Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

OPTIMASI VOLUME TEMPLAT DNA DAN SUHU DENATURASI UNTUK DETEKSI Brugia malayi MENGGUNAKAN REAL-TIME PCR Shafira Azzahra; Fusvita Merdekawati; Acep Tantan Hardiana; Yuliansyah Sundara Mulia; Ernawati Ernawati
JURNAL RISET KESEHATAN POLTEKKES DEPKES BANDUNG, Online ISSN 2579-8103 Vol 11 No 2 (2019): Jurnal Riset Kesehatan Poltekkes Depkes Bandung
Publisher : Poltekkes Kemenkes Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (588.338 KB) | DOI: 10.34011/juriskesbdg.v11i2.740

Abstract

Filariasis limfatik telah menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia sejak lama, lebih dari 70% kasus filariasis di Indonesia disebabkan oleh Brugia malayi. Tes PCR memiliki sensitivitas dan spesfitas yang lebih tinggi daripada kebanyakan tes lainnya. Real-time PCR adalah suatu metode dengan menggunakan fluoresens yang dapat mendeteksi DNA Brugia malayi. Volume templat DNA dan suhu denaturasi adalah komponen yang perlu dioptimasi karena keduanya menentukan kualitas produk real-time PCR. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan volume templat DNA dan suhu denaturasi yang optimal untuk deteksi Brugia malayi. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen perbandingan kelompok statis. Variasi dari volume templat DNA yang dioptimasi adalah 2 µL, 3 µL, 4 µL dan 5 µL sedangkan variasi dari suhu denaturasi yang dioptimasi adalah 93ºC, 95ºC dan 97ºC. Pada penelitian ini templat DNA yang digunakan adalah templat DNA murni Brugia malayi. Data yang digunakan adalah data primer yang didapatkan dari pengukuran nilai Ct (cycle threshold) pada setiap reaksi yang di optimasi. Hasil menunjukkan bahwa volume templat DNA 5 µL dan suhu denaturasi 93°C memiliki nilai Ct yang paling kecil. Pada penelitian ini, kondisi optimum untuk volume templat DNA adalah 5 µL dan suhu denaturasi adalah 93°C.
PENGARUH INDIKATOR BROMOTHYMOL BLUE DENGAN BROMOCRESOL PURPLE TERHADAP PIGMENTASI Trichophyton mentagrophytes PADA MEDIA SEREAL AGAR Widad Fauziyyah Nuraini; Yuliansyah Sundara Mulia; Entuy Kurniawan; Jangkung Samidjo OW
JURNAL RISET KESEHATAN POLTEKKES DEPKES BANDUNG, Online ISSN 2579-8103 Vol 11 No 2 (2019): Jurnal Riset Kesehatan Poltekkes Depkes Bandung
Publisher : Poltekkes Kemenkes Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (122.494 KB) | DOI: 10.34011/juriskesbdg.v11i2.747

Abstract

Trichophyton mentagrophytes menghasilkan metabolit alkali, sehingga ketika dikultur pada media yang mengandung indikator akan memberikan pigmentasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan penambahan indikator bromothymol blue dengan bromocresol purple pada media sereal agar dengan melakukan studi pigmentasi Trichophyton mentagrophytes. Penelitian ini dilakukan dengan cara menambahkan indikator bromothymol blue dan bromocresol purple dengan variasi konsentrasi 2,2%, 1,6% dan 1% pada media sereal agar. Kemudian dilakukan isolasi Trichophyton mentagrophytes dengan metode single dot dan diinkubasi pada suhu 25-28°C serta dilakukan pengamatan pigmentasi selama 7 hari. Setelah melakukan penelitian, data dianalisis dengan uji Kruskal-Wallis, menunjukan adanya perbedaan signifikan pada penambahan bromothymol blue dengan variasi konsentrasi 2,2%, 1,6% dan 1% serta tidak adanya perbedaan signifikan pada penambahan bromocresol purple. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa bromocresol purple lebih cepat memberikan pigmentasi dibandingkan dengan bromothymol blue, hal ini dikarenakan bromocresol purple memiliki range pH yang lebih pendek yaitu 5,2 – 6,8 dibandingkan dengan bromothymol blue yaitu 6,0 – 7,6.
UJI AKTIVITAS KERATINASE JAMUR Trichophyton mentagrophytes DENGAN PENAMBAHAN KERATIN SUBSTRAT BULU DOMBA GARUT (Ovis aries) Nida Hayatul Fauziah; Entuy Kurniawan; Yuliansyah Sundara Mulia; Jangkung Samidjo Onggowaluyo
JURNAL RISET KESEHATAN POLTEKKES DEPKES BANDUNG, Online ISSN 2579-8103 Vol 11 No 1 (2019): Jurnal Riset Kesehatan Poltekkes Depkes Bandung
Publisher : Poltekkes Kemenkes Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (487.166 KB) | DOI: 10.34011/juriskesbdg.v11i1.760

