Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

USAHATANI KOPI ROBUSTA DENGAN PEMANFAATAN KOTORAN KAMBING SEBAGAI PUPUK ORGANIK DI BALI , Rubiyo; Guntoro, S.; , Suprapto
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 6, No 1 (2003): Januari 2003
Publisher : Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Coffee farming system assessment using dung manure decomposed by worms, Rummino bacillus, andnormally decomposed was done in Buleleng, Bali in 2001-2002. The productive coffee plantation assessed inthis study was owned by farmers and planted in 1994. The assessment consisted of three farmers’ groups and 5farmers were selected from each group or total of 15 participating farmers treated as replication with 3 types oforganic fertilizers as technology introduced, namely (a) P0 = normally decomposed, (b) P1 = dung manure ofgoats decomposed by worms, and (c) P2 = dung manure of goats decomposed by Rummino bacillus. The resultsshowed that P2 produced the average highest yield of 948.80 kilograms per hectare of coffee beans with profitsof Rp 863,800 per year and return to cost (R/C) ratio of 1.35. P0 gave the lowest yield of 550.40 kilograms perhectare of coffee beans and its R/C ratio of 0.89.Key words : robusta coffee, farming systems, organic fertilizer Pengkajian usahatani kopi robusta dengan pupuk organik dari kotoran kambing yang dikomposkandengan cacing, Rummino bacillus dan cara pengomposan biasa telah dilakukan pada tahun 2001-2002 diBuleleng Bali. Tanaman kopi yang digunakan sebagai obyek pengkajian adalah jenis kopi robusta milik petanidan telah menghasilkan (TM) tahun tanam 1994. Pengkajian melibatkan 3 kelompok tani dan tiap kelompokdiambil 5 orang sehingga terdapat 15 petani kooperator sebagai plot pangkajian (ulangan) dengan 3 macampupuk organik digunakan sebagai introduksi teknologi yaitu (a) PO= Pengomposan dilakukan dengan cara biasa(b) P1= Pupuk dari kotoran kambing yang dikomposkan dengan cacing (kascing) dan (c) P2= Pupuk dari kotorankambing yang dikomposkan dengan menggunakan Rummino bacillus. Hasil pengkajian menunjukan bahwateknologi P2 menghasilkan jumlah produksi kopi tertinggi dengan rata-rata 948,80 kg kopi beras/ha dengankeuntungan Rp 863.800/tahun dengan tingkat R/C 1,35. PO menghasilkan produksi terendah, yaitu 550,40 kgkopi beras/ha dengan tingkat R/C 0,89.Kata kunci : kopi robusta, usahatani, pupuk organik
PENGARUH PENGGUNAAN KEMASAN DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP MUTU BUAH SALAK BALI Trisnawati, W.; , Rubiyo
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 7, No 1 (2004): Januari 2004
Publisher : Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Bali Salacca (snake’s skin fruit) (Salacca edulis Reinw) is one of the exotic fruits. The fruit is easilydamaged if it is not properly handled since harvesting up to marketing. It is possible to lengthen its shelf-life throughappropriately post harvest and packaging handling. The research was carried out in Telaga village, Sibetan Subdistrict,Karangasem District on August 2001. The fruits, either detached from or still attached with their bunch, were packedinside wrapping-paper and bamboo boxes (besek). Fruits storage lasted for 15 days and observations were conductedon 3rd , 6th , 9th , 12th , and 15th days. Results of analysis of variance showed that contents of vitamin C, total acid, pH andtotal soluble solid (TSS) were significantly different (P<0.1). The longer the storage the less the contents of vitamin Cand total acid, and the greater the contents of water and starch would be. Organoleptic tests on aroma and sweetnesswere weak to fairly strong up to 6th day. Texture and taste preference tests were dislike to common. Bamboo box gavethe best result in which it can maintain fruits freshness until 12th day and scoring showed from dislike to common.Key words : snake’s skin fruit, packaging, storage, organoleptic test Buah salak (Salaca edulis Reinw) termasuk salah satu jenis buah-buahan tropis yang merupakan komoditasyang mudah rusak bila tidak ditangani