Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

PEMANFAATAN KEANEKARAGAMAN BAMBU SECARA HIDROLOGIS, EKONOMIS, SOSIAL DAN PERTAHANAN Mainaki, Revi; Maliki, Rendra Zainal
Geodika: Jurnal Kajian Ilmu dan Pendidikan Geografi Vol 4, No 1 (2020): Juni 2020
Publisher : Program Studi Pendidikan Geografi Universitas Hamzanwadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Indonesia adalah salah satu negara dengan tingkat keanekaragaman sumberdaya hayati yang relatif tinggi. Salah satu sumberdaya hayati tersebut, adalah bambu. Keberadaan tanaman bambu di Asia termasuk Indonesia banyak dimanfaatkan ruas, buluh, pelepah, warna dan tingginya untuk berbagai keperluan. Penulisan artikel ini bertujuan untuk menjelaskan pemanfaatan keanekaragaman bambu secara hidrologis, ekonomis, sosial dan pertahanan di masyarakat, sebagai salah satu solusi alternatif pemanfaatan sumberdaya hayati di Indonesia. Jenis data yang digunakan adalah data literatur berupa hasil karya tulis ilmiah atau hasil penelitian yang relevan. Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan: 1) fungsi hidrologis bambu memberikan manfaat langsung sebagai tanaman konservasi mengurangi terjadinya erosi, penahan terjadinya longsor, penutup lahan yang baik untuk daerah tangkapan air, sedangkan secara tidak langsung sebagai penunjang kebutuhan air penduduk seperti untuk pipa, saluran dan tempat air; 2) fungsi ekonomi bambu membantu menunjang kebutuhan manusia, menambah pendapatan dan membuka kesempatan perekonomian baru seperti sebagai bahan konstruksi bangunan, anyaman, tulang beton, tali, alat sambung, atap, lantai dan jembatan; 3) Fungsi sosial dari bambu adalah memicu aktivitas sosial antar individu atau kelompok masyarakat, seperti pemanfaatan bambu untuk alat musik, obat tetes mata, alat pancing, tempat pembibitan, rakit dan pipa rokok; dan 4) Fungsi pertahanan bambu sendiri erat kaitannya dengan sejarah bangsa Indonesia terutama sebagai senjata dalam melawan penjajah, selain itu fungsi pertahanan bambu sendiri yakni sebagai medan pertahanan dan pagar hidup maupun buatan.
PEMANFAATAN KEANEKARAGAMAN BAMBU SECARA HIDROLOGIS, EKONOMIS, SOSIAL DAN PERTAHANAN Mainaki, Revi; Maliki, Rendra Zainal
Geodika: Jurnal Kajian Ilmu dan Pendidikan Geografi Vol 4, No 1 (2020): Juni 2020
Publisher : Program Studi Pendidikan Geografi Universitas Hamzanwadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Indonesia adalah salah satu negara dengan tingkat keanekaragaman sumberdaya hayati yang relatif tinggi. Salah satu sumberdaya hayati tersebut, adalah bambu. Keberadaan tanaman bambu di Asia termasuk Indonesia banyak dimanfaatkan ruas, buluh, pelepah, warna dan tingginya untuk berbagai keperluan. Penulisan artikel ini bertujuan untuk menjelaskan pemanfaatan keanekaragaman bambu secara hidrologis, ekonomis, sosial dan pertahanan di masyarakat, sebagai salah satu solusi alternatif pemanfaatan sumberdaya hayati di Indonesia. Jenis data yang digunakan adalah data literatur berupa hasil karya tulis ilmiah atau hasil penelitian yang relevan. Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan: 1) fungsi hidrologis bambu memberikan manfaat langsung sebagai tanaman konservasi mengurangi terjadinya erosi, penahan terjadinya longsor, penutup lahan yang baik untuk daerah tangkapan air, sedangkan secara tidak langsung sebagai penunjang kebutuhan air penduduk seperti untuk pipa, saluran dan tempat air; 2) fungsi ekonomi bambu membantu menunjang kebutuhan manusia, menambah pendapatan dan membuka kesempatan perekonomian baru seperti sebagai bahan konstruksi bangunan, anyaman, tulang beton, tali, alat sambung, atap, lantai dan jembatan; 3) Fungsi sosial dari bambu adalah memicu aktivitas sosial antar individu atau kelompok masyarakat, seperti pemanfaatan bambu untuk alat musik, obat tetes mata, alat pancing, tempat pembibitan, rakit dan pipa rokok; dan 4) Fungsi pertahanan bambu sendiri erat kaitannya dengan sejarah bangsa Indonesia terutama sebagai senjata dalam melawan penjajah, selain itu fungsi pertahanan bambu sendiri yakni sebagai medan pertahanan dan pagar hidup maupun buatan.
PENERAPAN PHBS UNTUK MENCEGAH PENULARAN COVID-19 PADA KELAS IBU HAMIL DI POSYANDU YANG ADA DI WILAYAH PUSKESMAS KAWALU KOTA TASIKMALAYA NENI; LULU YULIANI; ANITA EKA PUTRI; REVI MAINAKI
JURNAL EKONOMI, SOSIAL & HUMANIORA Vol 2 No 08 (2021): INTELEKTIVA : JURNAL EKONOMI, SOSIAL DAN HUMANIORA (EDISI - MARET 2021 )
Publisher : KULTURA DIGITAL MEDIA ( Research and Academic Publication Consulting )

