St. Hajrah Syam
Institut Agama Islam Muhammadiyah Sinjai

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Upaya Penanaman Nilai Keagamaan di Lingkungan Pesantren An-Nuriyah Bontocini Subair Syam; St Hajra Syam
Al Iman: Jurnal Keislaman dan Kemasyarakatan Vol. 5 No. 2 (2021): Al-Iman Jurnal Keislaman dan Kemasyarakatan
Publisher : STID Raudlatul Iman Sumenep

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Rural communities that are thick with religious values ​​are no longer something new to be discussed. There are still many rural communities who tend to carry out rituals from generation to generation and most of them are part of the values ​​of ignorance that are not in accordance with the Koran and as-sunnah. This study aims to measure the efforts made by boarding school supervisors in instilling religious values ​​to the Bontocini community and the toilets that make the coaches. The method used is descriptive qualitative, namely direct interviews with the leaders of the boarding school along with the coaches and the surrounding community. In accordance with the data obtained, the inculcation of Islamic values ​​in the Bontocini community is carried out in three ways, namely: 1) preaching, 2) providing counseling on Islam,3) preparing for those who understand religion. There are 3 obstacles that serve by the coaches in instilling religious values ​​in society, namely: 1) community trust that is still thick, 2) embarrassed by the new changes, 3) different understandings Masyarakat pedesaan yang kental dengan nilai-nilai keagamaannya bukan lagi sesuatu yang baru untuk diperbincangkan. masih banyak Masyarakat pedesaan yang cenderung melakukan ritual-ritual secara turun temurun dan kebanyakan merupakan bagian dari nilai-nilai jahiliah yang tidak sesuai dengan Alquran dan as-sunnah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui upaya yang dilakukan oleh para pembina pondok pesantren dalam menanamkan nilai keagamaan terhadap masyarakat bontocini dan kendala yang dialami para Pembina. Motde yang digunakan adalah kualitatif deskriptif yaitu dengan wawancara langsung kepada pimpinan pondok pesantren beserta para Pembina dan masyarakat sekitar. Sesuai dengan data yang diperoleh, penanaman nilai agama Islam terhadap masyarakat bontocini melalui tiga cara yaitu: 1) berdakwah, 2) memberikan penyuluhan agama Islam, 3) mempersiapkan generasi yang paham agama. Kendala yang dialami oleh para Pembina dalam melakukan penanaman nilai keagamaan terhadap masyarakat ada 3 yaitu: 1) kepercayaan masyarakat yang masih kental, 2) malu dengan perubahan yang baru, 3) banyaknya pemahaman yang berbeda-beda.
PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP WARIA DI PONDOK PESANTREN AL-FATAH YOGYAKARTA St. Hajrah Syam; Sulfikar Sulfikar; Rahmatullah Rahmatullah; Darwis Darwis
Jurnal Mimbar: Media Intelektual Muslim dan Bimbingan Rohani Vol 8 No 2 (2022): Journal Mimbar
Publisher : Institut Agama Islam Muhammadiyah Sinjai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47435/mimbar.v8i2.1160

Abstract

Manusia memiliki hak yang sama dihadapan Tuhan termasuk Waria, namun tidak jarang waria mendapat kesulitan bahkan terabaikan dalam bersosialisasi dan mengekpresikan keberagamaannya. Di kalangan masayarakat yang agamis waria dianggap kaum yang termarjinalkan dan mendapat tekanan dari segi sosial maupun kultural. Namun, di sisi lain terdapat pesantren yang menyediakan fasilitas bagi waria dalam mengekspresikan keberagamaannya sekaligus tempat belajar dan bersosialisasi sesama mereka, pesantren tersebut adalah pesantren Al-Fatah tepatnya di Yogyakarta.Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pandangan masyarakat yogyakarta terhadap waria di Pesantren Al-Fatah. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi yang bersifat deskriptif. Teknik pengumpulan data melalui observasi dan wawancara semiterstruktur. Informan dalam penelitian ini adalah masyarakat yogyakarta. Hasilnya kalau kita petakan pertama, sebagian besar akademisi sudah melihat ini sebagai fenomena yang harus kita tanggapi dengan bijak bukan malah menjauhi dan mengkucilkannya, dan mereka yang menjadi waria, kedua waria harus di kucilkan dan mereka yang bergabung dengan pesantren itu terlihat aneh, ketiga waria ini sudah di anggap sebgai gender ketiga jadi mereka itu harus diberikan hakknya sebagaimana adanya laki-laki dan perempuan.
KONSEP MEMAAFKAN DALAM MENENANGKAN JIWA REMAJA DARI KELUARGA BROKEN HOME St. Hajrah Syam; Rahmatullah Rahmatullah; Nensi Ratnasari; Nuraisyah Nuraisyah
Jurnal Mimbar: Media Intelektual Muslim dan Bimbingan Rohani Vol 9 No 1 (2023): Journal Mimbar
Publisher : Institut Agama Islam Muhammadiyah Sinjai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47435/mimbar.v9i1.1684