secara hati-hati mulai dari saat panen sampai buah tersebut siap dipasarkan.Untuk menghindari kerusakan ini dapat diupayakan dengan cara penanganan pasca panen dan pengemasan yang dapatmemperpanjang masa simpan buah. Penelitian ini dilakukan di Dusun Telaga Kecamatan Sibetan KabupatenKarangasem pada bulan Agustus 2001. Pengemasan buah dengan menggunakan karton ataupun besek dalam bentuksalak pipil atau tandan diharapkan dapat memperpanjang masa simpan buah. Penyimpanan dilakukan selama 15 haridengan pengamatan pada hari ke-3, 6, 9, 12 dan 15. Hasil sidik ragam kadar vitamin C, total asam, pH dan TPT (totalpadatan terlarut) menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,1). Semakin lama penyimpanan terjadi penurunan kadarvitamin C, total asam sedangkan kadar air semakin meningkat dan kadar pati turun. Penilaian organoleptik terhadaparoma, rasa manis adalah lemah sampai agak kuat pada penyimpanan selama 6 hari. Penilaian tekstur dan kesukaanrasa dari tidak suka sampai biasa. Penggunaan wadah besek dalam bentuk tandan memberikan hasil yang terbaikdimana mampu mempertahankan kesegaran buah selama 12 hari dan penilaian panelis dari tidak suka sampai biasa.Kata kunci : salak, kemasan, penyimpanan, uji organoleptik
ANALISIS PENDAPATAN DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN USAHATANI TANAMAN PERKEBUNAN BERBASIS KELAPA DI KABUPATEN TABANAN , Suharyanto; , Suprapto; , Rubiyo
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 7, No 2 (2004): Juli 2004
Publisher : Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Objective of this study was to assess income, income contribution, and income distribution of plantingpractices of perennial crops, i.e., coconut + cocoa, coconut + cloves, and coconut + cocoa + cloves in Tabananregency. The study was conducted for three months (July to September 2002) using cross-sectional data of 90 samplefarmers and consisting of 30 sample farmers of each planting practice. LSD (Least Significant Difference) test wasused to compare average farmers’ household income, off-farm income, and income contribution. Income distributionwas analyzed using Gini coefficient and Lorenz curve. The result showed that farming income per hectare and incomecontribution of coconut+cocoa+clove were highest than those of coconut+cocoa and coconut+clove planting practices.Income was most evenly distributed in coconut+cocoa planting practice with Gini coefficient of 0,19. Off-farmincome and total household income were most evenly distributed in coconut+cocoa diversification pattern with Ginicoefficients each of 0,20 and 0,23.Key words : income, coconut, cocoa, clove, income distributionPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pendapatan, kontribusi pendapatan dan distribusi pendapatan polausahatani perkebunan berbasis kelapa di kabupaten Tabanan. Cara tanam tumpangsari yang digunakan petani adalahkelapa+kakao, kelapa+cengkeh dan kelapa+kakao+cengkeh. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-September2002 dengan menggunakan data primer sebanyak 90 petani sampel yang terdiri dari 30 petani sampel untuk setiappola diversifikasi. Untuk membandingkan rata-rata pendapatan, pendapatan luar usahatani dan kontribusi pendapatandigunakan uji LSD (Least Significant Difference). Distribusi pendapatan dianalisis menggunakan Koefisien Gini danKurva Lorenz. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan usahatani per hektar dan kontribusi pendapatanusahatani terhadap pendapatan total rumah tangga tertinggi pada pola diversifikasi kelapa+kakao+cengkeh dengannilai koefisien Gini 0,19. Sedangkan distribusi pendapatan luar usahatani perkebunan yang paling merata adalah poladiversifikasi usahatani kelapa+kakao dengan nilai koefisien Gini 0,20. Secara keseluruhan distribusi pendapatan didaerah ini adalah 0,20 - 0,35.Kata kunci : pendapatan,kelapa,kakao,cengkeh,distribusi pendapatan
PENGARUH DOSIS PUPUK KANDANG DAN LAMA FERMENTASI TERHADAP MUTU FISIK DAN CITARASA KOPI ARABIKA VARIETAS S 795 DI BALI , Rubiyo; Kartini, Luh; Mas Sri Agung, IGA.
