, sehingga tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui formula terbaik berdasarkan mutu fisik dan aktivitas antioksidan krim kombinasi ekstrak etanol ganggang hijau (EEGH) dan lidah buaya (EELB) dengan metode DPPH. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium terhadap 5 formula sediaan krim dengan perbedaan jumlah ekstrak serta dilakukan uji mutu fisik dan aktivitas antioksidan sediaan krim pada hari ke-0 menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Krim formula 1 memiliki daya sebar, daya lekat dan aktivitas antioksidan sebesar 4,5 cm, 10,456 detik, IC50 802,038 µg/mL. Formula 2 sebesar 3,1 cm, 4,59 detik, IC50 1.643,955 µg/mL. Formula 3 sebesar 4,833 cm, 13,993 detik, IC50 304,41 µg/mL. Formula 4 sebesar 3,766 cm, 9,806 detik, IC50 559,453 µg/mL. Formula 5 sebesar 3,833 cm, 9,116 detik, IC50 2.227 µg/mL. Hasil penelitian menunjukkan bahwa formula 3 merupakan formula terbaik berdasarkan uji mutu fisiknya dengan nilai daya sebar sebesar 4,833 cm, daya lekat 13,993 detik, dan aktivitas antioksian ditunjukkan dengan nilai IC50 sebesar 304,411 µg/mL.
FORMULASI KRIM TABIR SURYA EKSTRAK ETANOL GANGGANG HIJAU (Ulva lactuca L.) DAN UJI IN VITRONILAI SPF (SUN PROTECTING FACTOR) Dinda Ayu Pratiwi; Emelda Emelda; Saddam Husein
INPHARNMED Journal (Indonesian Pharmacy and Natural Medicine Journal) Vol 4, No 1 (2020)
Publisher : Alma Ata University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1469.836 KB) | DOI: 10.21927/inpharnmed.v4i1.1602

Abstract

Radiasi sinar ultraviolet atau sinar UV secara berlebih akan mengakibatkan jaringan epidermis pada kulit tidak cukup mampu melawan efek berbahaya. Tabir surya merupakan bahan kosmetik yang secara fisik maupun kimia berfungsi sebagai penghambat penetrasi sinar UV ke dalam kulit. Tanaman yang dapat berfungsi sebagai tabir surya karena memiliki senyawa fenolik salah satunya adalah ganggang hijau (Ulva lactucaL). Jenis Penelitian ini adalah eksperimental menggunakan spektrofotometri UV-Vis untuk menentukan kemampuan krim tabir surya dalam menghambat radiasi sinar UV ke kulit. Tujuan penelitian ini yaitu membuat formulasi sediaan krim tabir surya dari ekstrak etanol ganggang hijau (Ulva lactuca L.) dan mengetahui nilai SPF(Sun Protecting Factor) yang paling baik dari berbagai konsentrasi krim tabir surya ekstrak etanol ganggang hijau (Ulva lactuca L.). Hasil dari penelitian yaitu nilai SPF dari formula 1 (basis krim) sebesar 1,5077 yang berarti formula 1 tidak memiliki aktivitas sebagai tabir surya, formula 2 (ekstrak ganggang hijau 3%) memiliki formula 2 (konsentrasi ekstrak 3%) memiliki nilai SPF sebesar 7,311 yang tergolong dalam kategori proteksi ekstra, formula 3 (konsentrasi ekstrak 4%) memiliki nilai SPF sebesar 13,427 yang termasuk dalam kategori proteksi maksimal dan formula 4 memiliki nilai SPF sebesar 19,282 yang tergolong dalam kategori perlindungan ultra. Formulasi krim dengan nilai SPF yang paling tinggi adalah formula 4. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak maka makin semakin meningkat nilai SPF.
OPTIMASI FORMULA PADA GRANUL PARACETAMOL DENGAN VARIASI KOMPOSISI BAHAN PENGISI LAKTOSA DAN AVICEL PH 101 SERTA EVALUASI PARAMETER KADAR LEMBAB MOISTURE CONTENT DAN LOSS ON DRYING Annisa Fatmawati; Emelda Emelda; Azza Elvana
INPHARNMED Journal (Indonesian Pharmacy and Natural Medicine Journal) Vol 4, No 1 (2020)
Publisher : Alma Ata University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1636.187 KB) | DOI: 10.21927/inpharnmed.v4i1.1806

Abstract

Industri Farmasi selalu melakukan penelitian dan pengembangan formula obat, dimana untuk mendapatkan sediaan farmasetis yang berkualitas. Paracetamol merupakan obat yang berkhasiat sebagai analgetik dan antipiretik, dalam sediaan padat berupa sediaan tablet yang diformulasikan dengan metode granulasi basah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan lembab berupa parameter MC (Moisture Content) dan LOD (Loss On Drying) pada granul paracetamol dengan variasi bahan pengisi laktosa dan avicel PH 101. Metode penelitian ini menggunakan metode gravimetri dengan membuat granul paracetamol dan menguji kandungan lembab pada menit ke- 15, 30, 60, 120 dan 180 pengeringan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Formula 1 (100% Laktosa) dan Formula 3 (50% Laktosa : 50% avicel PH101) memiliki kandungan lembab < 3% pada menit ke 120, sedangkan Formula 2 (100% avicel PH101) memiliki kandungan lembab < 3% dinyatakan dengan LOD (2,52%) dan MC (2,58%) pada menit ke-60. Formula 2 merupakan formula yang paling baik untuk digunakan dalam formulasi sediaan tablet paracetamol dengan metode granulasi basah berdasarkan kandungan lembab MC dan LOD.
Analisis Kualitatif dan Kuantitatif Kandungan Asam Salisilat pada Sediaan Kosmetika Semi Padat yang Beredar di Pasar Beringharjo, Yogyakarta Annisa Fatmawati; Depita Sucianingsih; Yessi Lestari; Rizal Fauzi; Emelda Emelda; Muhammad Abdurrahman Munir
INPHARNMED Journal (Indonesian Pharmacy and Natural Medicine Journal) Vol 6, No 2 (2022)
Publisher : Alma Ata University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (474.516 KB) | DOI: 10.21927/inpharnmed.v6i2.1935

