Claim Missing Document
Check
Articles

Found 17 Documents
Search

PERGESERAN BUSANA ONE SET DARI PIYAMA MENJADI BUSANA SEHARI_HARI Nisa Haritsatul Ummah; Asep Miftahul Falah
ATRAT: Jurnal Seni Rupa Vol 10, No 2 (2022): ESTETIKA DALAM MAKNA, MEDIA, DAN TEKNIK VISUAL
Publisher : Jurusan Seni Rupa ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/atrat.v10i2.2107

Abstract

OVERSIZED BOYFRIEND BLAZER SEBAGAI ALTERNATIF GAYA HIDUP FASHIONABLE Hanifah Nurul Muslimah; Asep Miftahul Falah
ATRAT: Jurnal Seni Rupa Vol 10, No 3 (2022): EKSISTENSI SENI DAN BUDAYA DALAM INTERPRETASI VISUAL
Publisher : Jurusan Seni Rupa ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/atrat.v10i3.2322

Abstract

EKSISTENSI BATIK CIAMIS OLEH KOPERASI RUKUN BATIK CIAMIS DI TENGAH MODERNISASI Hanifah Nurul Muslimah; Asep Miftahul Falah
ATRAT: Jurnal Seni Rupa Vol 10, No 2 (2022): ESTETIKA DALAM MAKNA, MEDIA, DAN TEKNIK VISUAL
Publisher : Jurusan Seni Rupa ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/atrat.v10i2.2104

Abstract

TREND FASHION, AURAT DAN KOMUNITAS EMAK_EMAK DI LINGKUNGAN UJUNG BERUNG Ghaza Ayeesha T.H.A; Asep Miftahul Falah
ATRAT: Jurnal Seni Rupa Vol 10, No 2 (2022): ESTETIKA DALAM MAKNA, MEDIA, DAN TEKNIK VISUAL
Publisher : Jurusan Seni Rupa ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/atrat.v10i2.2105

Abstract

Kontekstualitas dan Representasional Patung Monumen di Kota Bandung Gustiyan Rachmadi; Husen Hendriyana; Asep Miftahul Falah
PANGGUNG Vol 33, No 2 (2023): Ideologi, Identitas, dan Kontekstualitas Seni Budaya Media
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/panggung.v33i2.2609

Abstract

Pembuatan patung monumen sering dijadikan penanda seperti simbol dan ikon tertentu yang dianggap penting. Permasalahannya yaitu bagaimana kontekstualitas dan representasi dari gagasan, konsep, bentuk, dan tempat patung monumen itu diwujudkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui teks dan konteks, serta bentuk estetik patung monumen di Kota Bandung. Berdasarkan penelusuran data di lapangan didapatkan lima puluh bentuk patung monumen di wilayah kota Bandung. Namun, dari hasil proses analisis seleksi objek hanya tiga patung monumen yang dijadikan sample pembahasan penelitian ini, yaitu Patung Monumen Pemuda Pelajar Pejuang 45, Patung Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat, dan Patung Monumen Bandung Lautan Api. Untuk mengetahui kontekstualitas dan representasi dibalik wujud dan bentuk patung yang dimaksud, penelitan ini menggunakan metode semiotika, yakni untuk mengkaji hubungan antara tanda-tanda dengan designata atau objek-objek patung monumen beserta kajian aspek kesejarahannya. Pada kajian fenomena seni patung monumental ditempatkan sebagai fenomena kebahasaan yang memiliki struktur tertentu seperti halnya bahasa, yakni aspek langue, parole, sintagmatik dan paradigmatik, icon, index, symbol. Hasil penelitian mengungkapkan teks dan konteks pembuatan patung monumen di Kota Bandung sehingga memungkinkan bisa memberikan jawaban secara kontekstual terkait dengan nilai historis, ekologis, nasionalis, edukasi serta representasi proses kreatif. Bentuk estetis merupakan gagasan dan konsep yang menjadi dasar perwujudan patung monumen tersebut. Kata Kunci : kontekstualitas; representasi; patung, monumen
PERSPECTIVE OF GENERASI Z FASHION AS MANIFESTATION OF SOCIAL CONSTRUCTIONISM Dede Ananta; Asep Miftahul Falah
Moda : The Fashion Journal Vol. 5 No. 2 (2023): MODA
Publisher : Universitas Ciputra Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37715/moda.v5i2.4113

Abstract

This study explores Generation Z's view of fashion as a manifestation of social constructionism. This research attempts to answer questions about how Generation Z understands and responds to fashion trends and how fashion trends play a role in the social construction of their identities. The research problem studied is the role of fashion in shaping self-perception and how social views influence the acceptance and interpretation of fashion trends by Generation Z. The basic design of this study uses qualitative methods with a phenomenological approach. Data was collected through observation and distribution of questionnaires with several participants from Generation Z, who represented various social and cultural backgrounds. The collected data is then analyzed thematically to identify key trends and emerging findings. The analysis shows that Generation Z sees fashion as a means to express their identity and build a social image with community groups. Fashion for them is not only about personal style but also a form of expression of their culture and social values. The main trend found is that Generation Z tends to be more inclusive and accepting of differences in fashion, rejecting stereotypes and rigid social norms. The interpretation of the results of this study shows that fashion for Generation Z is not just a tool to follow trends, but also a form of self-expression and social identity. In addition, they tend to reject social boundaries and fight for inclusivity in fashion.
Metodelogi Turun Bawah Lembaga Keboedajaan Rakyat Untuk Produksi Karya.: Methodology Turun Bawah Lembaga Keboedajaan Rakjat To Produce Work. mochamad fauzi; Cahayana Agus; Falah Asep Miftahul; Martien Roos Nagara
Arty: Jurnal Seni Rupa Vol. 13 No. 2 (2024): ARTY
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Metode berkesenian adalah suatu kegiatan yang diterapkan oleh seniman untuk menggapai sebuah visi tertentu dalam keseniannya metode sering kali menyatu dalam sebuah manifesto yang digagas seniman atau organisasi kelompok, di Indonesia sendiri memiliki satu manifesto yang teguh ber-irisan dengan sifat politis dan ideologis, pada tahun  1959 dalam kongres mengemukakan pernyataan penolakan terhadap slogan “seni untuk seni” hal tersebut dikemukakan oleh Njoto yang berkembang menjadi manifesto organisasi seni budaya yaitu Lembaga Keboedajaan Rakjat atau Lekra. Lekra memiliki manifesto atau panduan yang harus diteladani tiap seniman yaitu TURBA (Turun Bawah), tetapi dengan perkembangan negara Indonesia yang mengalami banyak peristiwa politik membuat TURBA luput untuk diterapkan oleh para seniman terutama setelah Indonesia mengalami peristiwa 1965 dan berimbas pada gaya kesenian Indonesia yang menghilangkan unsur politis dalam karyanya, hal tersebut juga mendapatkan otokritik terutama di era seni rupa kontemporer yang dirasa para seniman tidak mempunyai akar yang kuat dan landasan yang mendasar untuk mempresentasikan karyanya, lalu apakah metode berkarya TURBA akan selalu diperlukan pada tiap seniman, dalam tulisan ini akan mengulas bagaimana perkembangan TURBA dan korelasinya dengan dunia seni rupa sekarang.