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

PHBS is all health behavior that is carried out with awareness so that family members or families can help themselves in the health sector and play an active role in health activities in the community (DEPKES RI, 2010). PHBS must be implemented in various settings, one of which is PHBS at the Health Care Facility (POSYANDU). Pregnant women are a group of people who are at risk of being vulnerable to various health problems. Among them are susceptible to contracting infectious diseases, one example is currently an outbreak of COVID 19, therefore we are in this dedication will provide education about "the application of phbs in posyandu for pregnant women class which aims to prevent pregnant women from contracting covid 19, we hope that this PHBS can be implemented in daily life, in daily activities so that the community, especially pregnant women, have a good health status. For this reason, the TOT for Posyandu cadres we do for Posyandu cadres in the area of ​​Puskesmas Kawalu, Tasikmalaya City aims to improve the quality of life by increasing knowledge and awareness to behave in a clean and healthy life (PHBS), as well as applying it to the class of pregnant women at existing Posyandu in wila well, Puskesmas Kawalu, Tasikmalaya City.
PERKERETAAPIAN MASA KOLONIAL BELANDA DI WILAYAH INDRAMAYU: PEMETAAN JALUR DAN BUKTI TINGGALAN ARKEOLOGIS Revi Mainaki; Iwan Hermawan
WalennaE Vol 17 No 2 (2019)
Publisher : Balai Arkeologi Provinsi Sulawesi Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (396.222 KB) | DOI: 10.24832/wln.v17i2.388

Abstract

The development of railways in Indonesia is related to the exploration and exploitation of the Dutch Colonial Government. This mode of transportation is used for the transport of agricultural commodities so that a compilation of enforced planting politics is enforced. Indramayu is one of the areas on the island of North Java which is traversed by the construction of this route, so it has archaeological remains, everything related to trains or is called railways. This remains a fact and basis in colonial history. The difficulty of preserving the railroad relics in the Indramayu Region is difficult to find and approve. Through qualitative and exploratory methods, this study further discusses railways that have archaeological values on the track built by the Dutch colonial government, namely (1) the non-active Jatibarang - Indramayu railway line; (2) Jatibarang - Karangampel non-active train line; (3) Haurgeulis - Arjawinangun Lane which is an active route at this time. Data collected through literature studies, documentation studies, observations collected by interviews. The results showed some relics in this region which are found in several districts namely Jatibarang, Karangampel, Haurgeulis Districts and along the Jatibarang-Indramayu, Jatibarang-Karangampel and Jatibarang-Arjawinangun subdistricts. Also around the former station Kadokangabus Station, Terisi and Telagasari. Besides that, it was located in the center of Cimanuk economic activity during the colonial period. Perkembangan kereta api di Indonesia, terkait dengan eksplorasi dan eksploitasi Pemerintah Kolonial Belanda. Mode transportasi ini digunakan untuk pengangkutan komoditas pertanian, sehingga menguat ketika diberlakukannya politik tanam paksa. Indramayu adalah salah satu wilayah di Utara Pulau Jawa yang dilalui oleh pembangunan jalur ini, sehingga memiliki tinggalan arkeologis, segala sesuatu yang berhubungan dengan kereta api atau disebut dengan perkretaapian. Tinggalan tersebut menjadi fakta dan dasar dalam mengidentifikasi sejarah masa kolonial. Kurangnya kesadaran pelestarian tinggalan perkretaapian di Wilayah Indramayu, membuatnya sulit dicari dan di identifikasi. Melalui pendekatan kualitatif dan metode eksploratif, penelitian ini mengidentifikasi tinggalan perkeretaapian yang memiliki nilai arkeologis di jalur yang dibangun pemerintah kolonial belanda yakni jalur (1) Jalur kereta api non aktif Jatibarang – Indramayu; (2) Jalur kereta api non aktif Jatibarang – Karangampel; (3) Jalur Haurgeulis – Arjawinangun yang merupakan jalur aktif saat ini. Data dikumpulkan melalui studi literatur, studi dokumentasi, observasi yang diperkuat oleh wawancara. Hasil penelitian menunjukan beberapa peninggalan di wilayah ini yang terdapat di beberapa kecamatan yakni Kecamatan Jatibarang, Karangampel, Haurgeulis serta di sepanjang jalur penelusuran Jatibarang-Indramayu, Jatibarang-Karangampel dan Jatibarang-Arjawinangun. Juga di sekitar bekas stasiun Stasiun Kadokangabus, Terisi dan Telagasari. Selain itu terdapat tinggalan di pusat aktivitas ekonomi Cimanuk pada masa kolonial.
Pemanfaatan Keanekaragaman Bambu Secara Hidrologis, Ekonomis, Sosial dan Pertahanan Revi Mainaki; Rendra Zainal Maliki
Geodika: Jurnal Kajian Ilmu dan Pendidikan Geografi Vol 4, No 1 (2020): Juni 2020
Publisher : Program Studi Pendidikan Geografi Universitas Hamzanwadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29408/geodika.v4i1.1951

