Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

PENERAPAN PHBS UNTUK MENCEGAH PENULARAN COVID-19 PADA KELAS IBU HAMIL DI POSYANDU YANG ADA DI WILAYAH PUSKESMAS KAWALU KOTA TASIKMALAYA NENI; LULU YULIANI; ANITA EKA PUTRI; REVI MAINAKI
JURNAL EKONOMI, SOSIAL & HUMANIORA Vol 2 No 08 (2021): INTELEKTIVA : JURNAL EKONOMI, SOSIAL DAN HUMANIORA (EDISI - MARET 2021 )
Publisher : KULTURA DIGITAL MEDIA ( Research and Academic Publication Consulting )

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

PHBS is all health behavior that is carried out with awareness so that family members or families can help themselves in the health sector and play an active role in health activities in the community (DEPKES RI, 2010). PHBS must be implemented in various settings, one of which is PHBS at the Health Care Facility (POSYANDU). Pregnant women are a group of people who are at risk of being vulnerable to various health problems. Among them are susceptible to contracting infectious diseases, one example is currently an outbreak of COVID 19, therefore we are in this dedication will provide education about "the application of phbs in posyandu for pregnant women class which aims to prevent pregnant women from contracting covid 19, we hope that this PHBS can be implemented in daily life, in daily activities so that the community, especially pregnant women, have a good health status. For this reason, the TOT for Posyandu cadres we do for Posyandu cadres in the area of ​​Puskesmas Kawalu, Tasikmalaya City aims to improve the quality of life by increasing knowledge and awareness to behave in a clean and healthy life (PHBS), as well as applying it to the class of pregnant women at existing Posyandu in wila well, Puskesmas Kawalu, Tasikmalaya City.
Paleogeografi: Perkembangan Keanekaragaman Hayati Dalam Ruang Dan Waktu (Biodiversity In Time And Space) Revi Mainaki; Anita Eka Putri
Jurnal Geografi, Edukasi dan Lingkungan (JGEL) Vol. 4 No. 1 (2020): Jurnal Geografi, Edukasi dan Lingkungan (JGEL)
Publisher : Pendidikan Geografi Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1143.383 KB) | DOI: 10.29405/jgel.v4i1.3927

Abstract

Kajian tentang permukaan bumi tidak lepas dari aspek biosfer yang membahas keanekaragaman hayati. Dalam memahami perlu mengetahui sejarah perkembangan kenaekaragaman hayati di permukaan bumi. Paleogeografi merupakan cabang kajian aspek biosfer berbicara mengenai aspek tersebut. Melalui kajian pustaka artikel ini berusaha menguraikan dan mendeskripsikan perkembangan keanekaragaman hayati di dunia berdasarkan kala geologi. Hasil penelitian menunjukan perkembangan flora di dunia diawali dengan munculnya algae, fungi dan schizophyta sebagai spesies pertama dan stabil di setiap masa, spesies lain muncul di Era Paleozoikum tepatnya masa silur yakni nemathopytale dan psilopsida, pada masa devon muncul spesies lain dengan jumlah terbatas dan Masa Karbon flora mulai berkembang menjadi heterogen sampai kepunahan masal di Masa Perm, tetapi kembali berkembang di Era Mesozoikum. Sedangkan fauna diawali dengan munculnya cacing dan protozoa yang berkembang dari masa tersier hingga kambrium jenis porifera, coelenterata, bryozoa, brachiopoda, echinodermata, mollusca, cacing, anthropoda dan chordata. Pada Masa Kambrium muncul hewan bertulang belakang, diawali dengan jenis ikan diikuti oleh placedorm di Masa Silur dan punah pada Masa Trias terus berfluktuatif juga dengan kemunculan jenis amfibi. Pada Masa Permian muncul jenis reptile disusul mamalia di Masa Trias dan burung di Masa Jura sebagai hasil evolusi reptile, jenis primata dan manusia mulai muncul di Era Keneozoikum, pada Masa Tersier, Zaman Paleosen yang ditemukan muncul di Benua Eropa, Amerika Utara dan Asia. Teori evolusi masih menjadi salah satu acuan perkembangan keanekaragaman hayati dari masa ke masa yang didasarkan oleh perubahan DNA dan RNA pada makhluk hidup.
Partisipasi Masyarakat Terhadap Pengelolaan Eduwisata Kampung Susu Dinasty di Desa Sidem Kecamatan Gondang Kabupaten Tulungagung Anita Eka Putri; Elya Kurniawati; Ravinesh Rohit Prasad; Fauziyah Dwi Purwaningtyas
geoedusains: Jurnal Pendidikan Geografi Vol 3 No 2 (2022)
Publisher : Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/geoedusains.v3i2.1724