Abstract

Sediaan kosmetika yang diaplikasikan pada wajah dapat mempengaruhi struktur kulit dan penampilan. Bahan yang ditambahkan pada sediaan kosmetika untuk memperbaiki penampilan wajah salah satunya yaitu senyawa asam salisilat, zat anti acne & keratolitik. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis kualitatif dan kuantitatif senyawa asam salisilat dalam sediaan semi padat. Sampel yang digunakan pada penelitian ini berasal dari Pasar Beringharjo Yogyakarta, dengan kriteria berupa sediaan semi padat yang dapat diaplikasikan pada wajah. Sampel A merupakan sediaan gel anti acne dengan hasil positif mengandung asam salisilat dan dilakukan penetapan kadar. Sedangkan sampel B (cream antibakteri & antijamur) dan sampel C (cream foundation), tidak mengandung asam salisilat. Persamaan regresi linier standar asam salisilat Y=0,0114X+0,0911 dengan nilai linieritas R=0,9963 dan LOD 5,186 ppm serta LOQ 15,714 ppm. Hasil penetapan kadar asam salisilat dalam sampel A yaitu 1,24 ± 0,06 % (b/b). Hal ini menunjukkan bahwa kadar asam salisilat dalam sampel A memenuhi persyaratan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia dan the Chinese Hygienic Standard, yaitu tidak lebih dari 2%.
Review: Eksplorasi Tanaman Herbal Indonesia sebagai Anti Inflamasi Emelda Emelda; Ratih Nugraeni; Kartika Damayanti
INPHARNMED Journal (Indonesian Pharmacy and Natural Medicine Journal) Vol 6, No 2 (2022)
Publisher : Alma Ata University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (285.897 KB) | DOI: 10.21927/inpharnmed.v6i2.1938

Abstract

Inflamasi merupakan suatu kondisi dimana tubuh memberikan reaksi terhadap adanya infeksi, iritasi ataupun cedera yang ditandai dengan adanya kemerahan, panas, bengkak, dan juga nyeri. Reaksi inflamasi dikenal sebagai respon imun non spesifik. Tujuan dari review ini adalah untuk memberikan informasi mengenai tanaman herbal Indonesia, bagian tanaman maupun ekstrak dari herbal tersebut yang memiliki aktivitas sebagai anti-inflamasi. Dalam penelitian ini difokuskan pada review artikel-artikel pada studi eksperimental yang dilakukan secara in vivo dan komponen bioaktifnya. Penjelasan singkat mengenai pemberian, mekanisme anti inflamasi dari tanaman herbal tersebut dapat dimanfaatkan lebih lanjut untuk arah penelitian selanjutnya. Secara keseluruhan, artikel ini menyajikan profil tanaman herbal Indonesia sebagai anti inflamasi.
Inhibition Activity Of Ethanolic Extract Of Ulva lactuca Against Staphylococcus aureus emelda emelda; Eka Asriani Safitri; Annisa Fatmawati
Pharmaceutical Journal of Indonesia Vol. 7 No. 1 (2021)
Publisher : Brawijaya University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.pji.2021.007.01.7

Abstract

Staphylococcus aureus (S. aureus) is a normal flora that can cause mild skin infections, one of which is acne. Commonly used chemical treatments are antibiotics such as Clindamycin. Continuous use of antibiotics can lead to resistance. Natural ingredients that are possible can inhibit the growth of bacteria. Treatment caused by S.aureus is Ulva lactuca Linn. (Green algae). This marine biota contains compounds that have the potential to be antibacterial, including triterpenoids, flavonoids, and saponins. This study aims to compare antibacterial activity of  ethanolic extract of Ulva lactuca and Clindamycin against S. aureus bacteria. This type of research is an experimental laboratory. Ulva lactuca was extracted by maceration method using ethanol 96% solvent. Then carried out testing for antibacterial activity using the agar diffusion method by sump technique. The study was divided into 6 groups. One Clindamycin group and 5 treatment groups respectively with extract concentrations of 20%, 40%, 60%, 80%, and 100%. The test was carried out in 3 repetitions. Data analysis was processed by SPSS using the Kruskal-Wallis test to determine which groups had difference. The results showed that the ethanolic extract of Ulva lactuca was able to inhibit the growth of S. aureus bacteria with strong categories at concentrations of 20%, 40%, and 60%. Very strong category at 80% and 100% concentrations. The 100% concentration had the largest average inhibition zone diameter of 22 ± 0.577 mm which was not significantly different from Clindamycin with a significance value of 0.043 (p <0.05). This study concludes that the ethanolic extract of Ulva lactuca has activity in inhibiting the growth of S.aureus bacteria with strong to very strong categories, but statistically not as strong as Clindamycin