Abstract

Indonesia is one of countries with a relatively high level of biodiversity. One of these biological resources, is bamboo. The existence of bamboo plants in Asia, including Indonesia, is widely used by segments, reeds, midribs, colors and height for various purposes. The writing of this article aims to explain the use of bamboo diversity in a hydrological, economic, social and defense manner in society, as one of the alternative solutions for the utilization of biological resources in Indonesia. The type of data used is literature data in the form of scientific papers or relevant research results. The data that has been collected is then analyzed using a qualitative descriptive approach. The results showed: 1) the hydrological function of bamboo provides direct benefits as a conservation plant reducing erosion, preventing landslides, good land cover for water catchments, while indirectly as a support for the population's water needs such as pipes, canals and water containers; 2) the economic function of bamboo helps to support human needs, increase income and open up new economic opportunities such as building construction materials, plaits, concrete bones, ropes, connecting tools, roofs, floors and bridges; 3) The social function of bamboo is to trigger social activities between individuals or community groups, such as the use of bamboo for musical instruments, eye drops, fishing rods, nurseries, rafts and cigarette pipes; and 4) The function of bamboo defense itself is closely related to the history of the Indonesian people, especially as a weapon in the fight against invaders, in addition to the function of bamboo defense itself, namely as a defense field and live and artificial fences.
Analisis kesesuaian lahan rawa untuk pengembangan kawasan permukiman di Kecamatan Gondang Kabupaten Tulungagung Anita Eka Putri; Dwiyono Hari Utomo; Revi Mainaki
Jurnal Pendidikan Geografi: Kajian, Teori, dan Praktek dalam Bidang Pendidikan dan Ilmu Geografi Vol 25, No 2 (2020)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um017v25i22020p170

Abstract

Gondang District is a drained swamp morphology with an area of 37.85 Km2 with a slope of <2%. Regarding this, it has different physical condition from other settlement areas. This study aimed to evaluate the suitability of the land for settlement development in the area. The data related to slope, soil structure, soil texture, drainage, and depth of ground water level, rock weathering level, level of flooding / flooding, soil carrying capacity, permeability, and potential for soil wrinkle (index cole) were collected through observation. Through the sample type of purposive sampling on land unit maps resulted from overlay maps of slope, land use maps, and maps of soil types, scoring was then conducted. Using descriptive evaluative method, the results show that the land which has been or will be developed into a settlement area has some limiting values so as further evaluation is required when used as a settlement areaKecamatan Gondang mempunyai luas area 37,85 Km2 dengan kemiringan lereng < 2% merupakan morfologi rawa yang mengalami pengeringan sehingga semiliki kondisi fisik yang berbeda dari kawasan permukiman yang lain. Tujuan penelitian ini untuk melakukan evaluasi kesesuaian lahan di untuk pengembangan permukiman di daerah tersebut. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif evaluatif. Data kemiringan lereng, struktur tanah, tekstur tanah, drainase, kedalaman muka air tanah, tingkat pelapukan batuan, tingkat penggenangan/banjir, daya dukung tanah, permeabilitas, dan potensi kembang kerut tanah (index cole)dikumpulkan dengan observasi. Melalui sampel jenis purposive sampling pada peta unit lahan yang dihasilkan dari overlay peta kemiringan lereng, peta penggunaan lahan, dan peta jenis tanah yang kemudian dilakukan pengharkatan (scoring). Hasil penelitian menunjukkan bahwa lahan yang telah dikembangkan maupun yang akan dikembangkan menjadi kawasan permukiman mempunyai beberapa nilai pembatas sehingga perlu adanya evaluasi lebih lanjut apabila digunakan sebagai kawasan permukiman.           
PEMETAAN JALUR DAN TINGGALAN PERKERETAAPIAN MASA KOLONIAL BELANDA DI WILAYAH CIREBON TIMUR Iwan Hermawan; Revi Mainaki
Jurnal Sosioteknologi Vol. 18 No. 3 (2019)
Publisher : Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/sostek.itbj.2019.18.3.21