Abstract

Trichophyton mentagrophytes menghasilkan enzim keratinase yang dapat diukur aktivitasnya secara Spektrofotometri. Telah dilakukan penggunaan bulu domba garut sebagai substrat. Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimen. Jumlah spora jamur yang digunakan dihitung terlebih dahulu menggunakan alat Hemositometer. Konsentrasi bulu domba yang digunakan 0,5%, 1%, dan 2%. Asam amino yang terukur dihitung dengan kurva standar tirosin/ml yang sudah diketahui konsentrasinya dan dihitung sebagai 1 unit enzim. Hasil analisis kurva kalibrasi standar yang diolah dengan Microsoft excel menunjukkan penambahan spora dengan jumlah 1075 х 103 spora/ml pada media kontrol menghasilkan aktivitas keratinase 3,803 U/ml. Penambahan spora dengan jumlah 1253 х 103 spora/ml dengan konsentrasi bulu domba garut 0,5% menghasilkan aktivitas keratinase 6,138 U/ml. Penambahan spora dengan jumlah 1293 х 103 spora/ml dengan konsentrasi bulu domba garut 1% menghasilkan aktivitas keratinase 6,878 U/ml dan penambahan spora dengan jumlah 1297 х 103 spora/ml dengan konsentrasi bulu domba garut 2% menghasilkan aktivitas keratinase 7,105 U/ml. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin banyak jumlah spora dan konsentrasi bulu domba yang ditambahkan maka semakin tinggi aktivitasnya.
PENGGUNAAN TEPUNG BIJI KLUWIH (Artocarpus communis) SEBAGAI SUMBER KARBOHIDRAT MEDIA ALTERNATIF UNTUK MENUMBUHKAN Trichophyton rubrum Annisa Farhana Ahmad; Sulaeman Sulaeman; Yuliansyah Sundara Mulia; Samidjo Jangkung O.W
JURNAL RISET KESEHATAN POLTEKKES DEPKES BANDUNG, Online ISSN 2579-8103 Vol 11 No 1 (2019): Jurnal Riset Kesehatan Poltekkes Depkes Bandung
Publisher : Poltekkes Kemenkes Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (249.383 KB) | DOI: 10.34011/juriskesbdg.v11i1.780

Abstract

Dermatofitosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh golongan jamur dermatofita, golongan jamur ini dapat mencerna keratin kulit karena memiliki daya tarik kepada keratin (keratinofilik). Untuk mendiagnosis jamur tersebut, dilakukan penanaman pada media SDA. Sumber karbohidrat SDA bisa diganti dengan bahan lain yang lebih murah seperti tepung biji kluwih. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi tepung biji kluwih (Artocarpus communis) sebagai sumber karbohidrat alternatif untuk menumbuhkan jamur Trichophyton rubrum penyebab dermatofitosis. Penelitian ini bersifat quasi exsperiment, menggunakan 3 replikasi dan 4 perlakuan yaitu konsentrasi tepung biji kluwih 3 level konsentrasi yaitu 10% ,20% dan 30%, untuk kontrol digunakan SDA (kluwih 0%). Inokulasi jamur Trichophyton rubrum secara single dot pada media SDA dan media alternatif tepung biji kluwih yang diamati setiap 24 jam selama 14 hari. Pengamatan dilakukan secara makroskopis (mengukur diameter) dan mikroskopis (hifa, mikrokonidia dan makrokonidia) Hasil data pertumbuhan Trichophyton rubrum kemudian dianalisis secara non parametrik menggunakan Kruskal Wallis. Kesimpulan pada penelitian ini pertumbuhan Trichophyton rubrum pada media alternatif tepung biji kluwih lebih optimal dibandingkan dengan kontrol. Diameter koloni Trichophyton rubrum tumbuh optimal pada konsentrasi 30%.
PEMANFAATAN JAMUR ENTOMOPATOGEN DARI LARVA NYAMUK MATI SEBAGAI PENGENDALIAN HAYATI LARVA AEDES AEGYPTI Lia Mar'atiningsih; Yuliansyah Sundara Mulia; Sulaeman Sulaeman; Jangkung Samidjo Onggowaluyo
JURNAL RISET KESEHATAN POLTEKKES DEPKES BANDUNG, Online ISSN 2579-8103 Vol 11 No 2 (2019): Jurnal Riset Kesehatan Poltekkes Depkes Bandung
Publisher : Poltekkes Kemenkes Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (604.912 KB) | DOI: 10.34011/juriskesbdg.v11i2.794

Abstract

Demam Berdarah (DBD) semakin meningkat setiap tahunnya, untuk mencegah vektor ini, masyarakat selalu menggunakan insektisida yang berdampak semakin resistennya nyamuk dan menyebabkan pencemaran lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jamur yang ada pada larva nyamuk mati dan mengetahui konsentrasi minimal jamur terhadap kematian larva Aedes aegypti sebanyak 50% (Lc50). Penelitian ini diharapkan sebagai pengendalian hayati yang berasal dari jamur entomopatogen. Hasil pengamatan makroskopis dan mikroskopis dari 3 jamur yang diisolasi, diperoleh Aspergillus niger, Aspergillus fumigatus dan Rhizopus sp. Sampel penelitian yaitu larva Aedes aegypti instar III berjumlah 240 ekor yang dibagi ke dalam tiga pengulangan dan tiga perlakuan termasuk kontrol. Konsentrasi yang digunakan adalah 105, 106, dan 107 spora/ml. Hasil penelitian menunjukan rata-rata kematian larva dari konsentrasi rendah ke tinggi adalah 10 ekor, 13 ekor, dan 16 ekor dengan persentase 48%, 65%, dan 80%. Kesimpulan dari penelitian ini adalah jamur Aspergillus niger dapat digunakan sebagai pengendalian hayati larva Aedes aegypti. Konsentrasi jamur Aspergillus niger yang dapat mematikan 50% larva uji adalah 2,2 x 105 spora/mm3 dengan nilai upper bound dan lower bound nya adalah 6,7x 105 spora/mm3 dan 1,6x 104 spora/mm3.