Abstract

Adolescence is a period of inner conflict for many individuals because it is during this period that many adolescents seek identity. In addition, they also have a high curiosity, so that coaching and guidance from family members and those closest to them, especially parents, is very important to guide teenagers to carry out positive and useful activities. But unfortunately, many teenagers find themselves in precarious situations, with broken families, or rather, with broken families. This study aims to find out what a broken home is, and to find out how the concept of forgiveness in calming the souls of teenagers from broken home families. In this study, researchers used library research, which is research that includes a series of activities related to library data collection methods. The results of this study explain that forgiveness in calming the souls of teenagers and broken home families is very important for teenagers
PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP WARIA DI PONDOK PESANTREN AL-FATAH YOGYAKARTA St. Hajrah Syam; Sulfikar Sulfikar; Rahmatullah Rahmatullah; Darwis Darwis
Jurnal Mimbar: Media Intelektual Muslim dan Bimbingan Rohani Vol 8 No 2 (2022): Journal Mimbar
Publisher : Universitas Islam Ahmad Dahlan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47435/mimbar.v8i2.1160

Abstract

Manusia memiliki hak yang sama dihadapan Tuhan termasuk Waria, namun tidak jarang waria mendapat kesulitan bahkan terabaikan dalam bersosialisasi dan mengekpresikan keberagamaannya. Di kalangan masayarakat yang agamis waria dianggap kaum yang termarjinalkan dan mendapat tekanan dari segi sosial maupun kultural. Namun, di sisi lain terdapat pesantren yang menyediakan fasilitas bagi waria dalam mengekspresikan keberagamaannya sekaligus tempat belajar dan bersosialisasi sesama mereka, pesantren tersebut adalah pesantren Al-Fatah tepatnya di Yogyakarta.Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pandangan masyarakat yogyakarta terhadap waria di Pesantren Al-Fatah. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi yang bersifat deskriptif. Teknik pengumpulan data melalui observasi dan wawancara semiterstruktur. Informan dalam penelitian ini adalah masyarakat yogyakarta. Hasilnya kalau kita petakan pertama, sebagian besar akademisi sudah melihat ini sebagai fenomena yang harus kita tanggapi dengan bijak bukan malah menjauhi dan mengkucilkannya, dan mereka yang menjadi waria, kedua waria harus di kucilkan dan mereka yang bergabung dengan pesantren itu terlihat aneh, ketiga waria ini sudah di anggap sebgai gender ketiga jadi mereka itu harus diberikan hakknya sebagaimana adanya laki-laki dan perempuan.
Konsep Memaafkan Dalam Menenangkan Jiwa Remaja Dari Keluarga Broken Home St. Hajrah Syam; Rahmatullah Rahmatullah; Nensi Ratnasari; Nuraisyah Nuraisyah
Jurnal Mimbar: Media Intelektual Muslim dan Bimbingan Rohani Vol 9 No 1 (2023): Journal Mimbar
Publisher : Universitas Islam Ahmad Dahlan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47435/mimbar.v9i1.1684

Abstract

Adolescence is a period of inner conflict for many individuals because it is during this period that many adolescents seek identity. In addition, they also have a high curiosity, so that coaching and guidance from family members and those closest to them, especially parents, is very important to guide teenagers to carry out positive and useful activities. But unfortunately, many teenagers find themselves in precarious situations, with broken families, or rather, with broken families. This study aims to find out what a broken home is, and to find out how the concept of forgiveness in calming the souls of teenagers from broken home families. In this study, researchers used library research, which is research that includes a series of activities related to library data collection methods. The results of this study explain that forgiveness in calming the souls of teenagers and broken home families is very important for teenagers