Abstract

Cirebon is one of the regions in West Java Province with a coastal landcape, its strategic location and fertile land makes Cirebon rich in agricultural resources. These conditions encouraged the Dutch Government to exploit and occupy in Cirebon. The relatively abundant exploitation of commodities has led to the establishment of efficient transportation facilities for transporting agricultural products. Railroad is an efficient transportation transportation technology that at that time developed, so railroad lines, stations and stops were built with all the facilities. The first development was the Semarang - Cirebon route with the tram class of 1897 and continued to experience development. Through a qualitative approach with a descriptive explorative research method this research seeks to map and identify railroad relics in the Cirebon Region, based on Geographic Information System technology (GIS) to obtain historical social information on the development of the Cirebon Region during the Dutch Colonial period. Data was collected through observation by tracing rail tracks so that railroad relics were found in the form of railroad tracks, stations and stops that were still functioning or those that were no longer active. The tracing data was strengthened with literature studies, literature studies and documentation studies and then analyzed with the Geographic Information System so that a map of the railroad distribution was obtained and described in written form. The results of the study found railroad relics in the form of former railroad tracks, former station buildings and former stops with various supporting facilities including the former buildings of Mundu Station, Warudurur, Kanci, Sindanglaut, Karangsuwung, Jatiseeng, Ciledug, Losari and Babakan. Then stop at Jatipiring, Cibogo, Waled, Luwunggajah, and Titik Simpang Bedilan. The remains are scattered along the former railroad tracks, both those that are still functioning and those that are no longer active.
Land Value Potential Zonation : Implication Towards Urban Planning Revi Mainaki; Anita Eka Putri; Dwiyono Hari Utomo
Geosfera Indonesia Vol 5 No 2 (2020): GEOSFERA INDONESIA
Publisher : Department of Geography Education, University of Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19184/geosi.v5i2.17442

Abstract

Potential land prices are strongly influenced by various factors, Cimahi City has three sub-districts displaying unique characteristics, since it is located between two districts and one large city, which affects the potential price of land. The potential price of land is crucial to identify, especially in determining the policies of related agencies, the purpose of this research was to zoning potential land prices in Cimahi City. This study engaged a quantitative approach utilizing data collection technique in the form of observation, literature, documentation, and interviews, then analysis was conducted using a GIS which composed of assessment, weighting, coating, and buffering. The study population was all sub-districts in Cimahi. The research samples were taken from several sub-districts which were influenced by districts and cities characteristics indicators such as accessibility, land usage, and land ownership status. The results showed land prices potential was classified as low, medium, and high which was derived by several indicators. It could be concluded that the potential land price is strongly influenced by the surrounding area features, especially urban and district infrastructure. Keywords: Land Value Potential; Zonation; Urban Planing Copyright (c) 2020 Geosfera Indonesia Journal and Department of Geography Education, University of Jember This work is licensed under a Creative Commons Attribution-Share A like 4.0 International License
Pengaruh Perkeretaapian Terhadap Perkembangan Struktur Tata Ruang Kota Cirebon Berdasarkan Tinggalan Arkeologis Iwan Hermawan; Octaviadi Abrianto; Revi Mainaki
KALPATARU Vol. 29 No. 2 (2020)
Publisher : Pusat Penelitian Arkeologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/kpt.v29i2.653