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 8, No 2 (2005): Juli 2005
Publisher : Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Study on effects of cow manure rates and fermentation periods on quality of Arabica coffee was carried outin Belantih Village, Kintamani District, Bangli in 2002-2003. The experiment used a randomized split block designwith two treatments and each of four replications, namely cow manure rates (P) and fermentation period (F). Therewere 6 levels of P treatment, namely 5, 10, 20, 30, 40, and 60 kg/tree/year. F treatment consisted of 4 levels, namely12, 24, 36, and 48 hours. Combination of two treatments improved significantly physical quality, except the beans ofL size and all components of coffee tastes. Cow manure of 5 kg/tree/year and fermentation periods of 12 to 24 hourswere able to produce quality beans and good coffee taste. Cow manure rate of 5 kg/tree/year with fermentation periodof 24 hours produced highest M-size beans (18.43%), with lowest Ss-size beans (10.07%). Best coffee aroma wasfound in manure rate of 5 kg/tree/year with fermentation period of 12, 24, and 36 hours. Flavor scores of manure rateof 5 kg/tree/year with all fermentation periods, except that of 48 hours, were higher than those of 60 kg/tree/year.Highest strength (7.30) was found on the rate of 5 kg/tree/year with 24 hour of fermentation. Acid or bitter taste waslower on the coffee tree at applied with 60 kg/tree/year than that applied with 5 kg/tree/year. Lower rate of manureapplication was able to produce optimal quality coffee beans than that applied by the farmers, namely 60 kg/tree/year.Key words: cow manure, coffea arabica, fermentation, physical quality, flavor, Bali.Penelitian mengenai pengaruh dosis pupuk kandang sapi dan lama fermentasi terhadap mutu hasil KopiArabika telah dilakukan di Desa Belantih, Kecamatan Kintamani, Bangli pada tahun 2002-2003. Rancanganpercobaan yang digunakan dalam penelitian adalah Rancangan Acak Kelompok Faktorial dengan dua perlakuan, yaitudosis pupuk kandang (P) dan lama fermentasi (F). Perlakuan dosis pupuk kandang (P) terdiri dari enam level, yaitu :5, 10, 20, 30, 40, dan 60 kg/pohon/tahun. Perlakuan lama fermentasi (F) terdiri dari empat level, yaitu : 12, 24, 36, dan48 jam. Fermentasi dilakukan dengan cara basah terhadap biji kopi yang telah dikupas. Perlakuan dilakukan empatkali ulangan. Untuk mengetahui beda antarperlakuan digunakan uji DMRT. Secara statistik, kombinasi keduaperlakuan, yaitu dosis pupuk kandang dan lama fermentasi berpengaruh nyata terhadap semua komponen mutu fisikkopi, kecuali jumlah biji ukuran L dan semua komponen citarasa kopi. Secara umum, pemupukan dosis 5kg/pohon/ tahun dengan kombinasi lama fermentasi 12 jam sampai 24 jam sudah dapat menghasilkan biji KopiArabika Varietas S 795 dengan mutu fisik yang baik dan dapat menghasilkan seduhan kopi dengan mutu citarasa yangbaik pula. Dosis pupuk 5 kg/pohon/tahun dengan lama fermentasi 24 jam menghasilkan jumlah biji ukuran M tertinggi(18,43 %) dengan jumlah biji ukuran Ss terendah (10.07%). Aroma kopi terbaik (skor 7,00) diperoleh pada perlakuandosis pupuk 5 kg/pohon/tahun dengan lama fermentasi 12, 24, dan 36 jam. Skor perisa pada perlakuan dosis pupuk 5kg/pohon/tahun dengan semua perlakuan lama fermentasi, kecuali 48 jam lebih tinggi dibandingkan skor padaperlakuan 60 kg/pohon/tahun. Demikian juga dengan dosis pupuk 5 kg/pohon/tahun dengan lama fermentasi di atas 24jam memberikan skor kekentalan tertinggi (7,30). Namun, untuk keasaman dan rasa pahit, dosis pupuk 60kg/pohon/tahun memiliki skor yang lebih rendah dibandingkan dosis 5 kg/pohon/tahun. Rasa asam atau pahit yangterlalu tinggi tidak dikehendaki dalam citarasa kopi. Berdasarkan keunggulan mutu fisik dan citarasa kopi yangdihasilkan, aplikasi pupuk kandang yang lebih sedikit namun dapat menghasilkan produk dengan kualitas yangoptimal ini dapat menggantikan dosis pupuk kandang yang selama ini diterapkan oleh petani, yaitu 60 kg/pohon/ tahun.Kata kunci: pupuk kandang, Coffea arabica, fermentasai, mutu fisik, citarasa, Bali