Abstract

Abstract: Edutourism is not just presenting an entertainment but must be inserted of educational values ​​for visitors. Edutourism aims to improve the intelligence and creativity of visitors. Kampung Susu Dinasty is one of the new developed educational attractions in the area of ​​Sidem Village, Gondang Sub-District, Tulungagung District. The tourism object emphasizes the education aspect in the field of animal husbandry, especially cattle, goats and horses. The tourist attraction of the Kampung Susu Dinasty has an influence to people's lives, the which one is increasing livelihoods which has an impact on increasing income. To find out the form of community participation in the development of edutourism objects, the Kampung Susu Dinasty is needed for a study. Initial identification is done by field survey. Furthermore, data collection is done by observation, interviews, and questionnaires. Then the data were be analyzed to descriptively qualitatively. This was done to find out the form of community participation in the development of the Kampung Susu Dinasty Farm. The results of the study show geographically that Gondang Subdistrict is a suitable area to be developed for chicken farms, not cattle, goats, or horses. The form of community participation in the development of edutourism in the Kampung Susu Dinasty Ranch is participation in management. In addition, the community has a role in developing the tourist attraction. This is indicated by the existence of changes in livelihoods from the former who worked as brick craftsmen to become tourist managers, souvenir artisans, and open parking lots. The development of edutourism in the Kampung Susu Dinasty Livestock is supported by a public attitude that is open to tourism development.
Paleogeografi: Perkembangan Keanekaragaman Hayati Dalam Ruang Dan Waktu (Biodiversity In Time And Space) Revi Mainaki; Anita Eka Putri
Jurnal Geografi, Edukasi dan Lingkungan (JGEL) Vol. 4 No. 1 (2020): Edisi Bulan Januari
Publisher : Pendidikan Geografi Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29405/jgel.v4i1.3927

Abstract

Kajian tentang permukaan bumi tidak lepas dari aspek biosfer yang membahas keanekaragaman hayati. Dalam memahami perlu mengetahui sejarah perkembangan kenaekaragaman hayati di permukaan bumi. Paleogeografi merupakan cabang kajian aspek biosfer berbicara mengenai aspek tersebut. Melalui kajian pustaka artikel ini berusaha menguraikan dan mendeskripsikan perkembangan keanekaragaman hayati di dunia berdasarkan kala geologi. Hasil penelitian menunjukan perkembangan flora di dunia diawali dengan munculnya algae, fungi dan schizophyta sebagai spesies pertama dan stabil di setiap masa, spesies lain muncul di Era Paleozoikum tepatnya masa silur yakni nemathopytale dan psilopsida, pada masa devon muncul spesies lain dengan jumlah terbatas dan Masa Karbon flora mulai berkembang menjadi heterogen sampai kepunahan masal di Masa Perm, tetapi kembali berkembang di Era Mesozoikum. Sedangkan fauna diawali dengan munculnya cacing dan protozoa yang berkembang dari masa tersier hingga kambrium jenis porifera, coelenterata, bryozoa, brachiopoda, echinodermata, mollusca, cacing, anthropoda dan chordata. Pada Masa Kambrium muncul hewan bertulang belakang, diawali dengan jenis ikan diikuti oleh placedorm di Masa Silur dan punah pada Masa Trias terus berfluktuatif juga dengan kemunculan jenis amfibi. Pada Masa Permian muncul jenis reptile disusul mamalia di Masa Trias dan burung di Masa Jura sebagai hasil evolusi reptile, jenis primata dan manusia mulai muncul di Era Keneozoikum, pada Masa Tersier, Zaman Paleosen yang ditemukan muncul di Benua Eropa, Amerika Utara dan Asia. Teori evolusi masih menjadi salah satu acuan perkembangan keanekaragaman hayati dari masa ke masa yang didasarkan oleh perubahan DNA dan RNA pada makhluk hidup.