Abstract

Abstract. Cirebon is a strategic city in the north of Java which, based on concentric theory, has a dynamic development process. This research used a qualitative approach and the descriptive method followed the pattern of inductive reasoning where data was collected through a) a literature study to documents from Indonesian National Archives (ANRI) and PT KAI Indonesia; b) field survey to observe the remains of the railroads; and c) interviews with the community leaders. Data were then analyzed spatially, using indicators from concentric theory, to see the effect of railroads on the development of the spatial structure of Cirebon. The result of the study reveals that the palace used to be the center of community activities during the kingdom reign, then shifted after the Dutch arrived and built the railroads. The center of the activities shifted to the ports, the stations, along the train stops, the plantation areas, the sugar factories, and the meeting points of the roads. The remains of the railroads today become a contextual proof of the development of the spatial structure of Cirebon which must be preserved as an archaeological value. Keywords: Train Heritage, Spatial Structure, Cirebon Abstrak. Cirebon merupakan kota yang strategis di bagian utara Pulau Jawa. Jika didasarkan pada teori konsentris, kota ini memiliki proses perkembangan dinamis. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, metode deskripstif mengikuti pola penalaran induktif. Data dikumpulkan melalui studi literatur, yakni dokumen dari Arsip Nasional Indonesia dan PT KAI Indonesia; survei untuk melihat sisa tinggalan perkeretaapian dari studi literasi; dan wawancara kepada tokoh masyarakat. Data dianalisis secara spasial dengan indikator dari teori konsentris untuk melihat pengaruh perkeretaapian terhadap perkembangan struktur tata ruang Kota Cirebon. Hasil penelitian tinggalan arkeologis perkeretaapian menunjukan bahwa pada masa kerajaan, pusat aktivitas masyarakat berada di sekitar keraton, kemudian bergeser setelah Belanda datang dan membangun perkeretaapian. Pusat aktivitas bergeser ke pelabuhan, stasiun, sepanjang perhentian kereta api, kawasan perkebunan, pabrik gula dan titik pertemuan jalan. Kondisi tinggalan tersebut menjadi bukti kontekstual perkembangan struktur tata ruang Kota Cirebon yang harus dilestarikan sebagai peninggalan bernilai arkeologis. Kata kunci: Tinggalan Perkeretaapian, Struktur Tata Ruang, Cirebon
Paleogeografi: Perkembangan Keanekaragaman Hayati Dalam Ruang Dan Waktu (Biodiversity In Time And Space) Revi Mainaki; Anita Eka Putri
Jurnal Geografi, Edukasi dan Lingkungan (JGEL) Vol. 4 No. 1 (2020): Jurnal Geografi, Edukasi dan Lingkungan (JGEL)
Publisher : Pendidikan Geografi Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1143.383 KB) | DOI: 10.29405/jgel.v4i1.3927

Abstract

Kajian tentang permukaan bumi tidak lepas dari aspek biosfer yang membahas keanekaragaman hayati. Dalam memahami perlu mengetahui sejarah perkembangan kenaekaragaman hayati di permukaan bumi. Paleogeografi merupakan cabang kajian aspek biosfer berbicara mengenai aspek tersebut. Melalui kajian pustaka artikel ini berusaha menguraikan dan mendeskripsikan perkembangan keanekaragaman hayati di dunia berdasarkan kala geologi. Hasil penelitian menunjukan perkembangan flora di dunia diawali dengan munculnya algae, fungi dan schizophyta sebagai spesies pertama dan stabil di setiap masa, spesies lain muncul di Era Paleozoikum tepatnya masa silur yakni nemathopytale dan psilopsida, pada masa devon muncul spesies lain dengan jumlah terbatas dan Masa Karbon flora mulai berkembang menjadi heterogen sampai kepunahan masal di Masa Perm, tetapi kembali berkembang di Era Mesozoikum. Sedangkan fauna diawali dengan munculnya cacing dan protozoa yang berkembang dari masa tersier hingga kambrium jenis porifera, coelenterata, bryozoa, brachiopoda, echinodermata, mollusca, cacing, anthropoda dan chordata. Pada Masa Kambrium muncul hewan bertulang belakang, diawali dengan jenis ikan diikuti oleh placedorm di Masa Silur dan punah pada Masa Trias terus berfluktuatif juga dengan kemunculan jenis amfibi. Pada Masa Permian muncul jenis reptile disusul mamalia di Masa Trias dan burung di Masa Jura sebagai hasil evolusi reptile, jenis primata dan manusia mulai muncul di Era Keneozoikum, pada Masa Tersier, Zaman Paleosen yang ditemukan muncul di Benua Eropa, Amerika Utara dan Asia. Teori evolusi masih menjadi salah satu acuan perkembangan keanekaragaman hayati dari masa ke masa yang didasarkan oleh perubahan DNA dan RNA pada makhluk hidup.