Mar’at, Samsunuwiyati
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPRESI EMOSI ANAK DENGAN INDIKASI DISLEKSIA YANG MENJALANI TERAPI SENI EKSPRESIF Irene, Joe; Mar’at, Samsunuwiyati; Tiatri, Sri
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 4, No 1 (2020): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v4i1.7541.2020

Abstract

Limited reading and writing abilities in children with dyslexia make it difficult for them to succeed academically when given a typical learning method. In addition to difficulties in the academic field, children with dyslexia also experience difficulties in their psychosocial functioning. Emotional problems become "secondary handicaps" which often occur in children with dyslexia and will cause psychological disorders if not treated early. Children who show indications of dyslexia need to be given appropriate emotional guidance to obtain the emotional competence needed to enable them to express emotions in a healthy manner. Interventions in the form of expressive art therapy were given to six participants; children aged 8 to 9 years who were diagnosed with dyslexia. Each participant has received six art therapy sessions and completed the Emotion Expression Scale for Children (EESC) measuring instrument as the pretest and posttest. The purpose of this study is to explore factors that influenced the effectiveness of expressive art therapy results on emotional expression in children with dyslexia. This paper will focus on analyzing the interview results from six participants and their main caregiver. Data collection was carried out qualitatively through individual interviews. The results of the qualitative thematic analysis showed that increasing EESC scores on participants can be explained by two main factors. First, emotion coaching received from the environment. Second, the social judgement perceived by the participants. Differences in comorbidities, cultures, and conditions of participants during interventions might influence the results of this study. Keterbatasan kemampuan membaca dan menulis pada anak dengan disleksia membuat mereka sulit untuk berhasil secara akademis ketika diberikan metode belajar yang tipikal. Selain kesulitan di bidang akademik, anak-anak dengan disleksia juga mengalami kesulitan dalam fungsi psikososial mereka. Permasalahan emosional menjadi “secondary handicap” yang seringkali muncul pada anak dengan disleksia dan akan menyebabkan gangguan psikologis jika tidak ditangani sejak dini. Anak disleksia perlu diberikan bimbingan emosional yang tepat untuk memperoleh kompetensi emosional yang diperlukan agar mereka mampu mengekspresikan emosi dengan cara yang sehat. Dalam riset ini, intervensi berupa terapi seni ekspresif telah diberikan terhadap enam partisipan, yaitu anak berusia 8 hingga 9 tahun yang terdiagnosis disleksia. Setiap partisipan telah melakukan enam sesi terapi seni dan menyelesaikan alat ukur Emotion Expression Scale for Children (EESC) sebagai pretest, juga posttest. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi faktor yang memengaruhi efektivitas terapi seni ekspresif terhadap ekspresi emosi pada anak dengan disleksia. Penelitian ini akan berfokus menganalisis hasil wawancara dengan keenam partisipan dan pengasuh utama mereka. Pengambilan data dilakukan secara kualitatif melalui metode wawancara individual. Hasil analisis tematik kualitatif menunjukkan bahwa peningkatan skor EESC pada partisipan dapat dipengaruhi oleh dua faktor utama. Pertama, pengajaran emosi yang diterima dari lingkungan. Kedua, penilaian lingkungan sosial yang dipersepsikan oleh partisipan. Perbedaan dalam komorbiditas, budaya, dan kondisi partisipan selama intervensi juga dapat menjadi faktor yang memengaruhi hasil penelitian ini.
PERAN SELF-ESTEEM DAN SELF-FORGIVENESS SEBAGAI PREDIKTOR SUBJECTIVE WELL-BEING PADA PEREMPUAN DEWASA MUDA Ekawardhani, Nadya Puspita; Mar’at, Samsunuwiyati; Sahrani, Riana
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 3, No 1 (2019): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v3i1.3538

Abstract

Subjective well-being (SWB) merupakan gambaran kebahagiaan, kepuasaan hidup, dan gambaran afek positif-negatif individu. Self-esteem (penghargaan diri) dan self-forgiveness (penerimaan diri) merupakan dasar penilaian positif individu terhadap dirinya. Oleh sebab itu, penelitian ini dilakukan guna memperoleh peran self-esteem dan self-forgiveness sebagai prediktor SWB pada perempuan dewasa muda. Penelitian ini menggunakan tiga alat ukur, yakni Rosenberg Self-Esteem Scale (RSES), Heartland Forgiveness Scale (HFS), dan Oxford Happiness Questionnaire (OHQ). Penelitian ini juga hendak melihat seberapa besar peranan self-esteem dan self-forgiveness terhadap SWB. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan teknik non-probabilitysampling. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 500 perempuan yang berusia 20 – 28 tahun, memiliki minimal pendidikan SMA/ sederajat, dan berdomisili di Jabodetabek. Seluruh data diolah dengan teknik explore (descriptive statistic) dan analyze (regression) menggunakan SPSS Statistic versi 24. Penelitian ini memperoleh hasil bahwa self-esteem dan self-forgiveness berperan secara signifikan sebagai prediktor SWB pada perempuan dewasa muda, yakni sebasar 53,8%. Berdasarkan besaran peran, self-esteem memiliki peran sebagai prediktor yang lebih besar dari self-forgiveness, yakni sebesar 52,5%. Sedangkan, self-forgiveness memiliki peran sebesar 17,9%. Bagi penelitian selanjutnya, jumlah partisipan dapat dikontrol secara merata agar memperoleh hasil yang lebih baik. Selain itu, dapat pula dilakukan intervensi pada partisipan yang memiliki self-esteem, self-forgiveness dan SWB yang cenderung rendah, sehingga peneliti dapat mengontrol dan melakukan follow-up. Penelitian selanjutnya juga dapat menguji forgiveness of others dan forgiveness of the situation, untuk melihat seberapa besar peran keduanya terhadap SWB.Meneliti pada rentang usia dewasa dewasa muda tengah (28 – 33 tahun)dan dewasa muda akhir (33 – 40 tahun) juga dapat diaplikasikan pada penelitian selanjutnya.Subjective well-being (SWB) is an image of happiness, life satisfaction, and an image of the individual’s positive and negative affects. Self-esteem and self-forgiveness are the basis for an individual's positive assessment of him/herself. Therefore, this study was conducted to obtain the role of self-esteem and self-forgiveness as predictors of SWB in young adult women. This study used three measuring instruments, namely Rosenberg Self-Esteem Scale (RSES), Heartland Forgiveness Scale (HFS), and Oxford Happiness Questionnaire (OHQ). This study also aims to discover the role of self-esteem and self-forgiveness towards SWB. This research is a quantitative study with non-probability sampling technique. Subjects in this study were 500 women aged 20-28 years, with minimum of high school / equivalent education level, and lived in Jabodetabek area. The data was processed by exploring (descriptive statistics) and analyzing (regression) techniques using SPSS Statistics version 24. This study shows that self-esteem and self-forgiveness play a significant role as predictors of SWB in young adult women, which is 53.8%. Based on the magnitude of the role, self-esteem is a greater predictor of SWB than self-forgiveness, equal to 52.5% with self-forgiveness equal to 17.9%. For further research, the number of participants can be made more even in order to obtain better results. In addition, intervention can also be conducted on participants with low self-esteem, self-forgiveness and SWB, so that researchers can conduct control and follow-up. Future studies may also examine forgiveness of others and forgiveness of the situation, in order to find out their contribution towards SWB. Research on middle young adults(28-33 years old) and late young adults (33-40 years) can also be applied in subsequent studies.